Bukan Untungkan Pedagang Tanah Abang dan UMKM, Akuisisi TikTok Hanya Bikin Elit Banjir Cuan
Transaksi akuisisi Tiktok terhadap Tokopedia bukan semata-mata demi pelaku usaha kecil-menengah dan produk dalam negeri.
Transaksi akuisisi Tiktok terhadap Tokopedia bukan semata-mata demi pelaku usaha kecil-menengah dan produk dalam negeri.
Bukan Untungkan Pedagang Tanah Abang dan UMKM, Akuisisi TikTok Hanya Bikin Elit Banjir Cuan
Akuisisi TikTok Hanya Untungkan Kalangan Elit
Aksi korporasi dua raksasa teknologi antara Tiktok dengan Tokopedia menyisakan cerita lain yang belum terungkap dan tidak diketahui publik.
Ekonom Yanuar Rizky menilai transaksi akuisisi Tiktok terhadap Tokopedia bukan semata-mata demi pelaku usaha kecil-menengah dan produk dalam negeri menjadi tuan rumah di negaranya sendiri.
Platform asal China itu sebelumnya berencana mengurus lisensi pembayaran ke Bank Indonesia.
Namun kini tak perlu melakukannya lagi. Pemerhati pasar modal ini menilai transaksi pembelian Tiktok ke Tokopedia hanya menguntungkan segelintir pihak. Tiktok juga diuntungkan dalam hal ini.
"Pada akhirnya bukan Tokopedianya juga (yang tertolong), ya tapi pemegang-pegang saham pengendali atau pendiri Tokopedia karena ada kesulitan cash flow dan segala macam itu loh, kan melihatnya gitu," kata Yanuar di Jakarta, dikutip Sabtu (20/1).
Yanuar menilai para pedagang kecil termasuk di Tanah Abang dijadikan pintu masuk aksi korporasi antara Tiktok dan Tokopedia yang sesungguhnya menjadi tujuan utama.
Aksi korporasi itu di balik layarnya justru proses pengambilan untung oleh para investor kakap dan investor awal GoTo, ketika perusahaannya dijual ke Tiktok.
"Jadi artinya kalau menurut saya, ini sebuah kebijakan (Permendag 31/2023) ada kepentingannya gitu. Dan apakah pemerintah itu memikirkan pedagang-pedagang kecil, ya enggak," kata Yanuar.
Yanuar menjelaskan sebetulnya saham pendiri ini nilainya kecil. Namun bisa direevaluasi ketika ada merger akuisisi, makanya ada merger Gojek dan Tokopedia jadi GoTo.
Kemudian, begitu itu merger GoTo, uang itu masuk sehingga bisa mereevaluasi harga per IPO-nya ke 265.
"Jadi orang yang tadinya punya harta satu perak naik harga jadi 265, bukan karena dia setor duit. Pemegang saham lamanya keluar kan, apa tidak menyakitkan buat investor ritel," kata Yanuar.
Yanuar juga bilang, BUMN Telkom yang membenamkan investasinya ditaksir Rp6,4 triliun ikut terdampak pada penurunan nilai saham GoTo.
Lagi-lagi, Yanuar menegaskan, kritiknya terhadap investasi Telkom di GoTo ini sarat konflik kepentingan dan terindikasi adanya kerugian negara.
Sayangnya, kritik itu, tak digubris oleh siapa pun. Mengingat adanya konflik kepentingan elit di dalamnya.
"Jadi artinya ini sebetulnya cuman transaksi-transaksi ala-ala orang-orang pemain equity, pemain saham gitu. Walaupun sekarang harga GoTo itu 80, dia sudah untung 80," kata Yanuar.
"Ini kan praktik yang terus diteruskan untuk mereka ngambil duit dari yang begini-beginian. Dan duit Telkom itu terjebak di sini. Kalau menurut pendapat saya; ini akan jadi skandal besar. Ini tinggal bom waktu aja. Apa bedanya ini sama (kasus bank) Century," ungkap Yanuar.
merdeka.com
Makanya, hal ini perlu disuarakan. Mengingat ada kepentingan publik baik dari uang milik BUMN maupun investor retail.
"Tapi harus ada yang menyuarakan bahwa ini pengkhianatan terhadap kesempatan rakyat mendapatkan stimulus Rp 6,4 triliun uang negara lewat BUMN. Yang akhirnya cuman di pakai oleh orang-orang tertentu," kata Yanuar.
Masalahnya, kata Yanuar otoritas juga belum tentu akan melakukan tindakan.
"Cuma permasalahannya OJK mau melakukan pemeriksaan tidak? Kalau di politik kan ngomongnya etika. Kalau kita bukan etika, kita ada pasalnya kalau transaksi benturan kepentingan untuk kepentingan orang dalam itu pidana di Undang-Undang Pasar Modal. Pasal 90 sampai pasal 97 di Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995," kata dia mengakhiri.
merdeka.com