Brain Cipher Mengaku Tak Sulit Bobol Data PDNS 2, Malah Beri Saran ke Pemerintah Indonesia
Kelompok ransomware Brain Cipher mengakui bobol data PDNS 2 tak sulit.
ransomware brain chiperKelompok ransomware Brain Cipher mengutarakan alasannya mengapa menyerang data center.
Ia menjelaskan bahwa data center atau pusat data adalah industri teknologi tinggi yang butuh investasi tak main-main. Uang yang dikeluarkan untuk membuat data center sangatlah besar.
Maka itu, seharusnya bukanlah orang yang sembarangan dan serampangan mengurus data center. Mereka wajib mengerti bagaimana bisnis ini diperlakukan.
-
Kapan serangan ransomware Brain Cipher terjadi di PDNS 2? Sebagaimana diketahui, server Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 ini pada 20 Juni 2024 diserang ransomware.
-
Apa yang diminta oleh hacker dalam serangan ransomware di Server Pusat Data Nasional (PDN) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo)? Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Budi Arie Setiadi membenarkan adanya serangan ransomware pada server Pusat Data Nasional (PDN). Bahkan, kata dia, pelaku meminta tebusan senilai USD 8 juta. "Iya, menurut tim (minta tebusan) USD 8 juta," kata Budi Arie kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (24/6).
-
Apa yang diumumkan oleh pelaku ransomware Brain Cipher? Geng Ransomware Brain Cipher mengumumkan mereka akan merilis kunci dekripsi secara gratis pada hari Rabu ini, tulis @stealthmole_int dikutip Selasa (2/7).
-
Kenapa Ransomware menyerang Pusat Data Nasional? Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) di Surabaya diserang Ransomware dan berdampak pada 210 instansi pusat maupun daerah di Indonesia.
-
Kenapa Brain Cipher menyerang Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2? Dalam pernyataan yang dilampirkan di dark web, pihaknya akan menunggu konfirmasi dari pemerintah Indonesia untuk memastikan kunci yang diberikan secara cuma-cuma berfungsi. Setelah terkonfirmasi, mereka akan menghapus data yang mereka miliki secara permanen.
-
Siapa yang meminta uang tebusan atas serangan ransomware di PDNS 2? Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi bahkan menyebut pelaku ransomware ini meminta uang tebusan USD 8 juta atau sekitar Rp 131 miliar.
“Mengapa kami menyerang pusat data? Seperti yang Anda ketahui, pusat data adalah industri teknologi tinggi yang membutuhkan investasi besar, dan setiap orang yang menjalankan bisnis ini harus mengetahui hal ini,” tulis Brain Cipher dalam akun dark webnya dikutip dari unggahan X Stealthmole, Kamis (4/7).
Dilanjutkannya, 99 dari 100 perusahaan tersebut harus membayar jika mereka berada dalam situasi tanpa harapan.
Untuk kasus PDNS 2, mereka bilang tak sukar membobol data dari data center milik pemerintah Indonesia.
“Dalam kasus ini, serangannya sangat mudah sehingga kami hanya memerlukan sedikit waktu untuk membongkar data dan mengenkripsi beberapa ribu terabyte informasi,” jelasnya.
Sebagaimana diketahui, kelompok ransomware Brain Cipher akhirnya menepati janjinya.
Pelaku enkripsi data 210 lebih Pusat Data Nasional Sementara (PDNS 2) ini telah berjanji akan memberikan kunci enkripsi kepada pemerintah di hari Rabu.
Namun mereka pun mengancam jika dalam statement pemerintah nantinya menyebutkan memulihkan data secara mandiri maupun dibantu pihak ketiga, tak segan data-data itu akan dipublikasikan.
- Pusat Data Nasional yang Diserang Ransomware Berada di Surabaya
- Ransomware Serang Pusat Data Nasional, 210 Instansi Terdampak
- Apa Itu Ransomware yang Serang Pusat Data Nasional dan Bagaimana Cara Menghindarinya? Simak Penjelasannya
- Pemerintah Pastikan Layanan Publik Sudah Normal Usai PDNS Diserang Ransomware, Sistem Keamanan Diperkuat
- Potret Shenina Bareng Mingyu SEVENTEEN, Visual Angga Yunanda Tidak Kebanting
- VIDEO: Emosi Rieke 'Oneng' PDIP Ungkap Dugaan Korupsi Dana Sawit Seret BUMN, Kejagung Harus Usut!
"Jika pihak kedua (pemerintah Indonesia) menyebutkan memulihkan data secara mandiri atau bantuan pihak ketiga, kami akan mempublikasikan data-data itu," katanya.
Sebelumnya, server Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 ini pada 20 Juni 2024 diserang ransomware.
Serangan itu berdampak pada terhambatnya beberapa layanan publik di 210 instansi pemerintah pusat dan daerah.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi bahkan menyebut pelaku ransomware ini meminta uang tebusan USD 8 juta atau sekitar Rp 131 miliar.
“Mereka minta tebusan USD 8 juta,” ujar dia.
Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian menyebut serangan ransomware itu merupakan jenis baru dari pengembangan lockbit 3.0.
“Ini ransomware jenis baru dan kami sudah lihat dari sample yang didapatkan,” jelas dia.