Heboh Rumah Ibadah Ini Gantikan Pemuka Agama Jadi Robot AI, Begini Akibatnya
Ada konsekuensi yang harus ditanggung ketika robot AI mulai memasuki ranah sakral.
Ada konsekuensi yang harus ditanggung ketika robot AI mulai memasuki ranah sakral.
Heboh Rumah Ibadah Ini Gantikan Pemuka Agama Jadi Robot AI, Begini Akibatnya
Artificial Intelligence (AI) kini mulai masuk pada ruang-ruang sakral. Ia ingin menggantikan posisi yang ‘dikultuskan’ bagi umat beragama. Asisten Profesor dari Universitas Chicago, Joshua Concrad pernah meneliti bahwa tidak dimungkiri robot-robot berbasis AI akan mengambil alih lebih banyak pekerjaan setiap tahun. Namun diyakininya tidak pada pemimpin agama. "Sepertinya robot mengambil alih lebih banyak pekerjaan setiap tahun, tapi saya tidak yakin bahwa pemimpin agama akan sepenuhnya otomatis karena pemimpin agama membutuhkan kredibilitas dan robot tidak kredibel," kata dia.
-
Mengapa jemaah meninggalkan kuil setelah mendengar khotbah robot? Sayangnya, berdasarkan survei yang dilakukan pada 398 jemaah memutuskan meninggalkan kuil setelah mendengar doa yang disampaikan robot.
-
Siapa yang ingin menggantikan manusia dengan AI? Dalam sebuah wawancara dengan CNBC, ahli komputer terkenal Yoshua Bengio menyatakan bahwa beberapa elit teknologi berkeinginan untuk menggantikan manusia dengan AI.
-
Bagaimana membuat konten AI yang islami dan trending? Jadikan setiap hari sebagai kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
-
Apa yang dilakukan teknologi AI? Mengutip DailyMail, Jumat (6/9), dokumen ini menunjukkan bahwa perusahaan seperti Facebook, Google, dan Amazon mungkin menggunakan teknologi ini untuk menargetkan iklan kepada konsumen. Menurut presentasi yang bocor ini, perangkat lunak tersebut mampu menangkap data niat konsumen secara real-time dan mencocokkannya dengan data perilaku untuk membuat iklan yang lebih relevan.
-
Bagaimana lembaga agama berfungsi? Lembaga agama adalah suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting atau secara formal, sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada suatu kegiatan pokok manusia. Dengan kata lain Lembaga adalah proses yang terstruktur (tersusun) untuk melaksanakan berbagai kegiatan tertentu.
-
Siapa yang menciptakan Robot AI? Para ilmuwan dari Technical University of Denmark (DTU), menciptakan model AI yang bernama Life2vec.
Hal senada juga diungkapkan oleh Hershael York, pendeta dan professor teologi dari Kentucky menyebut ada sesuatu yang hilang ketika sebuah doa dipanjatkan oleh robot AI.
“Itu tidak memiliki jiwa. Saya tidak tahu bagaimana lagi mengatakannya,” kata dia.
Alih-alih menyambut gegap gempita keunggulan AI, sebuah kuil di Jepang “nekat” melengkapi keberadaan pemuka agama dengan robot. Adalah Kuil Buddha Kodai-Ji di Kyoto yang melakukannya.
Robot tersebut memiliki wajah silikon mirip manusia dengan bibir bergerak dan mata berkedip pada badan logam. Ini memberikan khotbah Sutra Hati 25 menit tentang prinsip-prinsip Buddha dengan suara surround dan proyeksi multi-media. Nama robot itu Mindar.
Mindar dibuat pada tahun 2019 oleh tim robotika Jepang yang bermitra dengan kuil tersebut. Biaya untuk mengembangkan robot itu hampir USD 1 juta, tetapi ada dampak yang kurang menyenangkan pada penerapannya.
Kuil Buddha Kodai-Ji ini menerapkan robot sebagai pembaca khotbah lantaran ingin mengajak remaja untuk kembali memeluk agama. Pasalnya, sebuah survei dari Pew Research Center yang diterbitkan pada 2018 menemukan bahwa para remaja cenderung tidak mengidentifikasi diri dengan kelompok agama apa pun daripada orang-orang dewasa yang usianya di atas mereka di 41 negara.
Sayangnya, niat baiknya itu berujung Jemaah mulai meninggalkan kuil.
Menurut riset yang dilakukan Joshua Concrad, Asisten Profesor dari Universitas Chicaga bersama tim melakukan riset pada 398 jemaah yang meninggalkan kuil setelah mendengar khotbah yang disampaikan oleh Mindar atau seorang pendeta Buddha.
Jemaah memandang robot Mindar kurang kredibel. Hal itu berimbas terhadap sumbangan Jemaah kepada kuil lebih kecil daripada mereka yang mendengar khotbah dari manusia.
Dalam kasus lain ditemukan di sebuah kuil Tao di Singapura, setengah dari 239 peserta mendengar khotbah dari seorang pendeta manusia sementara setengah lainnya mendengar khotbah yang sama dari robot humanoid yang disebut Pepper. Eksperimen itu memiliki temuan serupa. Robot itu dipandang kurang kredibel dan menginspirasi sumbangan yang lebih kecil. “Ini menunjukkan bahwa ada banyak orang di luar sana yang menganggap robot bisa menjadi pengkhotbah yang efektif, tetapi ada lebih banyak orang yang tidak yakin,” kata Jackson.Pada sksperimen ketiga melibatkan 274 peserta Kristen dari Amerika Serikat yang membaca khotbah online. Separuh dari peserta diberi tahu bahwa itu ditulis oleh pengkhotbah manusia sementara separuh lainnya diberi tahu bahwa khotbah itu dihasilkan oleh program AI yang sangat canggih.
Peserta dalam kelompok khotbah AI melaporkan bahwa khotbah tersebut kurang kredibel karena mereka merasa program AI kurang memiliki kapasitas untuk berpikir atau merasa seperti manusia.
"Robot dan program AI tidak dapat benar-benar menganut keyakinan agama apa pun sehingga organisasi keagamaan mungkin akan mengalami penurunan komitmen dari jemaahnya jika mereka lebih mengandalkan teknologi daripada pemimpin manusia yang dapat menunjukkan keyakinan mereka,"
Asisten Profesor dari Universitas Chicago, Joshua Concrad.