Ilmuwan Kembangkan Pembelajaran Mesin yang Dapat Prediksi Risiko Kematian
Merdeka.com - Sekelompok ilmuwan di oragnisasi kesehatan asal AS Geisinger beberapa waktu lalu berhasil menemukan sebuah algoritma komputer yang dapat memprediksi kematian. Teknologi ini dibuat berdasarkan puluhan juta video ekokardiogram jantung.
Kemampuan algoritme Machine Learning ini mengungguli prediktor klinis lainnya yang berfokus pada penelitian serupa.
"Kami sangat senang menemukan bahwa Machine Learning dapat memanfaatkan kumpulan data tak terstruktur seperti gambar dan video medis untuk meningkatkan berbagai model prediksi klinis," kata Chris Haggerty, Ph.D., penulis senior dan asisten profesor di Department of Translational Data Science and Informatics di Geisinger.
-
Bagaimana Robot AI memprediksi kematian? Life2vec menggunakan 6 juta data penduduk Denmark yang telah dikumpulkan dari tahun 2008-2020. Berdasarkan hasil analisis tersebut, Life2vec berhasil mencapai tingkat akurasi 79 persen.
-
Kecerdasan buatan apa yang bisa memprediksi kematian? Life2vec adalah sebuah inovasi transformer yang mengintegrasikan data besar dari rekaman kesehatan dan demografi Denmark untuk enam juta individu.
-
Bagaimana AI ini memprediksi kematian? Para peneliti di Denmark menggunakan data dari jutaan individu untuk membangun model yang dapat memprediksi berbagai peristiwa kehidupan, mulai dari kesehatan hingga kehidupan sosial.
-
Bagaimana AI memprediksi kematian seseorang? Informasi seperti waktu lahir, riwayat pendidikan, penghasilan, kondisi perumahan, dan status kesehatan digunakan dalam pelatihan model AI ini untuk meramalkan peristiwa kehidupan.
-
Siapa yang mengembangkan AI yang berbahaya? Pemerintah di seluruh dunia semakin banyak yang memasukkan AI ke dalam alat peperangan. Pemerintah AS mengumumkan pada 22 November bahwa 47 negara bagian telah mendukung deklarasi tentang penggunaan AI yang bertanggung jawab di militer – yang pertama kali diluncurkan di Den Haag pada bulan Februari.
-
Mengapa AI memprediksi kematian bisa bermanfaat? Meskipun mempertimbangkan implikasi etika dalam menggunakan model AI yang mampu memprediksi dengan presisi seberapa lama seseorang akan hidup, manfaat yang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa prediksi semacam itu dapat membantu mencegah kematian dini.
Menurut penelitian yang terbit di Nature Biomedical Engineering, , seperti yang dilaporkan Tekno Liputan6.com tersebut, pencitraan sangat penting untuk keputusan penanganan medis di sebagian besar spesialisasi. Bahkan, pencitraan telah menjadi salah satu komponen paling kaya data dari catatan kesehatan elektronik.
Satu USG jantung, misalnya, menghasilkan sekitar 3.000 gambar. Sementara itu, para ahli jantung memiliki waktu terbatas untuk menafsirkan ribuan gambar itu dalam konteks banyak data diagnostik lainnya.
Oleh karena itu, para peneliti menilai pencitraan dapat menciptakan peluang besar lewat pemanfaatan teknologi seperti Machine Learning untuk mengelola dan menganalisis data tersebut dan pada akhirnya membantu para dokter.
Analisis 50 Juta Gambar
Dalam penelitian ini, perangkat keras komputasi khusus melatih model Machine Learning yang melibatkan 812.278 video ekokardiogram yang dikumpulkan dari 34.362 pasien di Geisinger selama sepuluh tahun terakhir.
Penelitian ini membandingkan hasil model Machine Learning tersebut dengan prediksi ahli jantung berdasarkan beberapa survei. Survei selanjutnya menunjukkan bahwa ketika dibantu oleh model Machine Learning, akurasi prediksi ahli jantung meningkat 13 persen.
Dengan hampir 50 juta gambar, penelitian ini menganalisis dataset gambar medis terbesar yang pernah diterbitkan.
"Tujuan kami adalah mengembangkan algoritme komputer untuk meningkatkan perawatan pasien," kata Alvaro Ulloa Cerna, Ph.D., penulis dan ilmuwan data senior di Department of Translational Data Science and Informatics di Geisinger.
Cerna dan rekannya mengaku senang bahwa algoritme yang mereka kembangkan dapat membantu ahli jantung meningkatkan prediksi mereka tentang pasien karena keputusan tentang pengobatan dan intervensi didasarkan pada jenis prediksi klinis ini.
Sumber: Liputan6.comReporter: Mochamad Wahyu Hidayat
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sistem AI yang dibuat peneliti berhasil memproyeksikan peristiwa yang akan terjadi di masa depan manusia, termasuk kematian.
Baca SelengkapnyaIlmuwan AS dan Denmark telah melakukan uji coba ke masyarakat Denmark.
Baca SelengkapnyaRobot bot AI ini memiliki tingkat akurasi 11 persen lebih tinggi dibandingkan dengan model lainnya.
Baca SelengkapnyaSejumlah kondisi yang tampak pada mata seseorang bisa sangat menunjukkan kondisi kesehatan termasuk risiko kematian diri pada seseorang.
Baca SelengkapnyaPelajari bagaimana machine learning mengubah berbagai industri dan kehidupan sehari-hari.
Baca SelengkapnyaDeath Clock adalah aplikasi berbasis AI yang memprediksi tanggal kematian pengguna berdasarkan kebiasaan dan kesehatan, bertujuan mendorong hidup lebih sehat.
Baca SelengkapnyaSayangnya, keberhasilan algoritma ini juga memunculkan pertanyaan tentang etika dan privasi data.
Baca SelengkapnyaBerikut adalah ilmuwan yang khawatir terhadap dampak buruk AI.
Baca SelengkapnyaPenasaran apa saja hal-hal kontroversial dari Stephen Hawking?
Baca SelengkapnyaIni merupakan terobosan pertama dalam bidang biokomputasi.
Baca SelengkapnyaAhli memperingatkan, AI yang bisa 'menghidupkan' orang mati bisa berbahaya.
Baca SelengkapnyaPara ilmuwan menyebut miniatur jantung akan bisa dipasang di tubuh manusia.
Baca Selengkapnya