Kaspersky Sebut Sepertiga Karyawan Menyukai Kerja Jarak Jauh
Merdeka.com - Perusahaan perlindungan online Kaspersky beberapa waktu lalu melakukan survei terhadap terhadap 8.000 pekerja di berbagai industri.
Hasilnya, terungkap bahwa hampir tiga per empat karyawan (74 persen) enggan kembali ke cara kerja sebelum pandemi Covid-19.
Alih-alih, saat ini mereka merasa dapat membentuk masa depan bisnis sesuai keinginan mereka, baik itu menghabiskan lebih banyak waktu dengan orang yang dicintai (47 persen), menghemat uang (41 persen), atau bekerja dari jarak jauh (32 persen).
-
Kenapa perusahaan suka work from anywhere? Setelah pandemi covid-19, banyak perusahaan yang merasakan manfaat positif dari sistem bekerja di rumah. Bahkan, banyak perusahaan yang kini menerapkan sistem bekerja hybrid (bisa di rumah atau di kantor), hingga kerja di mana saja (work from anywhere).
-
Apa yang terjadi pada karyawan di perusahaan teknologi? Setidaknya, ada 317 perusahaan teknologi yang terdeteksi melakukan PHK massal sepanjang 2024. Beberapa nama besar seperti Tesla, Toshiba, Dell, Xerox, Paypal seakan berlomba-lomba melakukan PHK dalam jumlah besar sejak awal tahun.
-
Apa yang dilakukan teman kantor? Dengan beberapa ucapan ini, Anda bisa menyampaikan terima kasih sekaligus salam perpisahan yang menyentuh hati.
-
Bagaimana Kemnaker menerapkan K3 di tempat kerja? Salah satu upaya K3, yaitu penerapan faktor ergonomi di tempat kerja. Berdasarkan Permenaker Nomor 5 Tahun 2018, bahwa Syarat K3 Lingkungan Kerja salah satunya yaitu Pengendalian Faktor Ergonomi di tempat kerja.
-
Bagaimana perusahaan ini membantu karyawan? Dalam layanan yang ditawarkan, setelah menerima permintaan dari klien, perusahaan akan menugaskan seorang agen untuk mengunjungi lokasi kerja klien. Agen ini akan berinteraksi dengan atasan atau rekan kerja yang telah ditentukan, serta menyampaikan kritik yang tajam sambil dengan antusias menyampaikan keluhan dari pelanggan.
-
Kenapa pekerja IT mulai jadi hacker? Mereka disebut tidak puas dengan gaji dan pekerjaannya, sehingga memutuskan untuk menawarkan diri menjadi hacker sebagai pekerjaan sampingan.
Para pemimpin bisnis, saat dihadapkan dengan beban kerja jarak jauh yang sangat besar, kini harus cepat beradaptasi demi menjaga bisnis tetap aman dan tangguh. Sementara bagi para karyawan, mereka menggunakan momen ini sebagai kesempatan untuk menilai kembali prioritas sebelumnya dan merencanakan masa depan tentang apa yang benar-benar penting bagi mereka.
Ke depan, hampir dua dari lima karyawan (39 persen) ingin meninggalkan sistem jam kerja konvensional (9 to 5). Angka ini bahkan lebih besar untuk mereka yang berusia 25-34 (44 persen) dan menjadi indikasi bahwa tren ini sedang berkembang. Sementara itu, sekitar sepertiga dari mereka (32 persen) ingin mengakhiri sistem bekerja lima hari dalam sepekan.
Penelitian ini juga menyoroti bahwa hampir sepertiga (32 persen) karyawan melihat bahwa sistem bekerja jarak jauh menjadi manfaat terbesar ketiga yang muncul sebagai dampak dari pandemi Covid-19, setelah dapat menghabiskan waktu bersama keluarga (47 persen) dan menghemat uang (41 persen).
Work-Life Balance
Faktanya, sebagian besar manfaat yang diperoleh berupa penghargaan kepada diri sendiri karena akhirnya mereka memahami bahwa keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan (Work-Life Balance) sangat penting.
Namun, karena karyawan semakin menjunjung cara kerja modern dan fleksibel, penting bagi bisnis untuk mendukung dengan cara meningkatkan dan menyesuaikan fasilitas yang dibutuhkan.
Mengingat lebih dari sepertiga (38 persen) tenaga kerja secara aktif membutuhkan lebih banyak dukungan teknologi dari organisasi mereka saat melakukan bekerja jarak jauh, akhirnya permintaan untuk kesediaan alat dan teknologi demi membuat pengguna tetap produktif, terhubung, dan aman semakin besar.
"Apa yang sekarang kami lihat adalah bahwa karyawan memanfaatkan teknologi untuk memiliki masa depan baru, dan secara aktif merangkul perubahan dalam mengejar kebebasan dan fleksibilitas yang lebih besar. Perusahaan sekarang memiliki mandat untuk melakukan penyesuaian dan merombak tempat kerja modern menjadi sesuatu yang lebih produktif, berkelanjutan, dan mudah dibentuk," ujar Alexander Moiseev, Chief Business Officer di Kaspersky dalam keterangan tertulis yang dimuat Tekno Liputan6.com.
Tips Kaspersky
Untuk menjaga keamanan sistem kerja fleksibel tetap aman selayaknya di kantor, Kaspersky merekomendasikan hal berikut:
Sumber: Liputan6.comReporter: Mochamad Wahyu Hidayat
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mereka disebut tidak puas dengan gaji dan pekerjaannya, sehingga memutuskan untuk menawarkan diri menjadi hacker sebagai pekerjaan sampingan.
Baca SelengkapnyaPendiri Facebook mulai memaksa karyawannya untuk taat pada aturan barunya.
Baca SelengkapnyaBanyak perusahaan yang kini menerapkan sistem bekerja hybrid (bisa di rumah atau di kantor), hingga kerja di mana saja (work from anywhere).
Baca SelengkapnyaSistem kerja dari mana saja menjadi salah satu solusi menekan polusi di Jakarta yang semakin parah.
Baca SelengkapnyaBekerja dengan konsep work form anywhere dinilai sangat fleksibel dan tidak memakan waktu di dalam kantor.
Baca SelengkapnyaEric Schmidt, mantan CEO Google, menyatakan bekas perusahaan yang ia pimpin tidak serius dalam menghadapi persaingan AI.
Baca SelengkapnyaAda relasi kuat tingkat stres pekerja dengan kemajuan pesat teknologi.
Baca SelengkapnyaHal tersebut merupakan hasil riset dari LinkedIn yang dilakukan pada profesional di Asia Tenggara.
Baca SelengkapnyaKerja jarak jauh membuat pekerja tak bisa bekerja secara maksimal.
Baca SelengkapnyaMelalui kegiatan ini, para pegawai diharapkan akan dapat bekerja sama lebih baik dalam menjalankan tugas mereka.
Baca SelengkapnyaKota ini mencerminkan tidak hanya tempat terbaik untuk tinggal, tapi juga nyaman untuk bekerja jarak jauh.
Baca SelengkapnyaTeknologi mutakhir akan semakin banyak diadopsi oleh perusahaan untuk memudahkan absensi bagi karyawan.
Baca Selengkapnya