Komet Tiga Kali Lebih Besar dari Gunung Everest Mendekati Bumi Bikin Ilmuwan Deg-degan
Komet sebesar ini jika menabrak Bumi tentu bisa berakibat fatal. Maka wajar ilmuwan astronomi khawatir.
Komet sebesar ini jika menabrak Bumi tentu bisa berakibat fatal. Maka wajar ilmuwan astronomi khawatir.
Komet Tiga Kali Lebih Besar dari Gunung Everest Mendekati Bumi Bikin Ilmuwan Deg-degan
Para ilmuwan memperingatkan bahwa sebuah komet berukuran tiga kali lebih besar daripada Gunung Everest telah meledak untuk kedua kalinya dalam empat bulan terakhir dan sedang meluncur menuju Bumi.
-
Kapan komet Gunung Everest akan mendekat ke Bumi? Komet tersebut mengorbit mengelilingi matahari setiap 71,2 tahun, dan akhir tahun ini akan mencapai titik terdekatnya dengan Bumi pada tanggal 2 Juni dan dapat terlihat dengan mata telanjang, kata para astronom.
-
Bagaimana bentuk komet Gunung Everest? Karena penampakan batunya yang menyerupai tanduk dan menonjol keluar, komet ini dijuluki sebagai 'komet setan', dan diperkirakan terdiri dari gas dan debu.
-
Dimana komet Gunung Everest berada saat ini? Namun jangan takut karena kita belum perlu bersiap menghadapi bencana karena komet tersebut berjarak satu setengah kali jarak Bumi ke Matahari dari planet ini.
-
Apa yang NASA katakan soal kemungkinan komet menghantam Bumi? 'NASA mengetahui tidak ada asteroid atau komet yang saat ini bertabrakan dengan Bumi, sehingga kemungkinan terjadinya tabrakan besar cukup kecil,' kata badan antariksa tersebut.
-
Kenapa ilmuwan kaget Bumi datar? 'Kami telah mempelajari pembentukan planet sejak lama, tetapi belum pernah kami berpikir untuk memeriksa bentuk planet saat terbentuk dalam simulasi. Kami selalu berasumsi bahwa mereka berbentuk bola,' ujar dia seperti dikutip dari GreekReporter, Kamis (8/2).
-
Mengapa meteorit menghantam Bumi? Studi mikrometeorit yang ditemukan dalam batu kapur dari periode Ordovisium dan kawah tumbukan di Bumi menunjukkan bahwa planet kita mengalami hantaman material kondrit biasa L secara besar-besaran sekitar 466 juta tahun yang lalu.
Laporan dari NDTV, Selasa (24/10), menyatakan bahwa komet berdiameter 30 kilometer ini bernama 12P/Pons-Brooks dan termasuk ke dalam jenis komet kriovolkanik (gunung berapi dingin).
Asosiasi Astronomi Inggris (BAA) telah memantau laju komet ini dengan sangat cermat.
Mereka telah mendeteksi adanya ledakan tersebut setelah puluhan kali ledakan itu lebih terang bunyinya dari yang sudah pernah terjadi.
Untuk saat ini, belum ada penjelasan lebih lanjut mengenai seberapa besar pertumbuhan komet selama letusan baru ini terjadi.
Meski begitu, sudah ada tanda bahwa letusan kali ini setidaknya dua kali lebih kuat dari letusan sebelumnya yang terjadi pada 20 Juli lalu.
Penyebab Ledakan
Hal ini disebabkan cahaya yang dipantulkan oleh koma dari komet tersebut. Koma adalah gas awan yang mengelilingi pusat komet. Setelah meledak, koma komet semakin meluas.
Dari sini, komet mulai mengembangkan sejenis tanduk aneh yang belum jelas penyebab kemunculannya. Para ahli mencurigai bahwa tanduk aneh yang berjumlah dua buah ini terbentuk karena bentuk inti dari komet 12P.
"Kedua ‘tanduk’ tersebut mungkin disebabkan oleh ventilasi kriovolkanik yang berbentuk aneh dengan semacam penyumbatan yang menyebabkan material keluar dengan pola aliran yang aneh,"
Richard Miles, seorang anggota Astronomical Association.
Apakah Perlu Khawatir?
Untungnya, meski lintasan dari komet 12P ini cukup mencemaskan, sejauh ini tidak ada peringatan bahwa komet ini akan menimbulkan bahaya bagi kehidupan di Bumi.
Para ilmuwan telah mengatakan bahwa komet ini tidak akan mencapai titik terdekatnya dengan Bumi hingga tahun 2024 mendatang.
Pada tahun depan, umat mansuai dapat melihat komet ini dengan mata telanjang.
Setelah itu, komet akan terlempar kembali ke tata surya. Komet 12P baru akan kembali melakukan tur kosmiknya pada 2095 dan merupakan salah satu dari 20 komet yang diketahui memiliki gunung es aktif.