MK segera bawa aduan APJII ke pleno
Merdeka.com - Mahkamah Konstitusi (MK) kembali menggelar uji materiil terhadap Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (UU PNPB) dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (UU Telekomunikasi) pada Senin (17/3) di Ruang Sidang MK.
Perkara yang teregistrasi Kepaniteraan MK dengan Nomor 12/PUU-XIII/2014 ini dimohonkan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII).
Dalam sidang perbaikan permohonan tersebut, Pemohon yang diwakili oleh kuasa hukumnya Pradnanda Berbudy, menerangkan telah memperbaiki permohonan sesuai saran majelis hakim konstitusi pada sidang sebelumnya.
-
Apa yang ditayangkan di persidangan? Rekaman CCTV tersebut tidak boleh dibagikan kepada pihak ketiga, termasuk media.
-
Apa yang akan dilakukan di sidang perdana? Lebih lanjut, Fajar menyebut pada sidang perdana merupakan pemeriksaan pendahuluan, agendanya akan menyiapkan permohonan pemohon untuk menyampaikan pokok-pokok permohonan.
-
Kapan sidang MK dijadwalkan? Sejumlah skema pengamanan telah disiapkan aparat kepolisian menjelang pembacaan putusan Perselisihan hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pilpres 2024 di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta Pusat, Senin (22/4) hari ini.
-
Dimana MK akan membacakan putusan sengketa? Informasi sidang sudah ada di jadwal mk.id,' jelas dia.
-
Di mana PDIP akan mengajukan gugatan? Wakil Deputi Hukum TPN Ganjar-Mahfud Henry Yosodiningrat mengungkapkan, PDI Perjuangan siap membawa sejumlah bukti dan saksi ke Mahkamah Konstitusi (MK) di antaranya seorang kepala kepolisian daerah (kapolda) terkait gugatan hasil Pilpres 2024 setelah diumumkan Komisi Pemilihan Umum (KPU).
-
Kapan putusan sengketa Pileg dibacakan? Pembacaan putusan sengketa dilakukan tepatnya pada 21-22 Mei 2024.
Pemohon memperjelas pasal-pasal yang dimohonkan untuk diuji, yakni Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 3 UU PNPB serta Pasal 16, Pasal 26 ayat (2) dan Pasal 34 UU Telekomunikasi.
Selain itu, Pemohon juga menambahkan konstruksi penerimaan bukan pajak tidak memberikan kepastian hukum yang adil. “Petitum pun diubah sesuai dengan pasal yang kami uji. Selain itu, point of view dari masyarakat juga kami tambahkan,” ungkapnya.
Majelis Hakim Konstitusi yang dipimpin oleh Wakil Ketua MK Arief Hidayat mengesahkan beberapa alat bukti. Arief mengungkapkan nantinya akan membawa permohonan tersebut ke RPH sebelum diputuskan untuk digelar sidang pleno MK.
“Nanti pemohon akan kami beritahu lagi mengenai sidang pleno lanjutan,” jelasnya.
Dalam pokok permohonannya, Pemohon mendalilkan hak konstitusionalnya terlanggar akibat berlakunya Pasal 2 dan Pasal 3 UU PNPB serta Pasal 16, Pasal 26 dan pasal 34 UU Telekomunikasi.
Menurut Pemohon, kedua undang-undang tersebut adalah dasar hukum Pemerintah melakukan pungutan negara berasal dari penerimaan bukan pajak.
UU ini mengamanatkan kepada Pemerintah untuk diatur lebih lanjut dengan PP No. 7/2009 yang berlaku bagi Kementerian Komunikasi dan Telekomunikasi. PNBP yang berlaku pada kementerian tersebut tidak memberikan jaminan atas kepastian hukum yang adil.
Jenis dan biaya atau tarif PNBP ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah juga dianggap bertentangan konstitusi, karena pungutan lain yang sifatnya memaksa haruslah diatur dalam undang-undang.
(mdk/nvl)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sidang sengketa Pilpres 2024 belum selesai. Agenda sidang berikutnya pembacaan putusan yang akan digelar pekan depan.
Baca SelengkapnyaKonsolidasi persiapan menghadapi sengketa dilakukan pihak KPU sejak Minggu hingga Selasa (26/3).
Baca SelengkapnyaAgenda sidang lanjutan sengketa Pilpres 2024 mendengar jawaban pemohon dan termohon.
Baca SelengkapnyaMomen panas terjadi ketika penjelasan Halilul Khairi, ahli Prabowo dipotong Bambang Widjojanto
Baca Selengkapnya