NASA-NOAA Luncurkan Satelit Baru Pantau Perubahan Iklim, Keliling Bumi 2 Kali Sehari
Merdeka.com - NASA meluncurkan Joint Polar Satellite System-2 (JPSS-2) ke luar angkasa pada Kamis (10/11). Ini adalah satelit pengamatan Bumi untuk meramalkan dan mengawasi cuaca ekstrem.
Dilansir dari The Verge, Kamis (10/11), satelit tersebut merupakan bagian dari sistem pengamatan global dan produk kemitraan antara NASA dan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).
Wakil asisten administrator untuk sistem di Satelit, Data, dan Layanan Lingkungan Nasional NOAA, Irene Parker mengatakan, perubahan iklim menjadi lebih ekstrem. Melampaui kemampuan satelit cuaca NOAA yang lama. Sehingga dibutuhkan alat yang lebih canggih untuk memantaunya.
-
Apa yang dikirim NASA dari luar angkasa? NASA mengumumkan penggunaan sistem komunikasi laser canggih di pesawat luar angkasa yang berjarak 31 juta km dari Bumi untuk mengirimkan video kucing definisi atau kualitas tinggi.
-
Bagaimana cara NASA dan NOAA memantau aktivitas matahari? NASA dan NOAA terus memantau bintik matahari untuk menentukan serta memprediksi kemajuan siklus.
-
Apa yang dilakukan Pesawat NASA? Pesawat NASA telah mendapat pencapaian luar biasa dengan secara resmi 'menyentuh' matahari, menyelam melalui atmosfer yang belum pernah dijelajahi sebelumnya yang dikenal sebagai corona.
-
Apa yang ditangkap Satelit NASA? Salah satu foto yang tertangkap oleh Satelit observasi NASA dan United States Geological Survey (USGS), menangkap potret sisa banjir dari zaman es kuno yang terjadi pada 10.000 hingga 20.000 tahun lalu.
-
Apa yang dipotret pesawat NASA? Pesawat luar angkasa NASA telah berhasil memotret 'papan selancar' misterius yang terlihat meluncur melewati bulan.
"Dari 2017 hingga September 2022, AS telah mengalami 104 bencana. Sebagai perbandingan, dari 1987 hingga 1991, hanya ada 15," ungkap Parker dalam media briefing pra peluncuran, Rabu (9/11).
Dia mengumumkan JPSS-2 akan diluncurkan pada 10 November dini hari di atas roket United Launch Alliance Atlas V 401 dari Vandenberg Space Force Base di California. Di atas kapal itu juga akan ada uji pelindung panas atau LOFTID yang dapat membantu mendaratkan muatan berat di Bumi atau bahkan di planet lain seperti Mars.
Direktur program JPSS NOAA Tim Walsh mengatakan, NASA dan NOAA memiliki seluruh jaringan satelit yang mengarah ke Bumi untuk mengamati lingkungan. Salah satunya pendahulu JPSS-2 yakni Suomi NPP dan NOAA-20.
JPSS-2 akan bergabung dengan dua satelit ini dalam orbit kutub. Artinya, satelit ini akan mengelilingi dunia dari kutub ke kutub, berputar mengitari planet Bumi dua kali sehari.
"Untuk memprediksi cuaca lokal, kita perlu mengamati cuaca dari perspektif global ini," kata Walsh.
JPSS-2 akan melakukan pengukuran dengan empat instrumen. Termasuk Visible Infrared Imaging Radiometer Suite atau VIIRS, yang bertindak sebagai 'mata' satelit. Advanced Technology Microwave Sounder (ATMS) untuk mengamati awan dan melihat intensitas badai. Sedangkan Cross-track Infrared Sounder atau CrIS, menghasilkan tampilan 3D atmosfer dan Ozone Mapping and Profiler Suite atau OMPS. Tujuannya untuk mempelajari ozon di atmosfer.
Data dari instrumen ini dikombinasikan. Hasilnya akan membantu prakiraan cuaca, terutama dengan memantau lautan Atlantik dan Pasifik. Di darat, ada banyak stasiun cuaca yang mengumpulkan data. Namun, pengukuran dari lautan perlu dilakukan dengan pelampung cuaca yang jumlahnya relatif sedikit, sehingga data ini perlu dilengkapi dengan data satelit.
"Data JPSS adalah masukan utama ke dalam sistem pemodelan prediksi cuaca numerik global AS dan internasional," kata Jordan Gerth, ahli meteorologi dan ilmuwan satelit di National Weather Service NOAA.
"Pengamatannya global, prediksinya lokal. Dengan JPSS, kualitas prakiraan lokal tiga hingga tujuh hari sangat luar biasa."
Satya Kalluri, ilmuwan di Program JPSS NOAA mengatakan, prakiraan cuaca bukan satu-satunya alasan diluncurkannya satelit ini. Data JPSS-2 akan membantu mempelajari kondisi iklim lainnya. Semisal, kekeringan.
"Satelit mengambil gambar Bumi dua kali sehari, dan dengan gambar-gambar ini, kita dapat melihat kondisi kekeringan, yang sangat penting untuk meramalkan produktivitas pangan," kata Kalluri.
Dia menambahkan, kegunaan lain dari data satelit adalah mengukur warna laut. Ini dapat membantu memantau kesehatan ekosistem laut dan mengidentifikasi pertumbuhan alga yang berbahaya. Ini juga dapat mengukur kualitas udara dengan mengidentifikasi kabut asap atau asap dari kebakaran hutan, serta mengamati perubahan pada lapisan es kutub dan lubang di lapisan ozon.
Para ilmuwan sepakat, memiliki pengukuran yang konsisten untuk beberapa dekade adalah kunci memahami dampak jangka panjang dari perubahan iklim. JPSS-2 juga bisa berperan dalam memprediksi cuaca jangka pendek.
Reporter Magang: Dinda Khansa (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Laporan langsung Pemimpin Redaksi Merdeka.com, Darojatun di Florida, Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAda hal-hal yang bertalian antara Mars dan Bumi menurut ilmuwan ini.
Baca SelengkapnyaJAXA mengklaim Roket H3 versi terbaru ini lebih fleksibel dan hemat biaya.
Baca SelengkapnyaSatelit Merah Putih 2 sukses mengangkasa dari Cape Canaveral, Florida pada Selasa (20/2) pukul 15.11 waktu setempat atau Rabu (21/2) pukul 03.11 Waktu Indonesia
Baca SelengkapnyaAstroscale, perusahaan asal Jepang, telah menandatangani kontrak senilai USD90 juta dengan JAXA untuk misi pembersihan sampah antariksa.
Baca SelengkapnyaPada tanggal 26 Juli 1958, Explorer 4 diluncurkan dengan misi untuk menyelidiki radiasi di lingkungan luar angkasa.
Baca SelengkapnyaSatelit Merah Putih 2 berhasil diluncurkan dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat pada Rabu (21/2).
Baca SelengkapnyaMemiliki kapasitas 32 Gbps dengan frekuensi C-band dan Ku-band, satelit Telkom akan menempati slot orbit 113 BT.
Baca SelengkapnyaNano Satelit ini bertujuan untuk memetakan kondisi dan aktivitas di laut.
Baca SelengkapnyaSemakin banyak peristiwa benda asing jatuh dari langit. Benda-benda itu kebanyakan berasal dari Stasiun Luar Angkasa.
Baca SelengkapnyaPernah gagal, bukan berarti membuat Amerika Serikat (AS) kapok untuk mengirim robot penjelajah ke Bulan.
Baca Selengkapnya15 tahun pesawat ini telah memburu asteroid di tata surya.
Baca Selengkapnya