Serangan DDoS terbesar dalam sejarah baru saja terjadi
Merdeka.com - Sebuah serangan DDoS (Distributed Denial of Service) terbesar yang pernah ada baru saja terjadi di Eropa kemarin. Hal ini dilaporkan oleh penyedia Contend Delivery Network (CDN) CloudFlare.
Seperti yang dilansir oleh Tech Week europe (11/2), serangan ini terbilang sangat besar karena paket trafik yang dikirimkan ukurannya mencapai 400GBps. Ini merupakan serangan terbesar yang pernah ada dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 300GBps dalam sekali serangan.
Serangan ini sendiri ditujukan pada sistem Spamhaus. Spamhaus sendiri selama ini adalah 'polisi' dunia maya yang bertindak untuk menghancurkan segala bentuk konten berbahaya dan mengganggu dari internet.
-
Apa saja serangan yang dilakukan hacker? 'Terkadang, hampir setengah dari serangan ini menargetkan negara-negara anggota NATO, dan lebih dari 40 persen ditujukan terhadap pemerintah atau organisasi sektor swasta yang terlibat dalam pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur penting,' jelas Tom Burt dari Microsoft.
-
Siapa saja hacker yang menyerang? Laporan tersebut secara detail menjelaskan serangan-serangan yang dilakukan pemerintah dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara, serta beberapa kelompok peretas di wilayah Palestina dan peretas bayaran yang disewa negara-negara lain.
-
Bagaimana hacker menyerang? Mereka menggunakan aktor-aktor yang berpura-pura menjadi diplomat Barat dan pejabat Ukraina untuk mengakses akun, memahami kebijakan luar negeri Barat terhadap Ukraina, serta merencanakan serangan terhadap organisasi pemerintah Ukraina dan sektor-sektor penting di NATO.
-
Apa saja tebusan terbesar hacker? Serangan ransomware WannaCry, Nilai Tebusan USD 4 Miliar Salah satu permintaan tebusan terbesar terjadi pada Serangan ransomware WannaCry pada Mei 2017 silam yang menyebar secara global melalui komputer dengan sistem windows. Serangan ini mengakibatkan 230.000 pengguna computer Windows di 150 negara tidak mengakses beberapa dokumen penting karena data dikunci peretas. Padahal, Windows telah memberikan informasi ke penggunanya untuk melakukan pembaruan perangkat keamanan bernama EternalBlue. Saat itu, permintaan tebusan yang dilayangkan kelompok WannaCry mencapai USD4 miliar.
-
Data apa yang diserang hacker? Kasus serangan hacker terhadap Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 membuka fakta lemahnya proteksi sistem di Indonesia.
-
Siapa hacker yang menyerang Yahoo? Michael Calce merupakan hacker yang pernah menumbangkan berbagai situs web besar, seperti CNN, Dell, eBay, dan Fifa.com. Berawal dari pengetahuan yang dimilikinya untuk mengambil alih jaringan komputer universitas, Calce pun melakukan aksi-aksi yang lebih besar lagi. Ia juga bahkan pernah menyerang Yahoo, mesin pencari paling populer di saat itu, tahun 2000.
Beruntung, meski serangannya terbilang sangat besar, tidak ada kerusakan parah terjadi. "Memang ada efeknya bagi Eropa, namun tidak sampai mengganggu jaringan," sebut Matthew Prince, CEO CloudFlare.
Hingga saat ini, belum diketahui siapa sosok yang berperan di balik serangan ini. Namun, diduga pelakunya adalah scammer dan spammer yang tidak senang dengan eksistensi Spamhaus yang coba memberikan internet sehat bagi dunia.
Serangan DDoS sendiri adalah serangan yang paling sering dilakukan oleh hacker awam. Caranya dengan mengirimkan paket trafik dalam jumlah besar sehingga situs atau server down dan rusak. Namun serangan ini harus dilakukan secara berjamaah karena tidak efektif jika dilakukan secara sedikit-sedikit.
Baca juga: Kisruh KRI Usman Harun, hacker Indonesia ganyang Singapura 4 Tips dan trik tangkal pencurian ID dan password Ingin bebas serangan hacker, bupati Kukar gandeng Lemsaneg Snowden gunakan software biasa untuk acak-acak NSA Jangan pakai Snapchat atau iPhone akan jadi korbannya Iklan-pun juga mulai berbahaya Marah, Anonymous bocorkan data PNS Singapura
(mdk/nvl)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Serangan siber yang meminta tebusan paling tinggi terjadi pada perusahaan teknologi TI terbesar asal Amerika Serikat (AS), Kaseya.
Baca SelengkapnyaAkibat peretasan kelompok Hive ini mengakibatkan jaringan mesin kasir toko di Belanda dan Jerman tidak bisa diakses.
Baca SelengkapnyaMenkominfo memaparkan kronologi serangan siber yang melanda Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) kena serangan Ransomware.
Baca SelengkapnyaMenteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi, memaparkan kronologi serangan siber yang melanda Pusat Data Nasional.
Baca SelengkapnyaPemerintah mengakui pelaku ransomware meminta tebusan.
Baca SelengkapnyaSebanyak 210 instansi publik terdampak akibat serangan ransomware ke Pusat Data Nasional Sementara.
Baca SelengkapnyaMenkominfo, Budi Arie mengungkapkan, sejumlah dampak dari serangan peretas ini kepada pusat data nasional
Baca SelengkapnyaBadan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengidentifikasi bahwa ada kemungkinan laman tersebut telah diretas
Baca SelengkapnyaPenyerang server PDN meminta uang tebusan senilai USD8 miliar.
Baca SelengkapnyaMenkominfo mengungkapkan, serangan siber server PDNS terdapat dua kemungkinan pelaku.
Baca SelengkapnyaKelompok ransomware Brain Cipher mengakui bobol data PDNS 2 tak sulit.
Baca SelengkapnyaMenkominfo Budi Arie Setiadi menyebut, bahwa tidak ada negara di seluruh dunia yang tidak terkena serangan Ransomware.
Baca Selengkapnya