Mengikuti Ritual Nyobeng, Tradisi Mencuci Tengkorak Manusia Suku Dayak
Merdeka.com - Tengkorak manusia tersusun rapi bersanding dengan berbagai sesaji. Pemangku adat menjaganya sembari mengucapkan beberapa mantra. Suasana mistis begitu kental terasa dalam upacara Nyobeng. Sebuah ritual memandikan tengkorak manusia dalam rangka menyongsong musim tanam. Nyobeng dilakukan oleh Suku Dayak Bidayuh, Dusun Sebujit, Kecamatan Siding, Bengkayang, Kalimantan Barat, yang berbatasan langsung dengan Malaysia.
Siapa sangka, tengkorak manusia untuk ritual berasal dari sisa-sisa peperangan masa lampau. Sebelum ada perdamaian, Suku Dayak Bidayuh di wilayah Indonesia dan Malaysia kerap berperang. Kini sisa tengkorak peperangan disimpan dan selalu dilibatkan dalam ritual Nyobeng. Bukan dengan sembarang air, namun tengkorak juga dicuci dengan darah hewan yang telah dibacakan mantra.
Upacara Nyobeng merupakan sebuah ritual meminta restu para leluhur sebelum masa tanam padi. Jika dulunya merupakan tengkorak sisa peperangan, kini tengkorak menjadi sebuah ajang mempererat tali persaudaraan.
-
Siapa yang mengumpulkan tengkorak? Sebagian besar tengkorak ini awalnya dikumpulkan oleh Dr. Felix von Luschan, seorang dokter dan antropolog, selama masa pemerintahan kolonial Jerman.
-
Siapa yang menjalani ritual adat Batak? Chen Giovani menjalani ritual adat Batak menjelang pernikahannya dengan Fritz Hutapea.
-
Mengapa tengkorak ini dipajang? Para tengkorak ini dipajang sebagai peringatan terhadap warga desa agar tidak ada perlawanan.
-
Dimana tengkorak itu ditemukan? Tengkorak ini ditemukan di pemakaman kota kuno Lato, yang mengarah pada penemuan-penemuan arkeologi menakjubkan di seluruh wilayah itu.
-
Dimana tengkorak ditemukan? Saat ini, tengkorak tersebut menjadi bagian dari Koleksi Duckworth milik Universitas Cambridge.
©2021 Merdeka.com/Elyana Dasuki
Uniknya, tengkorak yang dikumpulan ialah tengkorak musuh. Saat peperangan, kepala musuh dipenggal oleh tetua adat. Penggalan kepala ini menjadi simbol peperangan yang berubah menjadi perdamaian Dayak Bidayuh Serumpun di daratan Indonesia dan Malaysia. Puluhan tengkorak ini mereka jaga dengan baik. Dikumpulkannya ke dalam bangunan khas Dayak bernama Rumah Balug.
Di sinilah tengkorak musuh selama ratusan tahun tersimpan dengan aman. Rumah Balug memiliki tinggi 15 meter yang berbentuk rumah panggung. Atapnya sederhana, terbuat dari daun rumbia.Tengkorak yang sudah usang karena dimakan usia ini secara beriringan diturunkan dari Rumah Balug. Sorak-sorak nyanyian dan tabuhan genderang bernama Simlog dengan gong dan kenong turut mengiringi ritual.
©2021 Merdeka.com/Elyana Dasuki
Ritual Nyobeng diikuti oleh seluruh masyarakat Dayak Bidayuh. Sembari menunggu upacara, para wanita biasanya menyajikan tuak atau minuman keras khas Dayak. Tuak ketan, tuak ubi, tuak enau dan tuak beras yang saling ditukarkan satu sama lain. Ritual Nyobeng dilaksanakan selama 3 hari berturut-turut pada tanggal 15 hingga 17 Juni setiap tahunnya.
Mencuci tengkorak menjadi puncak acara dalam Ritual Nyobeng. Namun sebelumnya, para tokoh adat akan menyiapkan berbagai sesaji. Sesaji ini harus diolesi dengan darah dari sayap ayam. Tetua adat kemudian melemparkan seekor anjing putih dan menebasnya di udara. Suasana sontak berubah menjadi mencengangkan. Orang Dayak Bidayuh menggunakan ayam sebagai persembahan, sedangkan anjing sebagai sesaji untuk menolak bala.
©2021 Merdeka.com/Elyana Dasuki
Tengkorak manusia berjajar dengan tengkorak beberapa rusa. Air dari tempayan yang sudah dibacakan mantra kemudian diguyur satu persatu pada tengkorak. Mereka menggunakan gelas dari bambu dan mengoleskannya dengan air bermantra.
Setelahnya, seekor babi akan disembelih dan darahnya akan ditampung pada mangkuk kecil. Darah inilah yang akan melumuri tiap tengkorak kepala manusia Suku Dyak. Peti kotak dari kayu berisi beberapa tengkorak dikeluarkan. Satu-persatu tengkorak disapukan dengan darah babi. Tak hentinya mantra diucapkan selama prosesi mencuci tengkorak.
Selepasnya, tengkorak akan disimpan kembali ke dalam peti kayu. Tak lupa, peti kayu juga dibersihkan dari kotoran. Perlahan, kotak kayu berisi tengkorak akan disimpan kembali ke dalam Rumah Balug untuk dimandikan lagi di tahun yang akan datang.
©2021 Merdeka.com/Elyana Dasuki
Darah juga dioleskan pada wajah para tetua adat Dayak. Setelah semua ritual selesai dilakukan, tibalah saatnya menyantap sajian makanan. Nasi dan sayur disuguhkan kepada peserta ritual, termasuk para tamu yang datang dari luar daerah. Tak hanya orang Indonesia, orang Malaysia juga turut datang dan menyaksikan Ritual Nyobeng.
Bagi orang Dayak kepala manusia merupakan simbol harga diri dan penjaga desa. Roh kepala manusia akan menghalau hantu yang membawa hama penyakit, lalu mendatangkan hujan, serta menghindari desa dari bahaya. Ritual unik khas Kalimantan Barat ini telah menjadi destinasi agenda Kepariwisataan Negara yang rutin digelar. (mdk/Ibr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tarian ini konon dipercaya akan merekatkan koneksi antara keluarga yang ditinggalkan dengan roh yang dipanggil oleh Tuhan.
Baca SelengkapnyaSelain berfungsi sebagai alat komunikasi antar sesama serumpun Suku Dayak, benda ini juga menyebabkan terjadinya rentetan peristiwa berdarah.
Baca SelengkapnyaRitual Ma'nene di Tana Toraja jadi sorotan di media sosial.
Baca SelengkapnyaAda rangkaian ritual yang cukup menarik untuk disorot dan diketahui. Dalam pelaksanaannya, ritual pengantar jenazah suku Asmat wajib menyanyikan lagu khusus.
Baca SelengkapnyaAdanya ritual ini bisa menjadi potensi wisata yang mengundang wisatawan dari berbagai daerah.
Baca SelengkapnyaViral, begini ritual Ma’nene di Toraja yang diadakan setiap bulan Agustus.
Baca SelengkapnyaTradisi ini digelar setiap perayaan Hari Raya Karo yang jatuh pada tanggal 15 bulan Karo dalam kalender Saka.
Baca SelengkapnyaMereka masih mempertahankan tradisi ini karena banyak pesan moral yang terkandung di dalamnya.
Baca SelengkapnyaTana Toraja di Sulawesi Selatan punya beragam kekayaan budaya menarik dan tradisi yang unik.
Baca SelengkapnyaPada hari raya Lebaran, mereka tidak melaksanakan salat Idulfitri. Pelaksanaan salat mereka ganti dengan membersihkan makam leluhur.
Baca SelengkapnyaTradisi Marsuap jadi tradisi ziarah khas warga Batak.
Baca SelengkapnyaSecara umum geriten hampir mirip seperti bangunan tradisional milik Suku Batak Karo yaitu siwaluh jabu, hanya saja ukuran dari rumah ini lebih kecil.
Baca Selengkapnya