10 Bahan Pengawet Makanan Alami dan Buatan, Waspadai Dampak Bagi Kesehatan
Merdeka.com - Bahan pengawet makanan alami dan buatan kerap menjadi pilihan untuk menjaga makanan tahan lama. Selain mencegah pertumbuhan mikroorganisme pembusukan, tentunya menjaga kualitas makanan itu sendiri.
Patut diketahui, bahwa semua bahan pengawet baik alami maupun buatan tak semuanya aman digunakan. Mengonsumsi makanan dengan bahan pengawet, bisa menyebabkan gangguan kesehatan, seperti infeksi saluran pencernaan, pernapasan, diare, bahkan rusaknya jantung dan ginjal.
Bahan pengawet makanan alami terbilang lebih aman, guna menghindari risiko pada tubuh. Berikut beberapa bahan pengawet makanan alami dan buatan yang patut diwaspadai dampaknya bagi kesehatan.
-
Apa saja pengawet makanan alami? Selain pengawet buatan yang sering ada di makanan kemasan, ada juga pengawet makanan alami yang lebih sehat. Mereka membantu melawan pembusukan makanan akibat mikroba seperti jamur, ragi, dan bakteri.
-
Mengapa zat pengawet makanan sering dipertimbangkan? Namun, penggunaan zat pengawet makanan sering kali mendapatkan perhatian dan kontroversi karena kekhawatiran tentang dampak kesehatan jangka panjang.
-
Bagaimana mengenali jajanan dengan bahan pengawet? Bahan pengawet berbahaya seperti boraks atau formalin sering kali digunakan untuk memperpanjang umur simpan jajanan.
-
Kenapa bahan tambahan di makanan kemasan harus diwaspadai? Namun, untuk menciptakan rasa, warna, dan umur simpan yang menarik, produsen sering menggunakan bahan tambahan yang patut diwaspadai.
-
Apa itu zat pengawet makanan? Pengawet makanan adalah bahan kimia yang ditambahkan ke produk makanan untuk memperpanjang umur simpan, mencegah pertumbuhan mikroorganisme, dan mempertahankan kualitas produk.
-
Kenapa kita perlu waspada dengan Pemanis Buatan? Meskipun pemanis buatan memberikan rasa manis tanpa kalori, beberapa dari mereka dapat berdampak negatif pada metabolisme dan kesehatan secara keseluruhan jika dikonsumsi secara berlebihan.
Bahan Pengawet Makanan Alami
Bawang Putih
©Pixabay
Bahan pengawet alami pertama bisa memanfaatkan dari bawang putih. Diketahui bawang putih bersifat antibakteri dan mengandung antioksidan yang sangat baik dalam menjaga makanan, supaya tetap berkualitas dan tidak rusak.
Bawang putih bertugas menurunkan pH pada makananan dan mencegah membusuknya makanan akibat bakteri maupun kuman.
Garam
© www.healthcareaboveall.com
Bahan pengawet makanan alami selanjutnya yang kerap dimanfaatkan ialah garam. Sejak zaman dulu, garam menjadi bahan pengawet makanan. Selain mengawetkan makanan, garam juga memberi rasa sedap.
Pasalnya, kandungan klorida dalam garam dipercaya bisa membunuh tumbuhnya mikroorganisme, menyerap air pada makanan dan mencegah makanan cepat busuk atau basi.Konsumsi makanan dengan bahan pengawet garam, tetap sesuai porsi. Jika berlebihan masuk di tubuh, tak baik bagi kesehatan jantung, gangguan fungsi ginjal, dan sebagainya.
Cuka
©Snug Hug
Bahan pengawet makanan alami berikutnya menggunakan cuka.Dilansir dari Liputan6, cuka merupakan produk hasil fermentasi dari bahan acetobacter. Terdapat berbagai macam jenis cuka yang diperoleh dari bahan fermentasi berbeda.
Ada cuka yang biasa digunakan untuk memasak biasa disebut dengan cuka masak. Cuka jenis ini adalah cuka kimiawi dengan rasa asam yang kuat. Biasanya cuka mengandung asam asetat.
Produk yang biasanya menggunakan cuka untuk makanan adalah acar, kimchi, jeli, dan minuman. Penggunaan cuka sebagai bahan pengawet makanan alami bisa meningkatkan daya simpan, mempertahankan warna, serta mencegah pencokelatan pada buah dan sayuran.
Gula
©Pixabay
Bahan pengawet makanan yang kerap dijumpai sejak zaman dulu ialah gula. Rasa manis gula membuat makanan terasa lebih lezat dan menjaga kualitas makanan. Gula sendiri bermanfaat mengikat zat air pada makanan, sehingga mencegahnya busuk atau basi.
Kluwak
©jakarta.panduanwisata.com
Kluwak kerap kali dijadikan sebagai bumbu dan pemberi warna. Ternyata di balik itu bisa juga digunakan sebagai pengawet makanan alami.
Kluwak biasanya digunakan untuk mengawetkan ikan segar. Langkah mudah memanfaatkannya, Anda bisa mencincang halus kluwak. Lalu dikeringkan dan masukkan ke dalam perut ikan yang sudah dibersihkan.
Menggunakan kluwak sebagai bahan pengawet, membuat ikan bisa bertahan hingga enam hari. Pengawetan dengan kluwak sering dikombinasikan dengan penggaraman dan pendinginan.
Kayu Manis
©2018 Liputan6.com
Bahan pengawet makanan alami selanjutnya adalah kayu manis. Kayu manis memiliki sifat bakterial sehingga mampu menghambat tumbuhnya khamir atau kapang pada makanan. Bahan pengawet makanan alami ini sangat baik menjaga dari pembusukan atau basi.
Daun Gambir
Salah satu bahan pengawet yang masih jarang digunakan masyarakat ialah daun gambir. Daun ini bisa dijadikan sebagai alternatif bahan pengawet makanan alami yang aman.
Pasalnya, daun gambir memiliki kandungan zat katekin yang bermanfaat dalam menjaga makanan dari pengaruh mikroorganisme penyebab basi.
Biasanya digunakan pada pembuatan telur asin. Cara menggunakan daun gambir adalah dengan merendam telur asin di air sisa penirisan.
Bahan Pengawet Makanan Buatan atau Kimia
Boraks
Borkas menjadi bahan pengawet makanan buatan atau kimia yang kerap digunakan oleh beberapa pedagang nakal. Sifatnya yang antiseptic membuat borkas mampu membunuh kuman di dalam makanan.
Meski kerap digunakan sebagai bahan pengawet makanan, sebenarnya borak tidak aman. Pasalnya, bisa memberikan efek berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Asam Benzoat
Bahan pengawet makanan buatan selanjutnya ada asam benzoat. Jenis pengawet ini biasanya digunakan untuk mengawetkan buah-buahan, kecap botol, margarin, saus tomat, dan minuman ringan.
Hampir sama dengan boraks, asam benzoat memiliki kandungan antibakteri. Sehingga makanan yang diberikan bahan pengawet ini akan terlindung dari perkembangan bakteri.
Sulfur Dioksida
Bahan pengaruh buatan berikutnya ialah sulfur dioksida yang acap kali digunakan untuk mengawetkan sari buah, buah kering ataupun sirup.
Bahan pengawet kimia ini terbilang aman untuk dikonsumsi, dengan syarat penggunaannya masih dalam batas cukup atau diberikan sesuai takaran.
Itulah beberapa bahan pengawet makanan alami dan buatan yang kerap dijumpai. Sebagian ada yang menimbulkan efek samping bagi kesehatan tubuh dan menambah citarasa lezat. Sebagian lain, tak ada efek rasa sama sekali.
Semi menjaga kesehatan diri, pastikan untuk memperhatikan takaran asupan. Supaya tidak melebihi kemampuan tubuh. (mdk/kur)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Meski beberapa pengawet makanan diijinkan, namun perlu bijak dalam mengonsumsinya, karena jika terlalu berlebihan akan merusak kesehatan.
Baca SelengkapnyaMerdeka.com merangkum 8 zat pengawet makanan yang boleh dikonsumsi dengan aman.
Baca SelengkapnyaKonsumsi sejumlah makanan yang mengandung formalin terutama yang terkandung pada tahu dan bakso bisa sebabkan masalah kesehatan.
Baca SelengkapnyaUntuk membuat makanan tetap tahan lama, kita tidak selalu harus bergantung pada bahan kimia. Sejumlah bahan alami di dapur dapat menjadi pengawet yang efektif.
Baca SelengkapnyaPada label nutrisi di makanan yang kita temui, terdapat sejumlah kandungan yang perlu dihindari.
Baca SelengkapnyaPecinta petualangan kuliner, hati-hati! Eksplorasi hidangan eksotis dan sehari-hari dapat membawa risiko bahaya kesehatan.
Baca SelengkapnyaSakarin, aspartam, siklamat, sukralosa, acesulfame potassium, sorbitol, dan neotam adalah beberapa contoh pemanis buatan yang sering hadir dalam produk makanan.
Baca SelengkapnyaWalau memasak menggunakan slow cooker bisa sangat praktis dan mudah, namun sejumlah makanan sebaiknya tidak dimasak dengan menggunakannya.
Baca SelengkapnyaBahaya natrium dehidrosetat bagi kesehatan jika dikonsumsi dalam jumlah banyak secara terus menerus.
Baca SelengkapnyaMakanan organik kerap dianggap lebih sehat, benarkah makanan ini memiliki manfaat kesehatan yang lebih superior?
Baca SelengkapnyaMemanaskan makanan memang sudah menjadi kebiasaan sebagian besar masyarakat Indonesia. Namun, tahukah Anda bahwa tidak semua makanan aman untuk dipanaskan ulang
Baca SelengkapnyaAda beberapa makanan tertentu yang bisa jadi racun atau kehilangan kandungan nutrisinya jika dipanaskan ulang. Tentu ini bukanlah hal baik bagi kesehatan kita.
Baca Selengkapnya