Asal Usul Tikus Sungguh Luar Biasa, Sudah Ada di Bumi Sebelum Manusia & 'Lebih Hebat' dari Dinosaurus
Artikel ini membahas sejarah evolusi tikus dan hubungan kompleksnya dengan manusia dari berbagai aspek.

Evolusi tikus merupakan topik yang menarik dan kompleks, mengingat hubungan erat antara tikus dan manusia. Sejak zaman purba, tikus telah ada jauh sebelum manusia muncul di muka bumi.
Penemuan fosil menunjukkan bahwa nenek moyang tikus modern sudah ada sejak 160 juta tahun yang lalu. Fosil Juramaia sinensis yang ditemukan di Cina merupakan salah satu bukti penting yang menunjukkan bahwa garis keturunan tikus telah ada sejak era Jurasik, saat dinosaurus masih mendominasi planet ini. Hebatnya, tikus hingga kini masih ada, sementara dinosaurus sudah punah.
Dilansir dari berbagai sumber, Rabu (19/2/2025), seiring berjalannya waktu, tikus mengalami berbagai proses evolusi yang memungkinkan mereka beradaptasi dengan beragam lingkungan. Adaptasi ini membuat mereka berhasil hidup di berbagai habitat, mulai dari hutan belantara hingga kawasan perkotaan yang padat.
Dengan kemampuan beradaptasi yang tinggi, tikus telah menjadi salah satu spesies mamalia yang paling sukses di dunia. Hubungan antara tikus dan manusia sangat beragam, mencakup aspek positif dan negatif.
Tikus sering kali dianggap sebagai makhluk komensal yang hidup berdampingan dengan manusia. Mereka memanfaatkan sumber daya yang disediakan oleh manusia, seperti makanan dan tempat berlindung.
Namun, keberadaan tikus juga membawa dampak negatif, terutama dalam hal kerusakan tanaman dan penyebaran penyakit.
Asal Usul dan Evolusi Tikus

Berdasarkan bukti fosil, nenek moyang tikus modern muncul dari kelompok mamalia plasenta. Fosil Juramaia sinensis, yang diperkirakan berusia 160 juta tahun, menunjukkan bahwa tikus telah ada sejak era Jurasik. Mamalia plasenta ini adalah kelompok yang juga mencakup manusia, menunjukkan bahwa evolusi tikus dan manusia memiliki akar yang sama.
Tikus beradaptasi dengan berbagai lingkungan, dari hutan hingga perkotaan, dan menunjukkan keberhasilan luar biasa dalam bertahan hidup. Keragaman spesies tikus saat ini sangat mencolok.
Terdapat berbagai jenis tikus yang tersebar di seluruh dunia, mencerminkan kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan. Mereka dapat ditemukan di hutan, padang rumput, hingga lingkungan urban yang padat.
Adaptasi ini mencakup perubahan dalam perilaku, pola makan, dan tempat tinggal, memungkinkan mereka untuk bertahan hidup di berbagai habitat.
Hubungan Tikus dan Manusia
Hubungan antara tikus dan manusia dapat digambarkan sebagai komensalisme. Tikus memanfaatkan sumber daya yang disediakan oleh manusia, seperti makanan dan tempat tinggal, tanpa memberikan manfaat yang signifikan bagi manusia.
Kemampuan adaptasi dan kecerdasan tikus memungkinkan mereka untuk hidup dekat dengan manusia, bahkan di lingkungan perkotaan yang padat. Namun, hubungan ini tidak selalu harmonis.
Tikus sering kali menjadi hama pertanian yang merugikan. Mereka dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman pangan yang berakibat pada kerugian ekonomi bagi petani.
Selain itu, tikus juga dikenal sebagai pembawa penyakit, yang dapat menyebar baik secara langsung melalui gigitan maupun tidak langsung melalui kontaminasi makanan dan air. Hal ini menjadikan tikus sebagai ancaman kesehatan masyarakat yang serius.
Pentingnya Tikus dalam Penelitian Ilmiah

Tikus juga memiliki peran penting dalam penelitian ilmiah. Mereka sering digunakan sebagai model hewan dalam berbagai studi, terutama di bidang biologi dan kedokteran. Kemiripan genetik dan fisiologis antara tikus dan manusia menjadikan mereka subjek ideal untuk mempelajari berbagai penyakit dan mengembangkan pengobatan baru.
Penelitian terbaru menunjukkan kemiripan dalam mekanisme memori rasa takut antara tikus dan manusia, yang membuka peluang untuk pemahaman yang lebih mendalam tentang gangguan stres pascatrauma (PTSD). Dalam konteks ini, hubungan antara tikus dan manusia dapat dilihat sebagai simbiosis parasitisme.
Tikus mendapatkan keuntungan dari sumber daya manusia, sementara manusia sering kali dirugikan akibat kerusakan yang ditimbulkan. Oleh karena itu, pemahaman yang lebih baik tentang evolusi dan perilaku tikus menjadi penting untuk mengelola dampak negatif mereka dan memanfaatkan potensi mereka dalam penelitian.