Doa Berhubungan Suami Istri, Adab, dan Waktu yang Dianjurkan Menurut Islam
Merdeka.com merangkum informasi tentang doa berhubungan suami istri dan adabnya menurut Islam
Merdeka.com merangkum informasi tentang doa berhubungan suami istri dan adabnya menurut Islam
Doa Berhubungan Suami Istri, Adab, dan Waktu yang Dianjurkan Menurut Islam
Islam mengajarkan umatnya untuk selalu berdoa dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Salah satunya adalah ketika berhubungan intim suami istri.
Berhubungan suami istri dalam Islam termasuk perbuatan sunnah yang jika dilakukan akan mendapatkan pahala.
Agama mengatur tentang hubungan suami istri, disebutkan oleh Imam Al-Ghazali, bahwa ada serangkaian persiapan yang perlu dilakukan ketika pasangan hendak berhubungan.
-
Bagaimana cara membaca doa suami untuk istri? Doa suami untuk istri ini bisa dibaca dan diamalkan setelah selesai salat.
-
Kapan waktu terbaik untuk membaca doa istri untuk suami? Dalam hal ini, tak ada salahnya bagi istri untuk senantiasa membacakan doa yang ditujukan untuk sang suami.
-
Gimana cara doa sebelum berhubungan? Bacaan doa orgasme ini sebagai salah satu ungkapan pujian dan rasa syukur kepada Allah.
-
Doa apa yang dibaca sebelum berhubungan? Bismillâhil ‘aliyyil ‘azhîm. Allâhummaj‘alhu dzurriyyatan thayyibah in qaddarta an takhruja min shulbî. Allâhumma jannibnis syaithâna wa jannibis syaithâna mâ razaqtanî.
-
Apa saja doa istri untuk suami? Berikut kumpulan doa istri untuk suami yang bisa diamalkan dilansir dari berbagai sumber: Doa Istri Agar Suami Terhindar Dari Kesulitan Allahumma innii as-alukal 'afwa wal 'aafiyah fid dun-yaa wal aakhirah. Allahumma innii as-alukal 'afwa wal 'aafiyah fi diini wa dunyaa-ya wa ahlii wa maalii. Allahummas-tur 'au-raatii wa aamin rau-'aatii, Allahumma-fadz-nii min baini yadayya wa min khalfii wa 'an yamiinii wa 'wn syimaalii wa min fauqii. Wa a-'uudzu bi 'adzmatika an-ughtaala min tahtii.
-
Kenapa doa pernikahan penting bagi pasangan Muslim? Dalam Islam, pernikahan disebut sebagai ibadah yang paling panjang dalam hidup manusia. Menikah juga disebut sebagai usaha untuk menyempurnakan separuh agama.
Etika tersebut tengah dirangkum dari akhlak yang diajarkan Nabi Muhammad SAW (naqli) dan juga melalui pendekatan akal (aqli).
Berhubungan seksual juga bukan hanya untuk melepaskan hasrat nafsu belaka akan tetapi juga berkaitan erat dengan perasaan, bahasa tubuh, medis, hingga bernilai ibadah.
Melansir dari berbagai sumber, berikut ini merdeka.com merangkum informasi tentang doa berhubungan suami istri dan adabnya menurut Islam. Simak penjelasannya sebagai berikut.
Doa Berhubungan Suami Istri
Sebelum berhubungan suami istri, kaum Muslim dianjurkan untuk membaca doa kepada Allah SWT. Doa tersebut bertujuan untuk memohon perlindungan kepada Allah dari hasutan setan, gelora nafsu dan mengharap karunia buah hati yang saleh.
Melansir dari laman NU, doa berhubungan suami istri ini diterangkan oleh Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dan tertuang dalam Al-Ghuniyah li Thalibi Thariqil Haqqi Azza wa Jalla fil Akhlaq wat Tashawwuf wal Adabil Islamiyah, Darul Kutub Al-Ilmiyah, tahun 1997 M/1417 H, juz I.
Bismillahil 'aliyyil 'azhim. Allahummaj'alhu dzurriyyatan thayyibah in qaddarta an takhruja min shulbi. Allahumma jannibnis syaithana wa jannibis syaithana ma razaqtani.
Artinya: "Dengan nama Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Tuhanku, jadikanlah ia keturunan yang baik bila Kau takdirkan ia keluar dari tulang punggungku. Tuhanku, jauhkan aku dari setan, dan jauhkan setan dari benih janin yang Kauanugerahkan padaku."
Adab Berhubungan Suami Istri Menurut Islam
Setelah mengetahui doa berhubungan suami istri menurut Islam, maka selanjutnya adalah penjelasan tentang adab berhubungan suami istri. Menurut Imam Al-Ghazali dalam karyanya yang berjudul Al-Adab fid Din mengenai hubungan suami istri:
Artinya: "Etika berhubungan badan dengan istri antara lain (1) mengenakan wangi-wangian, (2) menggunakan kata-kata yang lembut, (3) mengekspresikan kasih-mesra, (4) memberikan kecupan menggelora,
(5) menunjukkan sayang senantiasa, (6) baca bismillah, (7) tidak melihat kemaluan istri karena konon menurunkan daya penglihatan, (8) mengenakan selimut atau kain (saat bercinta), dan (9) tidak menghadap kiblat," (Lihat Imam Al-Ghazali dalam Al-Adab fid Din, Beirut, Al-Maktabah As-Sya'biyyah, halaman 175).
Selain itu, ada beberapa anjuran yang bisa dilakukan oleh pasangan suami istri sebelum melakukan hubungan. Beberapa di antaranya adalah:
1. Disunnahkan untuk membaca basmillah
2. Membaca surat Al-Ikhlash.
3. Membaca takbir dan tahlil (Allohu akbar, Laailaha illalloh)
4. Membaca doa
5. Memakai penutup atau selimut.
6. Memulai dengan cumbu-rayu dan ciuman.
Waktu yang Dianjurkan untuk Melakukan Hubungan Suami Istri
Al-Ghazali mengungkapkan bahwa waktu yang dianjurkan untuk melakukan hubungan suami istri adalah empat kali sehari atau tergantung sesuai dengan kebutuhan masing-masing pasangan.
Sebagian besar ulama menganjurkan untuk melakukannya di hari Jumat. Selain itu, ulama juga ada yang menyebutkan makruh di awal bulan, tengah, dan akhir bulan. Dimakruhkan juga berhubungan suami istri pada awal malam.
"Dan sebaiknya suami mendatangi istrinya empat hari sekali. Dan ini adalah yang paling ideal, karena jumlah maksimal perempuan (yang boleh dinikahi) itu empat. Selanjutnya boleh juga mengakhirkan sampai batas ini, bisa sebaiknya menambah atau mengurangi sesuai dengan kebutuhan istri dalam tahshin
Dan dimakruhkan bagi suami untuk berjimak pada tiga malam dari satu bulan, yaitu pada awal bulan, akhir, dan tengah bulan. Dikatakan: Sesungguhnya syaitan akan menghadiri jimak yang dilakukan pada malam-malam ini.
Sebagian ulama ada yang mensunnahkan jimak pada hari dan malam Jumat sebagai hasil tahqiq terhadap salah satu dari dua ta'wil dari sabda Rasulullah saw: "Allah akan merahmati orang mencuci dan mandi (pada hari Jumat).
Dan jika suami ingin berhubungan badan dengan istrinya untuk yang kedua kali, maka hendaknya ia mencuci kemaluannya."
Dan dimakruhkan berjimak pada awal malam sampai ia tidak tidur kecuali dalam kondisi tidak suci, maka jika ingin tidur atau makan, hendaknya ia melakukan wudhu sebagaimana wudhu untuk sholat. Demikian ini hukumnya sunnah." (Abu Hamid al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, Mesir-Mushthafa al-Babi al-Halabi, 1358 H/1939 M, juz, 2, h.51, 52).