Ilmuwan Ungkap Bukti Arkeologis Keberadaan Yesus di Masa Lalu, Begini Penjelasannya
Para Ilmuwan coba menguak keberadaan Yesus di masa lalu berdasarkan bukti arkeologis. Simak informasi selengkapnya berikut ini.
Para Ilmuwan coba menguak keberadaan Yesus di masa lalu berdasarkan bukti arkeologis.
Ilmuwan Ungkap Bukti Arkeologis Keberadaan Yesus di Masa Lalu, Begini Penjelasannya
Keberadaan Yesus Kristus atau Isa Almasih memang dipercaya miliaran orang di seluruh dunia.
Meski demikian, ada segelintir orang yang tetap menolak keberadaan Yesus karena minimnya bukti yang ditemukan.
Dalam sebuah sebuah survei tahun 2015 yang dilakukan oleh Gereja Inggris, misalnya, menemukan bahwa 22 persen orang dewasa di Inggris tidak percaya bahwa Yesus adalah manusia nyata.
Keberadaan bukti arkeologis menjadi patokan orang lain percaya akan keberadaan Sang Mesias.
Namun tidak banyak literatur atau barang bukti yang ditemukan hingga saat ini.
Namun beberapa Ilmuwan mencoba menggali lebih dalam dengan sedikit temuan bukti keberadaan Yesus Kristus.
Melansir dari laman history.com, Selasa (12/12) berikut informasi selengkapnya.
Lawrence Mykytiuk, profesor ilmu perpustakaan di Universitas Purdue sekaligus penulis artikel Biblical Archaeology Review tahun 2015 tentang bukti di luar alkitabiah tentang Yesus.
Dalam tulisan tersebut disebutkan bahwa pada zaman dulu keberadaan Yesus tidak pernah diperdebatkan.
“Para rabi Yahudi yang tidak menyukai Yesus atau para pengikutnya menuduh dia sebagai seorang penyihir dan menyesatkan orang,tetapi mereka tidak pernah mengatakan bahwa dia tidak ada,” tulis Mykytiuk.
Sampai saat ini tidak ada bukti arkeologis yang menyebutkan bahwa Yesus ada atau tidak ada. Terlebih Yesus adalah seorang tukang kayu biasa pada masa itu.
Profesor studi agama di Universitas North Carolina, Bart D. Ehrman sekaligus penulis buku "Did Jesus Exist?" berisi argumen sejarah tentang Yesus dari Nazaret.
“Kenyataannya adalah kita tidak memiliki catatan arkeologi tentang siapa pun yang hidup pada zaman dan tempat Yesus,” tulis Ehrman.
“Kurangnya bukti bukan berarti seseorang pada saat itu tidak ada. Artinya, dia, seperti 99,99% penduduk dunia lainnya pada saat itu, tidak memberikan dampak apa pun terhadap catatan arkeologi,” tambahnya.
Hanya Bersumber dari Literasi
Keberadaan Yesus hanya tercatat di dalam Perjanjian Baru yang berasal dari keempat Injil dan tulisan Perjanjian Baru lainnya.
Injil berisi tentang rekam jejak kehidupan Yesus dari lahir hingga kematiannya.
“Tetapi klaim utama mereka tentang Yesus sebagai tokoh sejarah—seorang Yahudi, dengan pengikutnya, yang dieksekusi atas perintah gubernur Romawi di Yudea, Pontius Pilatus, pada masa pemerintahan Kaisar Tiberius—didukung oleh sumber-sumber selanjutnya dengan rangkaian yang sama sekali berbeda. bias.”
Sejarawan Yahudi abad pertama itu menurut Ehrman adalah sumber informasi terbaik kita tentang Palestina abad pertama.
Dalam tulisan itu tercantum dua kali menyebutkan Yesus dalam Jewish Antiquities, bukunya yang berjumlah 20 jilid sejarah bangsa Yahudi yang ditulis sekitar tahun 93 M.
Flavius Josephus perkirakan lahir beberapa tahun setelah penyaliban Yesus sekitar tahun 37 M.
Josephus adalah seorang bangsawan dan pemimpin militer yang memiliki koneksi baik di Palestina yang menjabat sebagai komandan di Galilea selama Pemberontakan Yahudi pertama melawan Roma antara tahun 66 dan 70 M.
"Meskipun Josephus bukan seorang pengikut Yesus, dirinya ada saat gereja mula-mula pertama kali berdiri. Sehingga dirinya mengenal orang-orang yang telah melihat dan mendengar Yesus,” kata Mykytiuk.
Salah satu tulisan dalam Jewish Antiquities menceritakan tentang eksekusi yang melanggar hukum.
Josephus mengidentifikasi korbannya, Yakobus, sebagai “saudara Yesus yang disebut Mesias.”
Catatan tersebut sempat diragukan banyak pakar, apalagi banyak perdebatan seputar tulisan Yosefus yang lebih panjang tentang Yesus, yang dikenal sebagai “Testimonium Flavianum,” dan menggambarkan seorang pria yang melakukan perbuatan mengejutkan dan dikutuk untuk disalib oleh Pilatus.
Mykytiuk sepakat bahwa sebagian besar pakar bahwa ahli-ahli Taurat Kristen memodifikasi sebagian dari bagian tersebut tetapi tidak memasukkannya secara keseluruhan ke dalam teks.
Kisah terakhir tentang Yesus muncul dalam Annals of Imperial Rome, sebuah sejarah Kekaisaran Romawi abad pertama yang ditulis sekitar tahun 116 M oleh senator dan sejarawan Romawi Tacitus.
Dalam kisah pembakaran Roma pada tahun 64 M, Tacitus menyebutkan bahwa Kaisar Nero secara salah menyalahkan "orang-orang yang biasa disebut Kristen, yang dibenci karena besarnya mereka.
Christus, pendiri nama tersebut, dibunuh oleh Pontius Pilatus, prokurator Yudea pada masa pemerintahan Tiberius.”
Tacitus tidak memiliki bias Kristen dalam pembahasannya mengenai penganiayaan umat Kristen oleh Nero.
“Hampir semua yang dia katakan sejalan dari sudut pandang yang sangat berbeda oleh seorang penulis Romawi yang meremehkan umat Kristen dan takhayul mereka dengan apa yang dikatakan dalam Perjanjian Baru bahwa Yesus dieksekusi oleh gubernur Yudea, Pontius Pilatus, karena kejahatan terhadap negara, dan gerakan keagamaan para pengikutnya bermunculan setelahnya.”
Ketika Tacitus menulis sejarah, bila dia menganggap informasi tersebut tidak sepenuhnya dapat diandalkan, dia biasanya menulis beberapa indikasi mengenai hal itu kepada para pembacanya.
“Tidak ada indikasi potensi kesalahan dalam bagian yang menyebutkan Kristus.” pungkas Mykytiuk.