Ini Fakta Indonesia 'Harga Mati' Dukung Palestina & Anti Israel Sejak Dulu
Massa dari Ormas Manguni Makasiouw menyerang para peserta aksi damai solidaritas membela Palestina di Bitung, Sulawesi Utara.
Massa dari Ormas Manguni Makasiouw menyerang para peserta aksi damai solidaritas membela Palestina di Bitung, Sulawesi Utara.
Ini Fakta Indonesia 'Harga Mati' Dukung Palestina & Anti Israel Sejak Dulu
Massa dari Ormas Manguni Makasiouw menyerang para peserta aksi damai solidaritas membela Palestina di Bitung, Sulawesi Utara.
Mengenakan pakaian adat dan bersenjatakan pedang, mereka tiba-tiba menyerang massa pro Palestina yang sedang melakukan aksi damai yang sudah memiliki izin dari polisi itu.
Tak cuma itu, para anggota ormas tersebut juga membawa bendera Israel dan mengibar-ngibarkannya. Mereka bahkan menghancurkan ambulans yang tengah berjaga di sekitar lokasi aksi.
Foto sebuah surat berkop Dewan Pimpinan Wilayah Sulawesi Utara Ormas Adat Pasukan Manguni Makasiouw yang ditujukan kepada Kapolres Kota Bitung kemudian beredar di media sosial.
Surat bertanggal 22 November 2023 atau tiga hari sebelum Aksi Solidaritas Palestina itu berisi soal tuntutan Ormas Adat Pasukan Manguni Makasiouw agar Kapolres Bitung tak mengizinkan Aksi Solidaritas Palestina.
Di surat yang ditandatangani oleh Michael Rempowatu yang bertindak sebagai penanggungjawab dan ketua, ormas tersebut juga menyebut Hamas adalah teroris.
Hal ini tentu berlawanan dengan sikap Presiden Jokowi yang mengutuk keras genosida yang dilakukan Israel atas rakyat Gaza, Palestina.
Bahkan, atas perintah Presiden, Indonesia sudah dua kali mengirimkan bantuan kemanudian ke Gaza.
Sikap Indonesia mendukung Palestina memang sudah sejak dulu terjadi. Apalagi Indonesia memiliki utang sejarah pada Palestina
Wajib diketahui, pengakuan pertama atas kemerdekaan Indonesia secara de facto berasal dari Palestina. Bahkan dukungan itu sudah disampaikan pada 6 September 1944, alias satu tahun sebelum proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.
Pengakuan ini kemudian disebarkan ke seluruh dunia oleh mufti besar Palestina, Syekh Muhammad Amin Al-Husaini.
Tak cuma itu, Palestina juga melobi negara-negara di kawasan Timur Tengah yang berdaulat di Liga Arab untuk mengakui kemerdekaan Indonesia.
"Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan". Demikian isi pembukaan UUD 1945.
Tak cuma itu, dalam Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 3 Tahun 2019 tentang Panduan Umum Hubungan Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah, juga ditegaskan Indonesia menentang penjajahan Israel atas wilayah dan bangsa Palestina.
Karenanya Indonesia menolak segala bentuk hubungan resmi dengan negeri zionis itu. Berikut isinya di halaman selanjutnya..
Di zaman Soekarno-Hatta, penolakan terhadap Israel begitu lantang terdengar. Bahkan pada 1950 saat Menlu Israel Moshe Sharett memberi pengakuan penuh atas kemerdekaan Indonesia lewat telegram yang dikirim, Wapres Mohammad Hatta hanya membalas terimakasih.
Tak ada tawaran imbal balik kepada Israel. Bahkan pada 1952, Indonesia menyatakan tak memiliki niat mengakui Israel
Saat Soekarno menggagas Konferensi Negara-negara Asia-Afrika pada 1953, usul dari Burma (Myanmar), India dan Srilangka agar Israel diikutsertakan dengan tegas ditolak oleh Indonesia dan Pakistan.
Sikap tegas Soekarno menolak Israel juga terjadi pada 1957. Saat itu Timnas Indonesia sudah lolos pertandingan tingkat Asia dan hanya perlu bertanding dengan Israel agar bisa lolos ke Piala Dunia 1958 Swedia.
Namun, Soekarno memerintahkan agar Indonesia tidak bertanding sebagai wujud solidaritas pada Palestina dan menentang penjajahan Israel.
Hal itu dilakukan Bung Karno karena khawatir kehadiran dua negara itu akan merusak hubungan Indonesia dengan negara-negara sahabat, khsususnya Arab dan China.
Alhasil, Komite Olimpiade Internasional (IOC) pun geram. Soekarno kemudian membalas dengan memerintahkan Indonesia keluar dari Komite Olimpiade Internasional.
Pada HUT ke-21 RI tahun 1962, Presiden Soekarno dalam pidatonya yang membakar semangat dengan tegas menyatakan Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel atas Palestina.
"Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel," kata Bung Karno.
Dengan sejarah, sikap jelas dan lugas secara resmi dan konstitusi yang dimiliki negara Indonesia sejak dahulu hingga sekarang itu jelas sudah posisi Palestina bagi bangsa Indonesia adalah saudara dekat.