Julian Assange Wikileaks Blak-blakan Israel Gunakan AI buat Membantai Penduduk Gaza, Telepon & Internet Jadi Kunci buat Penargetan
Pendiri Wikileaks buka suara perihal penggunaan senjata AI dalam genosida Israel ke Palestina.
Pendiri Wikileaks Julian Assange mengatakan bahwa ada keterlibatan kecerdasan buatan dalam 'pembunuhan massal' di Gaza.
Dalam pidatonya di hadapan Dewan Eropa (PACE) usai dipenjara selama 14 tahun, Assange mengatakan bahwa kecerdasan buatan sengaja digunakan untuk membunuh sebanyak mungkin orang di Gaza.
“Saat saya keluar dari penjara, saya melihat kecerdasan buatan digunakan untuk menciptakan pembunuhan massal,” katanya kepada Dewan Eropa (PACE).
Kini masyarakat tak akan lagi bisa membedakan antara pembunuhan dan peperangan lantaran keduanya disatukan melalui teknologi senjata AI.
“Sebelumnya terdapat perbedaan antara pembunuhan dan peperangan, kini keduanya digabungkan, dimana banyak, mungkin sebagian besar, sasaran di Gaza dibom sebagai akibat dari penargetan kecerdasan buatan,” tambah Assange.
Ungkap Hubungan AI dan Informasi
Assange mengatakan bahwa kecerdasan buatan dan informasi pengawasan itu saling berhubungan.
Menurutnya, hal tersebut sangat dibutuhkan untuk mengumpulkan informasi perihal target dan agen propaganda.
“Kecerdasan buatan membutuhkan informasi untuk menghasilkan target, ide, atau propaganda," ucapnya.
Lebih lanjut, Assange juga mengatakan bahwa AI memakai telepon dan internet untuk melatih alogritma terutama dalam melakukan pembunuhan massal.
"Ketika kita berbicara tentang penggunaan kecerdasan buatan untuk melakukan pembunuhan massal, data pengawasan dari telepon, internet, adalah kunci untuk melatih algoritma tersebut,” jelas Assange.
Keterlibatan India dalam Penggunaan Senjata AI Israel
Menurut kabar yang diunggah laman middleeasteye, militer Israel bekerja sama dengan India dalam memproduksi sistem senjata AI di Gaza.
Pasukan Israel telah menggunakan sistem senjata Arbel di Gaza setelah invasi mereka yang menghancurkan ke wilayah kantong tersebut setelah serangan tanggal 7 Oktober di Israel selatan.
Arbel diciptakan atas kerjasama Industri Senjata Israel (IWI) dan perusahaan India Adani Defense & Aerospace.
Senjata ini diumumkan pada pameran pertahanan di Gandhinagar di Gujarat pada bulan Oktober 2022.
Pada saat itu, beberapa situs media India memuji senjata tersebut dan menggambarkannya sebagai "sistem penembakan berbasis AI pertama di India".
Namun pada bulan April 2024, enam bulan setelah perang di Gaza, IWI memperkenalkan senjata tersebut sebagai "sistem senjata terkomputerisasi pertama".
IWI mengatakan senjata itu “meningkatkan tingkat kematian, akurasi dan kemampuan bertahan hidup operator hingga tiga kali lipat.”
Senjata itu disebut sebagai “pengubah permainan revolusioner yang meningkatkan kemampuan mematikan dan kemampuan bertahan operator”.
Sistem Arbel meningkatkan senapan mesin dan senjata serbu – seperti Tavor, Carmel, dan Negev yang diproduksi Israel menjadi senjata yang menggunakan algoritma untuk meningkatkan peluang tentara mengenai sasaran. lebih akurat dan efisien.
Meskipun sistem senjata ini tidak semutakhir sistem senjata AI “Lavender” atau “The Gospel” yang memainkan peran besar dalam jumlah korban tewas yang sangat besar di Gaza, Arbel merupakan sistem persenjataan pertama yang secara terang-terangan melibatkan India di konflik Gaza dan dapat menimbulkan implikasi luas terhadap konflik-konflik lainnya.