4 Alasan Indonesia kekurangan pilot
Merdeka.com - Dalam lima tahun ke depan, Indonesia bakal kekurangan 700 pilot per tahun. Paling tidak, data dari Kementerian Perhubungan, Indonesia harus memiliki 3.000 penerbang baru. Banyak masalah di dalam negeri, untuk merekrut calon pilot dari anak bangsa. Kementerian Perhubungan pun harus berpikir keras, agar pilot asing tidak menjamur di dalam negeri.
Bukan hanya pilot untuk pesawat yang berjadwal, pilot untuk tidak berjadwal pun Indonesia harus kerja keras memenuhi pasar. Seperti untuk pilot helikopter khusus industri perminyakan dana lainnya.
Padahal, aktivitas penerbangan di Indonesia termasuk terpadat di dunia. Salah satu faktor pendorongnya yakni pertumbuhan penumpang pesawat di Indonesia yang tercatat nomor 8 tertinggi di dunia.
-
Apa target PDB Indonesia dalam 5 tahun? Orang terdekat Prabowo Subianto sekaligus Editor Buku Strategi Transformasi Bangsa, Dirgayuza Setiawan, mengungkapkan pemerintahan baru Prabowo Subianto menargetkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia naik menjadi USD35.500 per kapita dalam lima tahun ke depan.
-
Apa target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Pemerintah menyepakati target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 mendatang berada pada rentang 5,3 persen sampai 5,6 persen.
-
Siapa pilot pertama Indonesia yang terbang setelah kemerdekaan? Adisutjipto menjadi orang Indonesia pertama yang menerbangkan pesawat setelah kemerdekaan. Penerbangan itu terjadi 27 Oktober 1945 pukul 10.00 selama 30 menit.
-
Kenapa maskapai Indonesia belum masuk daftar? Hingga kini, maskapai dan bandara asal Indonesia belum masuk dalam peringkat Cirium. Beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebabnya meliputi: Infrastruktur: Bandara di Indonesia menghadapi tantangan berupa kapasitas yang belum sebanding dengan jumlah penumpang yang terus meningkat.
-
Apa target Menko Perekonomian untuk transportasi di Indonesia? Pemerintah telah memprioritaskan pengembangan ekosistem Kendaraan Listrik (EV) dengan target 13 juta sepeda motor listrik dan 2 juta mobil listrik pada 2030.
-
Siapa yang terbang ke Jakarta? 'Puji Tuhan, Selasa malam rapat pleno KPU Papua Pegunungan selesai dilaksanakan walaupun banyak yang mengajukan keberatan dan kami bersama komisioner KPU Papua berangkat dan setibanya di Jakarta akan langsung mengikuti rapat pleno di KPU RI,' kata Theodorus Kossay.
Namun, kondisi ini tidak dibarengi dengan meningkatnya layanan bandara. Paling tidak, 1000 penerbangan berjadwal, melintas di langit Indonesia. Lantas apa saja yang bikin Indonesia tidak bisa mencetak tenaga profesional tersebut? Berikut ulasannya.
Lulusan minim
Kementerian Perhubungan mengaku hanya bisa menyiapkan anggaran sekitar 3 triliun untuk mengembangkan SDM transportasi. Dana tersebut, harus dibagi untuk sektor udara, laut dan darat. Pemerintah berharap, semakin tumbuhnya sekolah transportasi di Indonesia untuk menghasilkan pilot handal. "Anggaran untuk swasta kita enggak ikut campur ya," kata Pelaksana Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Santoso Edi Wibowo, Senin (22/9).Ketua Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Yurlis Hasibuan mengakui adanya persoalan kekurangan tenaga pilot tersebut. Dia mengatakan, dalam satu tahun STPI bisa meluluskan 150 pilot. Jumlah yang sama juga dihasilkan sekolah penerbangan swasta. "Kebutuhan kami 600 pilot. Nah, yang lain dicarikan dari tenaga asing," katanya beberapa waktu lalu.
Susah cari calon kompeten
Pelaksana Tugas Dirjen Perhubungan Udara Santoso Edi Wibowo mengaku, perihal pengembangan SDM. Misalnya, untuk wilayah Papua, pihaknya telah bekerja sama dengan UP4B (unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat).Namun, memang diakui saat rekrutmen awak perhubungan khusus dari Papua Barat dan Papua, pihaknya hanya dapat meloloskan 80 orang dari 100 yang dibutuhkan. "Kita butuh 100 orang dari Papua Barat dan Papua, ternyata susah," katanya. Pemerintah mengaku sudah melakukan beberapa langkah untuk mengatasi permasalahan tersebut. Misalnya, pada tahun 2013, Kemenhub sudah mendirikan sekolah penerbangan di Banyuwangi, yakni Loka Pendidikan dan Pelatihan Penerbang (LP3).
Pendidikan lama
Untuk mencetak penerbang handal untuk pesawat komersil membutuhkan waktu pendidikan yang cukup lama. Siswa harus memenuhi jam terbang yang lumayan tinggi. Sedangkan, pertumbuhan industri penerbangan dalam negeri semakin meningkat tajam.
"Sekarang kita kejar. Kan mencetak pilot itu kan enggak seperti mencetak mobil. Minimal 1,5 tahun. Kendalanya ya antara pasokan dan kebutuhan, enggak cocok," kata Pelaksana Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Santoso Edi Wibowo, Senin (22/9).
Pertumbuhan maskapai tinggi
Jumlah pilot dalam negeri, sampai saat ini belum bisa mencukupi kebutuhan maskapai penerbangan yang tumbuh sangat cepat. Dibandingkan SDM. Kondisi ini, membuat banyak maskapai penerbangan harus mempekerjakan pilot dari luar negeri."Kalau kita berusaha meminimalisir memang susah karena kita berusaha ngejar. Karena pesawat yang datang tuh banyak. Lion pesan berapa? Garuda pesan berapa? 1 pesawat itu kita butuh 5 set atau sekitar 10 orang," ujar Pelaksana Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Santoso Edi Wibowo, Senin (22/9).
(mdk/arr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Diharapkan ke depannya, BBN Airlines Indonesia dapat terus menambah jumlah armada dan memenuhi permintaan penerbangan domestik & internasional.
Baca SelengkapnyaSayangnya, di saat adopsi teknologi itu makin gencar dilakukan di negara-negara lain, Indonesia justru masih banyak kekurangan talenta.
Baca SelengkapnyaSelain menurunkan tingkat pengangguran terbuka, pemerintah juga meminta agar di masa presiden terpilih Prabowo Subianto, angka kemiskinan juga turun.
Baca SelengkapnyaMenurut Sandiaga, untuk menurunkan harga tiket pesawat, dibutuhkan tambahan 700 pesawat.
Baca SelengkapnyaMenhub mengatakan, salah satu penyebab utama adalah penurunan drastis populasi pesawat di dunia, yang membuat banyak pabrikan tidak beroperasi dengan baik.
Baca SelengkapnyaPenambahan armada ini seiring meningkatnya permintaan masyarakat akan jasa penerbangan.
Baca SelengkapnyaMeskipun masih jauh dari jumlah ideal sebelum pandemi, pemulihan ini memberikan harapan bagi industri penerbangan untuk kembali bangkit.
Baca SelengkapnyaAirlangga mengatakan, untuk mewujudkan visi Indonesia emas, Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi kekuatan pertama.
Baca SelengkapnyaPesawat yang ke-10 dan ke-11 akan tiba di minggu ke-4 November 2023.
Baca SelengkapnyaPrabowo resmi melakukan kontrak ketiga jet tempur Rafale dari Prancis sebanyak 18 unit.
Baca SelengkapnyaAlat Utama Sistem Senjata (Alutsista) dibutuhkan sebagai urat nadi pertahanan. Pelindung langit Indonesia.
Baca SelengkapnyaMenurut Menhub Budi, ada empat faktor utama yang membuat batas tarif pesawat melonjak.
Baca Selengkapnya