BRI Dorong 'Poklahsar Bilvie' Pasarkan Produk Ikan Bandeng hingga Keluar Negeri
Merdeka.com - Berawal dari mencari cara bagaimana mendapatkan penghasilan sepulangnya dari negeri orang, Midah Dahmalia (40) mantan eks TKI Malaysia asal kota Serang Banten, memutuskan membuat kelompok pengolahan dan pemasar (Poklahsar) Bilvie.
Tekad yang kuat, kreativitas, dan potensi yang ada, menjadi bekal Midah dalam memantapkan diri membuka kelompok usaha klaster perempuan yang bergerak pada olahan ikan bandeng.
"Saya dulu eks TKI dan rata-rata yang saya tahu mantan TKI itu ketika sudah pulang ke Indonesia itu bingung mau kerja apa. Jarang yang kepikiran buka usaha, kemudian setelah saya pikir kenapa enggak saya bikin kelompok usaha, saya rekrut teman-teman eks TKI khususnya perempuan biar suksesnya berjamaah dan masing-masing pada punya penghasilan," kata Midah.
-
Bagaimana Mu'adhim memulai usaha seblaknya? Saat itu ada seorang teman yang juga pengusaha seblak bersedia membagikan ilmu dan resepnya pada Mu’adhim.
-
Bagaimana orang Bekasi dipekerjakan? Para pekerja asal Jawa ini juga dibantu tenaga dari India yang dikerjasamai dengan pemerintah kolonial Inggris.
-
Kenapa mantan TKW ini memilih berjualan bandeng? 'Tahun 2002 itu peresmian Gerbang Tol Serang Timur. Dari situ ada banyak wisatawan yang berkunjung ke Banten. Secara otomatis mereka mencari olahan bandeng khas Kota Serang baik untuk disantap maupun dijadikan oleh-oleh,' terangnya.
-
Bagaimana mereka merintis usaha? Ketika itu ia hanya memiliki sisa uang Rp500 ribu, yang kemudian digunakan untuk modal usaha kue di rumah. Kondisi ini dirasakan berbeda, ketika dirinya bekerja di bank tersebut.
-
Bagaimana Pemprov DKI membantu pendatang baru mendapatkan pekerjaan? Pemprov DKI menyediakan 10 pelatihan, misalnya pelatihan tata boga, bahasa Inggris, bahasa Jepang, dan menyetir.
-
Di mana pekerja Indonesia bekerja? Haygrove, sebuah perkebunan di Hereford yang memasok buah beri ke supermarket Inggris, memberikan surat peringatan kepada pria tersebut dan empat pekerja Indonesia lainnya tentang kecepatan mereka memetik buah sebelum memecat mereka lima dan enam pekan setelah mereka mulai bekerja.
Di sisi lain, besarnya potensi budidaya bandeng di kota Serang khususnya di kelurahan Sawah Luhur Kecamatan Kasemen, menarik minat kelompok pembudidaya ikan untuk membudidayakan komoditas perikanan ini.
Peluang terbuka tidak hanya meraup rupiah dalam bentuk bandeng segar. Tapi menyulapnya menjadi macam-macam produk yang memiliki nilai tambah lebih, sehingga dapat dijual dengan harga yang lebih baik bila daripada dalam bentuk segar.
Dari sini, lahir usaha pengolahan sate bandeng dan bermacam-macam produk olahan dari bandeng yang digagas Midah sebagai ketua Poklahsar Bilvie. Poklahsar Bilvie beralamat di lingkungan kemang RT 01/RW 02 kelurahan Penancangan, kecamatan Cipocok Jaya Kota Serang, Banten. Tepatnya dibentuk pada 2015 dengan hanya beranggotakan 5 orang.
Seiring berjalannya waktu, anggota mulai bertambah hingga 25 anggota tergabung di Poklahsar Bilvie. Ternyata, animo masyarakat yang ingin bergabung Poklahsar Bilvie juga tak terbendung. Midah pun memutuskan membentuk kelompok-kelompok usaha klaster perempuan baru yang mengolah ikan bandeng. "Dari 25 orang itu tidak hanya eks TKI saja tapi juga ada ibu rumah tangga yang ikut gabung," ujarnya.
Modal usaha Rp 10 juta kala itu yang berasal dari pinjaman bank, menjadi batu loncatan kesuksesan Poklahsar Bilvie. Dari modal tersebut digunakan untuk membeli bahan baku sebanyak 5 kg ikan bandeng dan peralatan pengolahan ikan semi manual.
Dalam menjalankan usahanya, Poklahsar Bilvie mampu memproduksi hingga 120 kg ikan bandeng per hari. Namun, kata Midah, jumlah produksi ikan bisa berubah-ubah tergantung kebutuhan. Dari jumlah produksi tersebut, tidak heran apabila pendapatan anggota kelompok setiap bulannya bisa mencapai Rp 15 juta - Rp 60 juta. Secara keseluruhan pendapatan Poklahsar Bilvie mampu mencapai Rp 100 juta per bulan. Namun, pandemi Covid-19 di awal tahun 2020 menyebabkan omzet turun hingga 70 persen.
©2022 Merdeka.comBRI Buka Jalan
Masa pandemi adalah momen yang luar biasa bagi kelompok usaha Midah yang dulu mengandalkan penjualan offline. Pandemi membuat Midah dan rekan banting stir mencari cara agar pendapatannya kembali stabil seperti sebelum pandemi.
"Syukurnya ada kurasi dari kegiatan BRI UMKM EXPO(RT) BRILIAN PRENEUER. Alhamdulillah kita masuk kemudian di coaching untuk onboarding bagaimana caranya agar produk kita ada di toko online. Alhamdulillah tahun 2021 kita sudah punya toko-toko online di marketplace, penjualan mulai stabil," katanya.
Pemasaran produk Poklahsar Bilvie memang difokuskan untuk menjaring reseller penjualan secara offline. Telah ada 40 toko penyaluran produk khusus untuk reseller, produknya pun sudah melanglang buana ke seluruh penjuru tanah air. Bahkan berkat kurasi BRI UMKM EXPO(RT) BRILIAN PRENEUER, penjualan olahan bandeng dapat menjangkau ke 3 negara di Asia yaitu Malaysia, Singapura, dan Thailand, termasuk ekspor ke Korea Selatan.
Selain menghasilkan sate bandeng sebagai produk unggulannya, kelompok ini juga menghasilkan produk berupa kerupuk ikan payus, kerupuk rumput laut, abon ikan bandeng, pangsit abon bandeng, kerupuk baso ikan, bandeng buntet, baso ikan bandeng, dan nuget bandeng sebagai produk inovasi turunan dari ikan bandeng.
Harga 1 produk untuk reseller dibanderol mulai harga Rp 14.000 hingga Rp 32.000, sementara untuk penjualan online mulai dari Rp 15.000 hingga Rp 40.000 per produk.
Poklahsar Bilvie merupakan satu-satunya Poklahsar yang sudah mendapatkan sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) di provinsi Banten. Tak hanya itu saja, Poklahsar Bilvie juga menjadi salah satu kelompok yang cukup dikenal di kota Serang.
Buktinya banyak prestasi yang telah diraih Poklahsar Bilvie, diantaranya pada tahun 2021 mendapatkan juara 1 penjualan online terbaik dari Bank Indonesia, juara 2 inovasi produk terbaik dari BRI, juara 1 UMKM terbaik tingkat kota Serang, dan unit pengolahan ikan terbaik se Provinsi Banten.
Kemudian, pada tahun 2016 menjadi juara 2 tingkat nasional festival kuliner Nusantara, dan tahun 2015 sebagai pelopor wirausaha pemuda. Tentu, kemajuan-kemajuan yang diperoleh Poklahsar Bilvie tidak lepas dari peran serta penyuluh-penyuluh perikanan yang ada di kota Serang, dan didukung oleh keinginan yang besar dari masing-masing anggota kelompok untuk lebih maju dan berkembang.
Poklahsar Bilvie merupakan salah satu usaha binaan BRI, atas dasar itulah kelompok usaha Midah dipilih BRI. Kata Midah, BRI memberikan dana sebesar Rp 80 juta untuk membeli alat yang dibutuhkan.
Midah pun menegaskan kelompok usahanya akan terus berinovasi, dan dia berharap produk Poklahsar Bilvie bisa ekspor ke seluruh Asia, dan ke Timur Tengah.
Direktur Bisnis Kecil dan Menengah BRI Amam Sukriyanto mengungkapkan bahwa BRI UMKM EXPO(RT) BRILIAN PRENEUER salah satu upaya BRI untuk menaikkelaskan pelaku UMKM dan mendorong UMKM agar dapat go global menjangkau ke pasar internasional.
"Hal ini merupakan komitmen BRI untuk terus mendorong kemajuan dan pengembangan kapasitas serta kualitas dari UMKM dan produk UMKM di Indonesia sehingga produk-produk UMKM Indonesia dapat berkompetisi di dalam dan luar negeri. Dengan keunikan, kualitas dan kontinyuitas yang terus terjaga, diharapkan produk UMKM Indonesia dapat memenangkan persaingan global yang semakin ketat dan dapat menopang perekonomian nasional baik di masa krisis maupun pasca pandemi," ungkapnya.
"Pemberdayaan menjadi kunci penting untuk mengangkat peran perempuan agar mampu berkarya dan berdikari. Semoga kisah sukses Kelompok Usaha 'Poklahsar Bilvie' bisa jadi inspirasi bagi perempuan-perempuan di Indonesia," tambah Amam
Untuk mewujudkan perempuan berdikari, BRI juga memberikan penyaluran program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan /Corporate Social Responsibility (CSR) berupa Bantuan Pemberdayaan Kelompok Perempuan, seperti bantuan berupa pemberian pelatihan dan peralatan usaha bagi Komunitas Perempuan di satu wilayah. Salah satu bantuan yang disalurkan BRI adalah pada kelompok usaha Poklahsar Bilvie yang merupakan salah satu usaha binaan BRI.
(mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berbekal keyakinan kuat meski dengan modal yang minim, Midah kemudian membaca peluang untuk memulai usaha kuliner ini.
Baca SelengkapnyaProduk dari klaster ini memiliki tiga varian utama, yakni keripik pisang sale, keripik ubi talas, dan keripik singkong.
Baca SelengkapnyaPisang Sale Mades memiliki keunikan, yakni rasa manis yang didapat dari hasil fermentasi pisang, yakni madunya sehingga terasa enak, gurih, dan lembut.
Baca SelengkapnyaSosok Mardiah bukan sekadar pelaku usaha camilan ringan. Dia seperti duta pengentasan kemiskinan perkotaan dari Cipedak.
Baca SelengkapnyaKegiatan ini bagian dari komitmen BRI dalam memberdayakan pengusaha lokal agar mampu go global dan bersaing di pasar internasional.
Baca SelengkapnyaSalah satu kisah inspiratif datang dari Ibu Tatik, seorang pengusaha keripik sisik ikan yang berhasil membawa produknya menembus pasar internasional.
Baca SelengkapnyaTinggal di Jepang lebih dari 10 tahun membuka peluang bisnis yang bisa diterapkan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaBRI berkomitmen untuk terus mendampingi dan memberdayakan pelaku UMKM melalui program Klasterku Hidupku.
Baca SelengkapnyaSeorang pria asal Banyuwangi telah merantau selama puluhan tahun sebagai seorang transmigran di Kaltara dan tidak pernah pulang kampung.
Baca SelengkapnyaPelaku usaha yang ikut dalam kegiatan ini merupakan pelaku usaha binaan BRI dalam program Klasterku Hidupku maupun UMKM dari program pemberdayaan Desa BRILiaN
Baca SelengkapnyaBSI berkolaborasi dengan Program Bakti Sosial BUMN beri bantuan untuk mendorong usaha masyarakat pedesaan di Desa Mina Padi Samberembe.
Baca SelengkapnyaKondisi ekonomi keluarga nelayan amat ditentukan oleh hasil tangkapan ikan
Baca Selengkapnya