Cerita Pengusaha Lokal Banyak Produk Indonesia yang 'Dicuri' China, Dijual dengan Harga di Luar Nalar
Produk dalam negeri memiliki kualitas yang bagus dibandingkan produk impor dari China.
Produk dalam negeri memiliki kualitas yang bagus dibandingkan produk impor dari China.
Cerita Pengusaha Lokal Banyak Produk Indonesia yang 'Dicuri' China, Dijual dengan Harga di Luar Nalar
Cerita Pengusaha Lokal Banyak Produk Indonesia yang 'Dicuri' China, Dijual dengan Harga di Luar Nalar
Co Founder Jiniso, Dian Fiona mengatakan banyak produk China yang menyerupai produk-produk lokal brand Indonesia. Lalu produk itu dijual melalui platform TikTok dengan harga dibawah Harga Pokok Penjualan (HPP). Padahal menurutnya produk dalam negeri memiliki kualitas yang bagus dibandingkan produk impor dari China.
"Orang yang enggak punya produksi dia akan impor dari China, karena segampang itu tiru produk dari sini," ujar Dian kepada media, dikutip Selasa, (15/8).
Dia menjelaskan sangat memungkinkan produk Indonesia yang bagus dan laris manis dibawa sampelnya untuk diproduksi di China. Lantaran biaya produksinya jauh lebih murah, maka saat dijual ke Indonesia, harganya jauh lebih murah. "Bisa aja, lokal brand yang bagus dan laris sejak pandemi, mereka kirim sampelnya ke China terus bawa ke Indonesia dengan harga jualnya itu di luar nalar," tutur Dian.
Tak hanya itu, alih-alih pandemi berakhir, nyatanya produk lokal sulit bersaing dengan produk impor.
Bahkan Dian menduga ada pihak yang mengirimkan produk lokal ke China untuk diproduksi kembali supaya menyerupai lokal brand. "Setelah pandemi, pas pandemi itu semua udah cinta lokal banget. Tiba-tiba endemi ini masuk yang murah-murah jadinya buyar," kata dia.
"China itu udah mulai canggih, misalkan dia beli produk dari Jiniso, terus dia kirim ke Cina supaya dari sana dia bisa buat sedemikian rupa sejenis mereka," tambahnya.
Hal ini membuat gap harga yang dijual antara produk lokal dan produk impor China cukup besar.
Dian menyatakan harga yang dijual antara produk lokal dan impor dari China memiliki gap hingga 30 persen. Gap tersebut menurutnya sudah termasuk beban pajak yang ditanggung. Tetapi bagi pelaku produksi brand lokal hal itu tidak masuk akal. Karena mereka harus menanggung pajak lainnya, seperti mengambil bahan baku dari UMKM yang mana itu menjadi tanggungan pemilik produk lokal.
Kualitas produk UMKM di Indonesia, lanjut Dian, sudah paling bagus.
Dia menjamin perbandingan antara produk lokal dan impor, produk lokallah yang memiliki kualitas paling bagus.
Merdeka.com
Hanya saja, Dian menilai masih banyak masyarakat yang lebih memilih harga lebih murah.
Apalagi mereka melihat foto atau video yang dijual oleh penjual produk impor tersebut.
"Dia (penjual produk impor) bisa aja ambil foto dari kita, atau bisa aja foto yang bagus dengan editan, tapi harganya jomplang. Otomatis masyarakat awam yang baru belanja kan pilih harga yang murah," kata Dian.