Volume Dagang Indonesia-Korsel Kalah dari Korsel-Vietnam, Ini Penjelasan Profesor dari Korea
Vietnam cukup agresif menarik para investor, namun Indonesia juga tak tak kalah menarik di mana investor.
Nila dagang antara Korea Selata-Indonesia hanya USD 19,3 miliar di 2021.
Volume Dagang Indonesia-Korsel Kalah dari Korsel-Vietnam, Ini Penjelasan Profesor dari Korea
Hubungan Diplomatik Indonesia-Korea Selatan
Hubungan diplomatik Republik Indonesia dan Republik Korea Selatan pada tahun 2023 telah memasuki usia 50 tahun. Dari sisi investasi, Korea Selatan masuk dalam jajaran 7 negara terbesar yang berinvestasi di Indonesia. Pada tahun 2022, investasi Korea Selatan mencapai USD 2,29 miliar. Korea Selatan juga merupakan mitra dagang tertinggi Indonesia, dengan volume transaksi USD 24,53 miliar di tahun 2022.
Sementara, Indonesia juga memiliki peran yang sangat strategis bagi Korea Selatan, di antaranya lokasi yang strategis yaitu terletak di antara samudra Hindia dan Pasifik. Indonesia juga merupakan negara sumber rantai pasokan untuk kebutuhan berbagai industri.
Hal ini pula yang menjadi salah satu alasan mengapa Korea Selatan merupakan mitra penting bagi Indonesia.
Meski demikian, volume transaksi dagang antara Indonesia-Korea Selatan masih jauh lebih sedikit dibandingkan Korea Selatan-Vietnam.
Pada tahun 2021, volume transaksi Korea Selatan dengan Vietnam tembus USD 80,7 miliar, sementara dengan Indonesia hanya USD 19,3 miliar.
Dalam diskusi yang diselenggarakan Korea Foundation dan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Profesor Ilmu Politik dan Hubungan Internasional dari Universitas Korea, Profesor Jae Hyeok Shin menyampaikan dua hal penting agar volume transaksi Indonesia terus meningkat.
Pertama, kebijakan pemerintah yang dapat menarik investor.
Dia berpandangan bahwa pemerintah Vietnam cukup agresif menarik para investor. Berbagai insentif diberikan pemerintah Vietnam kepada para investor agar mau berinvestasi di Vietnam. Bagi Jae Hyeok, langkah ini wajar saja dilakukan oleh satu negara. Namun jika dilihat secara jangka panjang, pemberian insentif berlebihan tanpa diiringi peningkatan pasar domestik akan mengganggu iklim bisnis.
Dalam sudut pandang lainnya, dia melihat pemerintah Indonesia berupaya memberikan kebijakan terhadap para investor secara seimbang. Yaitu memberikan penawaran menarik terhadap investor, di sisi lain, pemerintah berupaya meningkatkan kapasitas pasar domestik. "Saya tahu pemerintah Indonesia sudah mempertimbangkan. Jadi harus balance, satu sisi menarik investor, satu sisi tingkatkan pasar domestik," ucap Profesor dari Korea Selatan tersebut.
Kedua yaitu kebijakan yang konsisten.
Sejauh ini, dia melihat bahwa kebijakan pemerintah sudah cukup konsisten. Hal ini dipengaruhi iklim demokrasi Indonesia yang cukup baik. Sebagai negara demokrasi, ucap Jae Hyeok, secara tidak langsung Indonesia akan mendapatkan keuntungan ekonomi karena kebijakan tidak dapat diubah sewaktu-waktu.
Jae Hyeok menuturkan, dengan kebijakan yang konsisten, para investor bisa memprediksi bagaimana iklim bisnis ataupun profit di masa depan. Sehingga, para investor dapat membuat rencana bisnis mereka. "Mereka harus bisa memprediksi apa yang akan terjadi di tahun depan, setiap tahunnya seperti itu. Jadi hal yang bisa terprediksi itu sangat penting yang menarik investor," ucap Jae Hyeok.
Keuntungan lainnya menurut Jae Hyeok adalah demokrasi Indonesia yang berjalan stabil. Sebagai negara demokrasi, setiap kebijakan tidak dapat diubah sewaktu-waktu. Hal ini yang membuat stabilitas ekonomi tetap terjaga dan faktor ini pula yang membuat investor tetap "awet" dalam berinvestasi di Indonesia. "Indonesia sebagai negara demokrasi, kebijakannya tidak bisa berubah kapan saja," ucap Jae Hyeok.