Cerita Teh Botol Sosro, dari Jualan di Pasar Hingga Jadi Brand Besar di Indonesia
Merdeka.com - Masyarakat Indonesia sudah hafal betul dengan minuman kemasan merek Teh Botol Sosro. Minuman yang tersedia dalam bentuk botol ataupun kotak karton itu bak tuan rumah di setiap resto atau warung.
Sebelum menguasai pasar minuman, cikal bakal Teh Botol Sosro dimulai saat ayah dari Sosrodjojo mempunyai kebun teh sendiri di wilayah Slawi, Jawa Tengah. Karena harga daun teh yang di panen di perkebunan teh miliknya merosot, Sosrodjojo akhirnya menjual teh kering dalam bentuk kemasan siap seduh di pasar-pasar pada tahun 1940.
Kemasan teh yang diberi nama Teh Cap Botol merupakan campuran dari teh hijau dan bunga melati. Jika diseduh, rasanya sangat enak dan segar. Hanya saja, jika tidak cakap dalam meracik, maka cita rasa dari teh tersebut akan hilang.
-
Siapa yang suka minum teh kemasan? Teh kemasan dengan rasa yang manis merupakan minuman yang sangat disukai anak-anak. Hal ini terutama pada teh kemasan gelas yang harganya sangat terjangkau.
-
Dimana minuman tersebut dijual? Bagi pecinta minuman di bioskop, pasti sudah tidak asing lagi dengan berbagai macam minuman seperti Milo Dinosaurus, Passion Fruit Sparkling Tea, Brown Sugar Milk, Hojicha Latte dan Es Kopi Pandan.
-
Apa yang menjadi minuman utama di Jawa Barat? Teh tawar jadi minuman utama di setiap tempat makan.
-
Dimana minuman kekinian ini biasa dijual? Terlebih lagi, melihat kesuksesan banyak gerai minuman, menjadikan minuman trendy sebagai gagasan bisnis tampaknya menjanjikan.
-
Di mana botol itu ditemukan? Peter Allan, 50 tahun, menemukan botol dari masa Victoria itu ketika dia membuka lantai tempat botol wiski itu tertinggal.
-
Dimana informasi warna botol air kemasan berasal? Viral di media sosial sebuah video yang mengeklaim warna tutup botol air dalam kemasan menandakan perbedaan jenis airnya.
Penjualan racikan daun teh kering oleh Sosrodojojo di Slawi menunjukkan geliat positif. Dia kemudian memperluas cakupan penjualan tehnya ke Jakarta.
Pada tahun 1950, Sosrodjojo pun mendorong agar anak-anaknya, Soetjipto, Soegiharto, Soemarsono dan Surjanto membuat sebuah demo cara meracik teh yang tepat agar rasanya nikmat. Surjanto yang saat itu baru pulang sekolah dari Jerman, langsung dibebani dengan tugas memasarkan kemasan Teh Cap Botol ke pasar-pasar dan pusat keramaian.
Pada tahun 1953, sambil mengendarai mobil dan memutarkan lagu-lagu, mereka menggunakan pengeras suara untuk mengundang para pengunjung dan membagikan teh gratis. Di sana mereka mendemonstrasikan proses meracik teh dengan benar.
Namun, proses meracik hingga penyeduhan teh membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Yang mana, waktu tersebut dianggap cukup lama. Sehingga masyarakat berpotensi meninggalkan bisnis teh rintisan keluarga Sosrodojojo.
Sosrodjojo kemudian mengevaluasi tahapan penyeduhan teh. Pada promosi berikutnya, sesi merebus air dan menyeduh teh dihilangkan karena dianggap terlalu lama. Sebagai gantinya, disiapkan panci-panci yang berisi air teh yang dibawa dari kantor.
Kendala dari demonstrasi ini yaitu banyak jalan berlubang di Jakarta yang menyebabkan air teh dalam panci tersebut tumpah di mobil. Evaluasi ini kemudian memunculkan strategi lainnya yaitu teh yang sudah siap minum dimasukkan dalam botol-botol bekas limun yang sudah dibersihkan.
Teh pada botol kemudian disuguhkan kepada para calon pembeli di pasar atau di tempat keramaian. Sehingga waktu yang dibutuhkan sangat efisien. Strategi ini kemudian strategi paling efisien dan tepat.
Pada tahun 1969, penjualan Teh Cap Botol yang dikemas dalam botol mulai dilakukan. Botol-botol yang awalnya dipakai untuk promosi kemudian diberi label Teh Cap Botol Soft Drink Sosrodjojo.
Pengemasannya teh dalam botol awalnya dilakukan secara manual dengan memakai gayung dan corong untuk memasukkan teh dalam botol. Desain botol pun terlihat masih sangat sederhana.
Pada tahun 1972, merek 'Teh Cap Botol Soft Drink Sosrodjojo' disederhanakan menjadi 'Teh Cap Botol Sosro' di mana kata 'Cap' diperkecil sehingga sekilas orang membaca Teh Botol Sosro yang kemudian dikenal luas di Indonesia.
Di tahun 1974, pengiriman Teh Botol Sosro mencapai 2.400 botol. Maka berdirilah PT Sinar Sosro dengan pabrik yang mampu memproduksi 6.000 botol per jamnya. Pabrik tersebut berada di kawasan Ujung Menteng Jakarta. PT Sinar Sosro juga memiliki ribuan hektar kebun teh yang berada di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Untuk proses penjualannya, awalnya Soetjipto Sosrodjojo memberikan harga Rp25 di tingkat agen dan pengecer. Namun pedagang kaki lima boleh menjual dua kali lipat dari harga agen.
Pada tahun 1981, terobosan besar dilakukan oleh PT Sinar Sosro dengan membagi-bagikan kotak pendingin di atas roda kepada para pengecer di wilayah ITC Cempaka Mas hingga Pasar Senen.
Teh Botol yang dingin dan segar terlihat menarik bagi pembeli apalagi di tengah udara kota Jakarta yang panas. Di sisi lain, Produsen Teh Botol Sosro juga menjalin hubungan yang baik dan erat dengan memberikan keuntungan tinggi pada para penjual dan pedagang kaki lima yang di kala itu Teh dalam botol masih dianggap aneh oleh toko-toko besar.
Rantai Distribusi dan sistem penjualan yang baik serta tertata rapi yang dijalankan oleh PT Sinar Sosro membuat distribusi teh botol sosro tersebar hingga ke kabupaten dan kota di seluruh wilayah Indonesia.
Hingga pada tahun 1984, Sosro bisa menjual hingga 960.000 teh botol dalam satu bulan. Sosro juga berhasil menguasai 80 persen pasar untuk minuman sejenis walaupun dikepung oleh merek-merek teh lain yang kendalikan oleh perusahaan Coca-Cola dan Pepsi.
Sosro juga mampu merebut pengaruh di berbagai restoran cepat saji. Ketika hak kepemilikan McDonald Indonesia diakuisisi oleh PT Rekso Nasional Food yang merupakan milik keluarga Sosrodjojo pada tahun 2009. Adapun keuntungan yang dicapai oleh Sosro pada tahun 2008 mencapai Rp1,8 triliun.
Hingga kini PT Sinar Sosro sudah dijalnkan oleh generasi ketiga keluarga Sosrodjojo. Aset perusahaan pun mencapai puluhan triliun. Dan hingga saat ini perusahaan tersebut hanya dikelola oleh keturunan dari Sosrodjojo yaitu Soetjipto Sosrodjojo bersama anaknya dan Soegihato Sosrodjojo bersama istri dan anak-anaknya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jika kualitas produk yang dijual disenangi masyarakat global, ekspansi membangun bisnis di luar negeri bukan hanya cita-cita.
Baca SelengkapnyaMinuman ini merupakan salah satu minuman favorit pengamat kuliner ternama, Bondan Winarno.
Baca SelengkapnyaEs Dolay jadi menu takjil legendaris khas Purwakarta yang namanya terinspirasi dari penyiar radio.
Baca SelengkapnyaSecara spesifik Budi menyebut pabrik Coca-Cola berasa di wilayah Bekasi, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaNama ini bukan sekadar terinspirasi dari nama Ratu Inggris, melainkan terinspirasi dari nama salah satu pelanggannya yang bernama Eli.
Baca SelengkapnyaVarian Mie Sedaap menyentuh beragam rasa, mulai dari rasa ayam bawang hingga pedas gurih.
Baca SelengkapnyaBerawal dari coba-coba, siapa sangka produk dari bunga telang ini ternyata bisa menghasilkan cuan.
Baca SelengkapnyaDaerah yang dikenal dengan beragam varian soto terkenal, seperti soto Betawi, Cirebon, Lamongan, dan soto Madura.
Baca SelengkapnyaIntip fakta unik es cendol Elizabeth yang melegenda sejak 1972
Baca SelengkapnyaKomoditi andalan dari salah satu wilayah di Provinsi Bangka Belitung berpeluang menjadi Indikasi Geografis oleh Kemenkumham.
Baca SelengkapnyaIde membuat terasi dilatarbelakangi kegemarannya makan sambal
Baca Selengkapnya