Djoko Kirmanto bantah proyek Jatigede pesanan China

Merdeka.com - Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto membantah proyek raksasa pembangunan waduk Jatigede di Sumedang, Jawa Barat, dipercepat karena desakan investor asal China.

Djokir, demikian dia kerap disapa, mengaku tidak pernah sekalipun berhubungan dengan pihak-pihak dari Negeri Tirai Bambu itu.

"Tidak ada urusannya dengan China, nggak benar (percepatan Jatigede) didesak China," ujarnya usai rapat terbatas di Kantor Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (4/5).

Namun Menteri PU membenarkan biaya pembangunan waduk terbesar kedua di Tanah Air setelah Jati Luhur itu sebagian berasal dari investasi China. Meski demikian dia enggan menyebutkan berapa anggarannya. "Ini proyek pinjaman APBN dan China," kata Djoko.

Menurut Djoko, progres pembangunan sudah mencapai 70 persen. Dia yakin, lokasi waduk itu sesuai target sudah dapat dialiri air pada 1 Oktober mendatang.

Proyek Waduk Jatigede sampai sekarang masih menuai kontroversi, meski sudah direncanakan sejak 1982 lalu. Akhir bulan kemarin, enam warga Sumedang yang menjadi korban rencana pembangunan Waduk Jatigede berjalan kaki ke Jakarta.

Mereka mengaku pembayaran ganti rugi tanah warga yang direlokasi belum tuntas. Padahal akhir September mendatang, tanah-tanah desa penduduk yang kini bersulih jadi waduk akan segera digenangi air. Ada sekitar 32 desa di enam kecamatan yang terkena dampak pembangunan Waduk Jatigede itu.

Di sisi lain, pemerintah yakin Waduk Jatigede memiliki fungsi strategis, di antaranya bisa menjamin pasokan air bagi lahan pertanian seluas 90.000 hektar. Pasokan air tersebut bisa bertahan untuk panen hingga dua kali dalam setahun. Fungsi lain perairan Waduk Jatigede bisa menghasilkan listrik hingga 110 Mega Watt (MW).

Setelah pembebasan lahan berjalan alot lebih dari dua dekade, kini megaproyek ini dikebut. Karena itulah, warga yang tidak puas dengan skema ganti rugi dan beberapa lembaga swadaya menuding ada kepentingan investor bermain. (mdk/noe)