Harga Gabah Mahal, Jokowi: Petani Senang, Tapi Pembeli Beras Tidak
Harga gabah saat ini berada di kisaran Rp7.300 hingga Rp7.600 per kg.
Harga gabah saat ini berada di kisaran Rp7.300 hingga Rp7.600 per kg.
Harga Gabah Mahal, Jokowi: Petani Senang, Tapi Pembeli Beras Tidak
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut harga gabah kering saat ini mahal, sehingga membuat para petani senang. Menurut dia, harga gabah saat ini berada di kisaran Rp7.300 hingga Rp7.600 per kilogram.
"Petaninya senang harga gabah mahal. Harga gabahnya Rp7.300, ada yang Rp7.400, Rp7.500, sampai Rp7.600, gimana enggak (senang)," kata Jokowi kepada wartawan usai meninjau panen padi di Kabupaten Subang Jawa Barat, Minggu (8/10/2023).
Berbeda dengan para petani, dia menyebut pembeli beras justru tidak senang dengan kondisi tersebut. Sebab, harga beras menjadi naik di sejumlah daerah.
"Kalau petaninya seneng, ini yang enggak seneng, pembeli berasnya," ujarnya.
Jokowi menyampaikan pemerintah telah melakukan upaya untuk menekan harga beras di pasaran.
Salah satunya, dengan memasok beras sebanyak-banyaknya ke pasar-pasar.
"Harus kita atasi dengan memasok sebanyak-banyaknya ke pasar, agar harga bisa turun. Sementara ini, di Cipinang, harga sudah turun. Tapi kita harapkan juga di pasar sudah, di konsumen juga (turun)," tutur Jokowi.
Merdeka.com
Sebelumnya, Sekretaris Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Agus Ruli mencatat ada kenaikan harga beras di tingkat petani. Alhasil, kenaikan ini juga berpengaruh pada harga beras di pasaran atau tingkat konsumen.
Ruli menyebut, harga beras medium di pasaran tercatat sekitar Rp 13.000-15.000 per kilogram. Lantaran, harga di petani untuk Gabah Kering Panen (GKP) merangsek naik menjadi Rp 7.500 sampai Rp 7.700 per kilogram.
"Iya harga beras tinggi Rp 13 000 sampai Rp 15.000 medium karena harga gabah di tingkat petani tinggi 7.500 sampai 7.700 GKP," ujar Ruli kepada Liputan6.com, Kamis (5/10/2023).
Merdeka.com
Dia turut buka-bukaan alasan kenaikan tersebut. Ruli mencatat ada penambahan biaya produksi yang lebih tinggi dari sebelumnya.
"Ini terjadi karena biaya produksi tinggi dari biaya sumber mencapai 20 persen," kata dia.