Jika Ngotot jadi Negara Berpendapatan Tinggi, Indonesia Terancam Krisis Demografi
Merdeka.com - Presiden Joko Widodo menyampaikan Indonesia telah ‘naik kelas’ dari negara berpendapatan menengah bawah, menjadi negara berpendapatan menengah atas. Artinya, Indonesia berada satu level di bawah negara berpendapatan tinggi.
Sebagai informasi, Bank Dunia membagi negara-negara berdasarkan pendapatan menjadi 4 yaitu pendapatan rendah (low), menengah bawah (lower-middle), menengah atas (upper-middle), dan pendapatan tinggi (high). Jika Indonesia berambisi menjadi negara berpenghasilan tinggi, maka salah satu konsekuensinya tingkat pertumbuhan penduduk akan menurun.
Pengamat Ekonomi dari Indonesia Strategic and Economic Action, Ronny P Sasmita mengambil contoh Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Singapura. Keempat negara tersebut masuk dalam kategori berpenghasilan tinggi tetapi mengalami masalah yang sama yaitu krisis demografi. Sementara itu, perekonomian China lebih agresif dibanding Indonesia karena pertumbuhan ekonominya nyaris 2 digit setiap tahunnya.
-
Bagaimana pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahun? Pertumbuhan penduduk periode 2020-2045 rata-rata sebesar 0,67 persen setiap tahun.
-
Mengapa jumlah penduduk Indonesia diprediksi terus melambat? Pertumbuhan penduduk periode 2020-2045 rata-rata sebesar 0,67 persen setiap tahun. Artinya jumlah penduduk Indonesia terus melambat setiap tahun
-
Apa yang terjadi pada proporsi penduduk Indonesia usia 65 tahun ke atas di tahun 2045? Di tahun 2020, proporsi jumlah penduduk kelompok ini hanya 6,16 persen. Namun di tahun 2045 akan menjadi 16,03 persen.
-
Apa target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Pemerintah menyepakati target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 mendatang berada pada rentang 5,3 persen sampai 5,6 persen.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi bisa dicapai? Pengembangan kuantitas produksi berikut umumnya disebabkan oleh semakin majunya teknologi, adanya inovasi bisnis yang efisien serta eskalasi minat konsumen pada tren tertentu.
-
Bagaimana inflasi mempengaruhi tingkat kelahiran? Menurut data, angka kelahiran yang menunjukkan rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang perempuan selama hidupnya, mengalami penurunan dari 1,58 anak per perempuan pada tahun 2021 menjadi 1,35 saat ini.
"Semua negara ini terkena masalah yang sama, karena mengejar pertumbuhan tinggi dengan membatasi pertumbuhan penduduk, yakni krisis demografi," ujar Rommy kepada merdeka.com, Rabu (5/7).
Jika negara berpenghasilan tinggi tersebut penduduk non produktifnya, baik anak maupun orang tua, jauh lebih banyak dari penduduk produktifnya. Dampaknya beban demografi tersebut justru ikut berkontribusi pada perlambatan pertumbuhan ekonomi. Negara pun seperti diterjang resesi setelah tumbuh stabil selama dua dekade.
Selain itu, Ronny menuturkan, negara-negara Asia Timur menjadi negara berpendapatan tinggi karena model kebijakan ekonomi yang mereka terapkan.
Di Asia Timur seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Singapura, dan kini China, menggunakan pendekatan ‘developmental state’ untuk mendapatkan tingkat pertumbuhan tertentu. Setelah itu baru beralih ke demokrasi.
"Jadi peran pemerintahnya sangat besar, terutama dengan kebijakan counter cyclical dan pemberian prioritas pada sektor tertentu dengan kemudahan regulasi dan berbagai insentif yang dilakukan secara agresif," ucapnya.
Catatan Buat Pemerintah
Sementara di Indonesia, menurut Ronny peran pemerintah sudah cukup besar dalam pertumbuhan ekonomi dan menjaga angka pertumbuhan penduduk. Sayangnya jejaring oligarki justru semakin berkembang yang membuat ekonomi tidak terdistribusi merata.
"Artinya, pendapatan per kapita kita masih belum mewakili kondisi yang sebenarnya, karena perkapita didapat dari pembagian nominal PDB dengan total penduduk. Per kapita ini menjadi sangat tidak representatif jika di negara tersebut dikuasai oligarki, karena sebagian besar kue ekonomi justru berada di tangan segelintir orang," jelasnya.
Seperti diketahui, Bank Dunia kembali memasukkan Indonesia ke dalam kelompok negara berpendapatan menengah ke atas (upper-middle income countries). Diketahui, Indonesia sempat masuk menjadi negara berpendapatan menengah bawah saat pandemi covid-19.
"Ini proses pemulihan yang cepat setelah kita turun ke grup lower middle income countries di tahun 2020 karena pandemi," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat membuka Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, dikutip Antara, Senin (3/7).
Meski telah meningkat menjadi negara pendapatan menengah atas, Jokowi mengingatkan situasi yang dihadapi Indonesia tidak akan mudah pada semester II 2023, karena instabilitas lingkungan global dan ketegangan geopolitik yang masih berlangsung.
"Ini berimbas pada pertumbuhan ekonomi dan aktivitas perdagangan yang melemah, kelihatan ekspor kita juga menurun, kemudian berbagai lembaga internasional memprediksi perlambatan ekonomi global, ini juga harus betul-betul kita lihat," imbuhnya.
Dia juga mewanti-wanti mengenai pergerakan tingkat suku bunga dan inflasi global yang masih relatif tinggi. Selain itu, terdapat fragmentasi perdagangan global yang menghambat kerjasama multilateral.
Situasi ekonomi global juga menunjukkan berbagai indikator dini untuk konsumsi dan produksi yang harus diwaspadai secara hati-hati. Menurutnya, bangsa Indonesia patut bersyukur karena pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di atas lima persen dalam enam kuartal berturut-turut.
"Kita patut bersyukur pertumbuhan ekonomi bertahan relatif tinggi di atas lima persen dan selama enam kuartal berturut-turut ekonomi kita tumbuh di atas lima persen," ujar Presiden. (mdk/azz)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Memanfaatkan bonus demografi yang akan berlangsung hingga 2035 akan menjadi peluang RI keluar dari situasi ini.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi Indonesia termasuk yang tertinggi ke-2 di antara negara-negara G20, di tengah permasalahan perekonomian global yang kompleks saat ini.
Baca SelengkapnyaJumlah kelas menengah di Indonesia pada tahun 2023 tercatat 52 juta jiwa atau 18,8 persen dari total penduduk Indonesia.
Baca SelengkapnyaSaid menyebut tenaga kerja Indonesia yang bekerja saat ini berjumlah 142,1 juta. Namun ironisnya 54,6 persen diantaranya lulusan SMP ke bawah.
Baca SelengkapnyaShinta melihat regulasi ketenagakerjaan di Indoensia masih belum optimal.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi ditargetkan capai 6-7 persen di 2045.
Baca SelengkapnyaJjumlah penduduk China berkurang 850.000 orang menjadi sekitar 1.411,75 juta pada tahun 2022.
Baca SelengkapnyaShinta mengungkapkan isu utama yang sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tahun depan adalah pelemahan kelas menengah.
Baca SelengkapnyaIndonesia punya semua persyaratan untuk menjadi negara maju
Baca SelengkapnyaMenaker Ida berpesan untuk terus mengembangkan program-program pembangunan ketenagakerjaan pada masa mendatang.
Baca SelengkapnyaSaid menilai Indonesia masih gagal memanfaatkan bonus demografi untuk membuat Indonesia lebih produktif.
Baca Selengkapnya