Kemenangan Trump dan semakin kecilnya ukuran tempe di Indonesia
Merdeka.com - Perlahan dalam sepekan terakhir, harga kedelai impor yang menjadi bahan baku makanan tradisional, tempe, merangkak naik. Persoalan itu dirasakan perajin tempe di Desa Pliken Kecamatan Kembaran, Banyumas, Jawa Tengah.
Seorang ibu rumah tangga di Purwokerto, Evi mengeluhkan mengecilnya ukuran tempe.
"Katanya sih karena harga kedelai naik. Tapi semakin ke sini kayanya semakin mengecil ya, walau harganya tidak naik," ucapnya, Minggu (12/11).
-
Bagaimana pengusaha tempe tahu mengatasi kenaikan harga kedelai? Akibat dampak ini, sejumlah produsen menaikkan harga jualnya, memperkecil ukuran tahu dan tempe, hingga mengurangi produksi.
-
Apa dampak pelemahan Rupiah terhadap harga kedelai? Harga kedelai impor kembali mengalami kenaikan dan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah. Kondisi ini tentunya sangat memberatkan para pelaku usaha tempe dan tahu.
-
Dimana harga kedelai naik? Di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat misalnya, melambungnya harga kedelai tersebut turut memengaruhi pola produksi para produsen tahu, salah satunya Nana Suryana di Kelurahan Nagri Kidul.
-
Bagaimana perajin tempe menghadapi kenaikan harga kedelai? Karena hal ini, para perajin tempe terpaksa mengurangi jumlah produksi tempe. Ada pula dari mereka yang mengecilkan ukuran tempe dan ada juga yang menaikkan harga jual.
-
Mengapa impor kedelai sangat penting untuk produksi tempe dan tahu? Dari jumlah keseluruhan volume impor tersebut, sekitar 70 persen dialokasikan untuk produksi tempe, sedangkan untuk yang 25 persennya untuk membuat tahu, dan sisanya untuk produksi lain.
-
Kenapa harga kedelai makin mahal? Hendro, salah seorang perajin tahu di Dusun Kanoman, mengatakan bahwa makin ke sini harga kedelai lokal semakin mahal. Oleh karena itu, mereka terpaksa mengandalkan kedelai impor untuk membuat tahu. Tapi harga kedelai impor saat ini cenderung tinggi.
Sementara itu, seorang perajin tempe Desa Pliken, Sumarman mengemukakan kenaikan sudah dirasakan sejak sepekan terakhir. "Sekarang harga (kedelai impor) nya mencapai Rp 7.250 per kilogram, padahal biasanya hanya Rp 6.900 per kilogram," katanya.
Bahkan, dalam kurun waktu beberapa hari terakhir, harga kedelai sudah mulai tak menentu.
"Seperti kemarin (Jumat, 11/11), harga kedelai waktu pagi hari masih Rp 7.150 per kilogram. Tetapi, saat saya beli di hari yang sama, sehabis Maghrib, harganya sudah Rp 7.250 per kilogram," ujarnya.
Padahal, dia mengemukakan dalam satu hari butuh sekitar 47 kilogram kedelai untuk bahan dasar pembuatan tempe. "Kalau untuk Desa Pliken ada sekitar 568 perajin yang dalam seharinya butuh kedelai hingga 13 ton," ucapnya.
Kondisi tersebut, jelasnya, membuat perajin harus mengeluarkan dana lebih dengan memotong keuntungan yang diterima per harinya. "Sekarang kami harus menambah dana ekstra termasuk beli daun dan plastik untuk membungkus tempe. Selain itu, kami harus mengecilkan ukuran tempe dan takarannya dikurangi," ujarnya.
Dia mengemukakan, jika harganya dinaikan dapat menyebabkan pembeli tidak membelinya. "Misal, harga tempe bungkus Rp 250 per bungkus kami naikkan, bisa-bisa tidak ada yang beli," ujarnya.
Diakuinya, kenaikan harga kedelai impor dipengaruhi menguatnya mata uang Dolar Amerika Serikat (USD). Sejak terpilihnya Donald Trump menjadi Presiden negara Paman Sam, mata uang Rupiah terus melemah.
Menurut yahoofinance, Jumat (11/11), Rupiah berada di kisaran Rp 13.200-an terhadap USD atau turun dibanding penitipan sebelumnya di angka Rp 13.100-an. Sumarman mengakui, kenaikan Dolar terhadap Rupiah bisa menjadi faktor utamanya.
"Kalau dulu kan, ada tuntutan supaya bea masuk kedelai impor ditiadakan. Nah, sekarang sudah tidak ada lagi (bea masuk kedelai impor), tetapi kok masih naik harga kedelainya," ucapnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kenaikan harga kedelai impor sebagai dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah kembali memberatkan para pelaku usaha tempe dan tahu.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga dolar AS ini menyebabkan nilai tukar Rupiah melemah dan harga kedelai impor pun melonjak drastis.
Baca SelengkapnyaKondisi global turut berkontribusi naiknya harga sejumlah komoditas.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga membuat penjual dan pembeli sama-sama merana
Baca SelengkapnyaKondisi ini yang kemudian menjadi tantangan bagi sektor ritel Indonesia.
Baca SelengkapnyaMendag Budi mengaku tak menutup telinga terkait isu akan adanya ancaman potensi penambahan bea masuk usai Trump kembali menjadi Presiden AS.
Baca SelengkapnyaDi salah satu restoran Inggris, harga satu porsi tempe bisa mencapai USD20 atau sekitar Rp307.000.
Baca Selengkapnyakomoditas penyumbang utama deflasi Juni 2024 adalah bawang merah dengan andil deflasi sebesar 0,09 persen.
Baca SelengkapnyaDia menyinggung dinamika perekonomian saat masa kepemimpinan periode pertama Trump sepanjang 2017-2021.
Baca SelengkapnyaKondisi ini pun membuat masyarakat di Negeri Paman Sam tersebut semakin selektif dalam memilih produk pangan. Termasuk membeli udang yang dianggap mahal.
Baca SelengkapnyaSimak perjalanan panjang tempe hingga jadi kuliner favorit di tanah air!
Baca SelengkapnyaPontesi menangnya Donald Trump ini berdampak langsung pada nilai tukar atau kurs Rupiah.
Baca Selengkapnya