Kementan: Bertani Itu Hebat, Menjadi Petani Itu Keren
Merdeka.com - Fenomena antusiasme generasi muda terjun di dunia pertanian merupakan energi baru bagi pembangunan pertanian nasional.
Regenerasi petani yang menjadi momok menakutkan perlahan namun pasti mulai terjawab dengan lahirnya petani milenial yang tidak saja bergerak pada sektor hilir tapi juga di sektor hulu.
"Selama ini, yang diketahui masyarakat luas bahwa petani milenial itu hanya bermain pada ranah pasca panen. Tapi faktanya, sudah banyak milenial kita yang terjun langsung di proses budidaya," ungkap Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kuntoro Boga Andri di Kabupaten Batang, Jawa Tengah (24/9).
-
Siapa saja petani muda yang terlibat? Dua petani muda tersebut, Arvin Wijaya dan Steven, menjadi sosok di balik budidaya melon dengan buahnya yang terasa manis dan segar.
-
Siapa yang menginspirasi petani muda ini? Dyra mengatakan, mereka berjualan petai karena terinspirasi dari orang tua.
-
Bagaimana cara menarik minat anak muda untuk bercocok tanam? Disisi lain, dia menilai butuh cara-cara baru dalam bercocok tanam dengan penggunaan teknologi untuk menarik minat anak muda menjadi petani.
-
Apa yang Kementan dorong untuk generasi muda? Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong dan memfasilitasi bertumbuhnya usaha tani (agripreneur) yang di jalankan oleh generasi muda.
-
Bagaimana petani milenial ini belajar bertani? Dalam bertani pepaya, Aksin belajar secara autodidak. Ia belajar dari para peternak pepaya lain. Tak hanya ilmu yang didapat, ia juga mendapat banyak motivasi dari para mentornya.
-
Siapa yang membantu petani milenial ini? Tak hanya lahan sendiri, Aksin juga memiliki petani yang bermitra dengannya. Bila ditotal, luas lahan dari petani mitra itu mencapai lebih dari 50 hektare.
Permasalahan regenerasi petani menurut Kuntoro sebetulnya bukan hanya dialami Indonesia saja karena hampir semua negara di belahan dunia juga mengalami hal yang sama.
"Yang membuat generasi muda masih enggan terjun di sektor pertanian karena ada faktor psikologis dan ekonomis yaitu, stigma petani yang masih dianggap pekerjaan kelas bawah dan stigma pendapatan sektor pertanian yang lebih rendah jika dibandingkan dengan non pertanian," katanya.
Namun, seiring perkembangan teknologi dan informasi justru para milenial bersemangat terjun di sektor pertanian karena mereka tahu bahwa dibalik tantangan yan dihadapi pendapatan di sektor pertanian ini sangat menjanjikan.
"Karakteristik petani milenial itu adaptif terhadap perkembangan teknologi dan inovatif. Banyak hal-hal baru yang berhasil mereka aplikasikan, memecahkan kebuntuan dalam pengembangan usaha tani dan yang paling utama adalah menciptakan pasar baru yang potensial," kata Kuntoro.
Setidaknya ada 2,7 juta petani yang tergolong petani milenial dari total 33 juta petani yang ada di Indonesia. Selain karena usia yang tergolong muda, di bawah 39 tahun, mereka yang termasuk petani milenial adalah yang memiliki latar belakang pendidikan minimal SMU, adaptif dan inovatif terutama dalam mengoptimasi ICT (Information and Communication Technologies) serta kreatif dalam memanfaatkan alat dan mesin pertanian.
Oleh karena itu, Kuntoro melanjutkan beragam kreativitas petani milenial bermunculan justru di masa pandemi. Ia mencontohkan lemon garut yang diproduksi oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Putri Sawargi bersama Eftilu yang memasok kebutuhan vitamin C para tenaga medis di seluruh RSUD Kabupaten Garut.
"Itu kan keren. Bagaimana memberdayakan potensi lokal dan di waktu yang sama turut mendukung dan membantu pemerintah dalam penanggulangan pandemi Covid-19 dengan mendukung kebugaran dan daya tahan tubuh para tenaga medis selama menangani covid-19," ungkapnya.
Cerita sukses lainnya, Kuntoro melanjutkan adalah Dede Koswara (31 tahun) asal Bandung bersama Gapoktan Regge yang menanam labu dan mampu menjualnya 20-40 ton ke berbagai daerah dalam sehari dengan omzet berkisar Rp 50-100 juta.
"Itu adalah sedikit cerita hebat para petani milenial kita. Maka, bertani itu hebat, menjadi petani itu keren," pungkasnya. (mdk/hrs)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kementan menyebut, pemerintah berkomitmen mengawal regenerasi petani.
Baca SelengkapnyaTujuan dari Program Petani Milenial untuk mengoptimalkan potensi sektor pertanian di tanah air.
Baca SelengkapnyaDiharapkan Raffi Ahmad bisa menciptakan gerakan besar Petani Besar.
Baca SelengkapnyaPendapatan tersebut merupakan proyeksi hasil panen yang didapat para petani milenial, serta menegaskan bukan gaji yang diberikan oleh pemerintah.
Baca SelengkapnyaAnies-Cak Imin menyiapkan anggaran Rp150 triliun bagi generasi muda untuk tertarik terjun ke sektor pertanian.
Baca Selengkapnya"Kalau cuma tanam singkong sama jagung, mereka lebih jago, Insya Allah tidak akan gagal," kata Ganjar
Baca SelengkapnyaIngin bergabung dalam program Petani Milenial 2024? Cari tahu cara mendaftar, syarat lengkap, dan berkas yang harus disiapkan agar sukses dalam program ini.
Baca SelengkapnyaMentan Amran menyatakan, kaum millenial memiliki potensi besar untuk membawa inovasi dalam pertanian.
Baca SelengkapnyaPadahal, generasi milenial memiliki potensi besar dalam mewujudkan program ketahanan pangan melalui pemanfaatan teknologi digital.
Baca SelengkapnyaGanjar meyakini, petani milenial akan banyak yang lahir jika dibarengi dengan keseriusan pemerintah dalam memberikan mendampingi.
Baca SelengkapnyaPada hari Kamis (21/9) lalu Kementerian Pertanian (Kementan) mengangkat pedangdut Lesti Kejora jadi Duta Petani Milenial.
Baca SelengkapnyaNilai ini bisa tercapai jika mengelola sawah dengan sistem modern.
Baca Selengkapnya