Mengenal Lipstick Effect, Tetap Bergaya Meski Ekonomi Sulit
Sebaiknya kita lebih selektif membedakan antara kebutuhan dan keinginan.
Kondisi ekonomi akhir-akhir ini cukup dipenuhi dengan nuansa kelam. Pasalnya, gelombang PHK di berbagai sektor, kenaikan harga akibat inflasi, serta kesulitan mencari pekerjaan yang kini menjadi perbincangan sehari-hari.
Namun, rupanya ada fenomena unik yang menarik perhatian publik. Di tengah situasi ekonomi yang sulit, ternyata pusat perbelanjaan tetap ramai, kedai kopi dipenuhi pengunjung, tiket konser internasional habis terjual dalam hitungan menit, dan adanya antrian panjang menyambut peluncuran gadget terbaru. Mengapa hal tersebut dapat terjadi?
-
Bagaimana memilih lipstik yang tepat? Anda bisa memilih jenis liptik sesuai dengan kebutuhan, seperti lip cream, lip tint atau lipstick stick, dengan hasil akhir yang satin, matte atau glossy.
-
Bagaimana efek lipstik memengaruhi kesehatan mental? 'Karena ini pelarian, in denial terhadap kondisi realitanya, berpengaruh pada kesehatan mentalnya,' ujarnya.
-
Apa manfaat dari lipstik? Lipstik berfungsi memberi warna bibir agar terwujud riasan yang cantik serta segar dan sehat sesuai yang diinginkan.
-
Siapa yang paling terpengaruh efek lipstik? Ratih menjelaskan bahwa semakin seseorang menghindari realita melalui pembelian barang yang tidak perlu, semakin berat dampak psikologis yang akan mereka rasakan ketika akhirnya harus menghadapi realita.
-
Siapa yang memberikan tips memilih warna lipstik? Dalam video TikTok, @ananzaprili memberikan tips praktis untuk memilih warna lipstik yang sesuai dengan warna bibir. 'Nentuin warna lipstick yang terbaik buat kamu?! Hacks kali ini unik banget sampe aku cobain sendiri,' ungkapnya.
-
Kenapa lipstik jadi penting buat perempuan? Bagi sebagian besar perempuan, lipstik bukan hanya sekadar pewarna bibir, tetapi juga menjadi elemen penting yang mempengaruhi rasa percaya diri mereka. Tidak jarang, ada yang merasa kurang lengkap atau percaya diri jika belum mengaplikasikan lipstik sebelum beraktivitas.
Fenomena ini dikenal dalam ilmu ekonomi sebagai Lipstick Effect.
Lipstick Effect merujuk pada kecenderungan masyarakat untuk tetap membeli barang-barang yang dianggap mewah meskipun di tengah kondisi ekonomi yang mencekik.
Fenomena ini pertama kali dicetuskan oleh Leonard Lauder, yang merupakan seorang chairman dari Estée Lauder. Saat itu, dia tengah mencatat peningkatan penjualan lipstik pada masa resesi. Namun, kini meluas ke berbagai produk lain, seperti skincare mahal, smartphone terbaru, dan tiket konser yang dibanderol dengan harga jutaan rupiah.
FOMO dan Media Sosial Jadi Faktor Pendorong Konsumsi Gaya Hidup Tinggi
Di era yang serba digital, FOMO (Fear of Missing Out) menjadi salah satu pemicu utama dari fenomena Lipstick Effect. Media sosial berperan besar dalam menciptakan standar gaya hidup yang tampak harus diikuti.
Banyak orang terpengaruh untuk terus tampil dengan gaya hidup tertentu, bahkan nekat menggunakan paylater atau cicilan yang dianggap sebagai solusi untuk mengikuti tren ini. Mereka juga rela mengorbankan dana darurat atau rencana investasi jangka panjang.
Namun, perilaku konsumsi ini bukan semata-mata menunjukkan ketidakmampuan mengatur keuangan. Penelitian dalam bidang ekonomi perilaku menemukan bahwa belanja impulsif bisa menjadi cara mengurangi stres dan mencari kebahagiaan sementara di masa sulit.
Dalam teori prospek (prospect theory) yang dikenalkan oleh Daniel Kahneman, dijelaskan bahwa di tengah ketidakpastian, orang cenderung membuat keputusan berdasarkan emosi daripada logika, termasuk dalam pola konsumsi mereka.
Gaya Hidup Menjaga Kewarasan atau Ancaman Finansial?
Fenomena Lipstick Effect menunjukkan bahwa pada saat-saat sulit, orang cenderung terdorong untuk berbelanja, baik karena FOMO maupun untuk mencari pelampiasan emosional. Hal ini menggambarkan bahwa perilaku konsumsi tidak hanya tentang mengatur keuangan secara bijak, tetapi juga tentang menjaga kesehatan mental.
Lantas, apakah ini hanya masalah gaya hidup atau kurangnya literasi keuangan? Jawabannya mungkin merupakan kombinasi dari keduanya. Mencari kebahagiaan dari hal-hal kecil memang manusiawi, tetapi penting bagi konsumen untuk memiliki literasi dan manajemen keuangan yang baik agar tidak terseret dalam pola konsumsi yang berpotensi merugikan diri sendiri di masa depan.
Meskipun Lipstick Effect ini bisa memberi kebahagiaan sementara di masa-masa sulit, sebaiknya kita lebih selektif membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Dengan begitu, kita dapat menjaga kestabilan finansial jangka panjang.
Reporter Magang: Thalita Dewanty