Oktober 2019, Kinerja Ekspor Naik Menjadi USD 14,93 Miliar
Merdeka.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Oktober 2019 mencapai USD 14,93 miliar. Angka tersebut mengalami peningkatan sebesar 5,92 persen dibanding ekspor September 2019. Namun jika dibanding Oktober 2018, angka ini turun 6,13 persen.
Kepala BPS, Suhariyanto menyebutkan kenaikan terjadi pada ekspor minyak dan gas (migas) sebesar 5,56 persen menjadi USS 14,01 miliar.
"Sementara dibanding ekspor nonmigas Oktober 2018, turun 2,48 persen," kata dia, dalam konferensi pers di kantornya, Jumat (15/11).
-
Apa yang BPS infokan tentang Indonesia di bulan September 2024? 'Deflasi yang terjadi di bulan September 2024 ini lebih signifikan dibandingkan dengan bulan Agustus 2024, dan ini merupakan deflasi bulanan kelima yang terjadi sepanjang tahun 2024,' jelas Plt. Kepala BPS, Amalia A. Widyasanti, dalam siaran pers yang dirilis pada Selasa, 1 Oktober 2024.
-
Apa yang naik di bulan Oktober 2023? 'Jika dibandingkan September 2023, NTP naik karena Bulan September 2023 yang masih bernilai 111,25,' kata Asim, Jumat (03/11/2023).
-
Kapan ekspor pertanian mencapai Rp. 616,35 Triliun? Begitupun di Tahun 2021 ekspor pertanian tercatat mencapai Rp. 616,35 Triliun meningkat 36,43 % jika dibandingkan tahun sebelumnya.
-
Apa yang Kemendag lepas ekspornya? Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Didi Sumedi melepas ekspor kosmetik dari Sidoarjo ke Malaysia senilai 7 juta Ringgit Malaysia (RM) atau lebih dari Rp20 miliar, pada Senin.
-
Apa yang meningkat 1.540% sejak 2022? 'Hasil riset mengungkapkan adanya lonjakan 1.540 persen kasus penipuan menggunakan deepfakce di wilayah APAC sejak 2022 hingga 2023. Risetnya itu berjudul VIDA Where’s The Fraud - Protecting Indonesia Business from AI Generated Fraud.'
-
Mengapa Indonesia surplus perdagangan dengan Malaysia? 'Kalau dihitung bulan, lebih dari 48 bulan kita surplus terus, Alhamdulillah,' ucap Didi Sumedi Sidoarjo saat melepas ekspor perdana produk kosmetik PT Wahana Kosmetika Indonesia (WKI) ke Malaysia.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Oktober 2019 mencapai USD 139,11 miliar atau menurun 7,80 persen dibanding periode yang sama tahun 2018, demikian juga ekspor nonmigas mencapai USD128,76 miliar atau menurun 5,82 persen.
Adapun peningkatan terbesar ekspor nonmigas Oktober 2019 terhadap September 2019 terjadi pada bahan bakar mineral sebesar USD144,6 juta (8,24 persen).
"Sedangkan penurunan terbesar terjadi pada kapal, perahu, dan struktur terapung sebesar USD74,1 juta (86,68 persen)" ujarnya.
Ekspor Non Migas
Sementara itu, kalau dilihat menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari-Oktober 2019 turun 3,74 persen dibanding periode yang sama tahun 2018, dan ekspor hasil tambang dan lainnya turun 16,07 persen. Sementara ekspor hasil pertanian naik 3,40 persen.
Ekspor nonmigas Oktober 2019 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu USD2,77 miliar, disusul Amerika Serikat USD1,53 miliar dan Jepang USD1,24 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 39,55 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (28 negara) sebesar USD1,22 miliar.
Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari-Oktober 2019 berasal dari Jawa Barat dengan nilai USD 25,31 miliar (18,20 persen), diikuti Jawa Timur USD15,56 miliar (11,18 persen).
"Dan Kalimantan Timur USD 13,75 miliar (9,89 persen)," ujarnya.
Defisit Transaksi Berjalan Turun
Bank Indonesia merilis defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan III-2019, sebesar USD 7,7 miliar atau sekitar 2,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada triwulan sebelumnya yang mencapai USD 8,2 miliar atau sekitar 2,9 persen dari PDB.
Direktur Riset Centre of Reformon Economics (Core), Piter Abdullah menyambut baik langkah pemerintah dalam menekan posisi defisit transaksi berjalan. Menurutnya penurunan itu disebabkan oleh membaiknya neraca perdagangan yang ditandai oleh mulai positifnya pertumbuhan ekspor, sementara pertumbuhan impor masih tercatat negatif.
"Salah satu yang masih menahan impor adalah keberhasilan B20," kata dia kepada merdeka.com, Sabtu (9/11).
Dia mengatakan target pengembangan biodiesel untuk 2019 adalah 6.6 juta kiloliter atau setara 5.7 juta ton CPO. Namun realisasi per September 2019 ini sudah mencapai 4.49 juta kiloliter atau 68 persen dari target. Dengan kondisi itu, artinya pemerintah sudah berupaya untuk menahan laju impor minyak.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Realisasi ekspor pada Oktober ini justru mengalami penurunan sebesar 10,43 persen jika dibandingkan pada Oktober 2022.
Baca SelengkapnyaImpor non migas mencapai USD16,10 miliar ini juga mengalami kenaikan sebesar 4,08 persen.
Baca SelengkapnyaCatatan ini memperpanjang daftar surplus selama 41 bulan berturut-turut.
Baca SelengkapnyaAngka ini mengalami penurunan dari Maret 2024 atau bulan sebelumnya.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan Indonesia mengalami surplus USD3,48 miliar pada Oktober 2023.
Baca SelengkapnyaAngka ekspor Indonesia periode Agustus 2024, naik 5,97 persen.
Baca SelengkapnyaSemua sektor mengalami peningkatan, terutama didorong oleh kenaikan nilai ekspor industri pengolahan sebesar 4,56 persen.
Baca SelengkapnyaImpor migas mencapai USD 2,65 miliar atau turun 25,56 persen secara bulanan,
Baca SelengkapnyaKinerja ekspor Juni 2023 anjlok, hanya Rp302,33 triliun.
Baca SelengkapnyaSecara tahunan nilai ekspor pada Desember 2023 mengalami penurunan cukup dalam yakni sebesar 5,76 persen.
Baca SelengkapnyaTren harga sejumlah komoditas di pasar internasional mengalami kemerosotan.
Baca SelengkapnyaNilai ekspor migas turun tipis 0,29 persen dengan nilai ekspor USD20,72 miliar.
Baca Selengkapnya