Pabrik Baja Tiongkok CISDI Optimalkan AI, Robot, dan Kendali Digital
Perusahaan mampu memproduksi rel baja tahan karat yang sangat kuat karena meminimalkan kandungan karbon di dalamnya dengan panjang hingga 100 meter.
Salah satu prasyarat terbentuknya jalur kereta super-cepat adalah adanya jalur rel kereta yang minim sambungan dan memiliki kelak-kelok yang dirancang sedari awal di pabrik sehingga meminimalkan risiko. Ternyata tidak semua pabrik baja di dunia yang memiliki kemampuan untuk memproduksi rel dengan karakter seperti itu.
Grup Pabrik Baja Tiongkok, CISDI, adalah salah satu pabrik baja di dunia yang memiliki kemampuan produksi yang canggih untuk memenuhi tuntutan teknis di atas. Mereka bahkan mampu memproduksi rel baja tahan karat yang sangat kuat karena meminimalkan kandungan karbon di dalamnya dengan panjang hingga 100 meter tanpa sambungan sama sekali!
Fakta menarik ini Merdeka.com temukan saat memenuhi undangan CISDI ke kota Chongqing pada akhir Agustus 2024 silam di awal rangkaian perjalanan delegasi wartawan Indonesia dalam acara China-Indonesia Media Forum jilid kedua, yang dihadiri sejumlah pemimpin redaksi media nasional dari Indonesia yang tergabung dalam Forum Pemred.
Grup CISDI telah berdiri selama 66 tahun dengan kantor pusat yang terletak di Kota Chongqing, Tiongkok Barat Daya. Setelah sebelumnya mereka fokus untuk memenuhi permintaan baja di dalam negeri, pada 2003 CISDI mulai melebarkan sayap ke mancanegara dengan membangun proyek pemurnian baja di Brasil dan India.
Dalam paparannya, GM CISDI Engineering, Hu Zhichun, menyebut bahwa ekspansi ke internasional pada akhirnya memang perlu dilakukan mengingat teknologi yang dimiliki CISDI terbilang langka dan dapat meningkatkan kualitas produksi baja di dunia secara efektif lewat proses alih teknologi yang berbasis bisnis bilateral yang saling menguntungkan.
"Pada sisi lain, di dalam negeri kami juga mengembangkan sistem produksi yang pintar dan adaptif dengan mengutamakan produktivitas dengan tetap melindungi sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya," kata Hu Zhichun pada delegasi wartawan Indonesia, termasuk Merdeka.com.
Proses smart manufacturing ini baru secara penuh diterapkan pada 2023 dengan berbasis pada kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) setelah riset dilakukan selama sepuluh tahun. Imbasnya proses produksi di dalam pabrik kini hanya melibatkan robot yang dikendalikan oleh AI secara digital dan otomatis adaptif.
"Suhu yang tinggi dalam pengolahan baja sangat berbahaya bagi manusia dan risiko kecelakaan menjadi nol bila kita mengandalkan AI untuk mengontrol robot. Hasilnya produksi pun bisa meningkat, kesalahan dalam proses manufaktur hampir tidak ada, dan durasi kerja menjadi lebih panjang," ujar Hu Zhichun lagi.
Dalam rentang lebih dari enam dekade CISDI telah mengadopsi beberapa teknologi asing sebelum akhirnya melalui sarjana-sarjana yang mayoritas jebolan dalam negeri, utamanya dari Universitas Beijing, mereka mampu meretas jalan untuk menemukan teknologi yang benar-benar baru lewat proses penelitian dan riset.
Sebagai kebijakan internal korporasi besar ini para direktur memutuskan untuk menyisihkan 4 persen dari keuntungan perusahaan untuk kepentingan riset dan pengembangan sejak 10-15 tahun silam. Fantastisnya, nilai 4 persen itu pada 2023 setara dengan USD 150 juta (Rp 2,3 triliun) dan hasilnya kini nyata berupa pabrik baja pintar yang memaksimalkan peran robot, AI, dan kendali digital.
Pemegang 14 Hak Paten Internasional
Berkat proses presisi dalam manufaktur baja ini pada akhirnya beberapa praktik smelting dan pemurnian pun dapat dieksekusi dengan lebih terukur dan menghasilkan sekitar tujuh puluh proses canggih yang mereka patenkan, dan 14 di antaranya berstatus paten internasional. Salah satu yang dibanggakan CISDI adalah mekanisme pemurnian baja dari unsur karbon tanpa emisi gas karbondioksida.
"Dalam bejana pemurnian proses pemurnian karbon dilakukan lewat suntikan gas yang terukur di bagian atas dan bawah bejana smelter, proses modern ini meningkatan pemurnian hingga 10-15 persen dari teknologi terdahulu. Gas yang mengandung karbon kemudian bisa disalurkan secara presisi dan diikat berupa senyawa baru yang ramah lingkungan," ujar Fan Xuefeng, ahli utama CISDI soal proses pemurnian karbon ini.
Dalam seluruh proses produksi di berbagai lini, CISDI secara dominan menggunakan komposit nikel yang 90% berasal dari Indonesia untuk bahan campuran sekunder produk baja tahan karat sehingga penjajakan kerjasama yang bersifat hilirisasi di Indonesia pada masa depan tak bisa dihindari.
Perusahaan yang memiliki kantor cabang besar di kota Sheffield untuk wilayah eropa tersebut disebut Hu Zhichun tidak akan sekadar mengeksport teknologi tanpa disertai proses alih teknologi.
"Kerja sama kami dengan pabrik baja di Inggris tidak sekadar berupa mengirim peralatan lini produksi dan menjalankan proses manufaktur tapi sekaligus melakukan pelatihan pekerja di sana untuk kontrol dan perbaikan. Jadi, proses yang mandiri ini akan memakan biaya rendah dalam kerangka kerjasama jangka panjang kedua lembaga dan negara," kata Yong Dairong, salah satu awak CISDI yang mengurusi bisnis luar negeri.
Dengan pihak swasta Indonesia sendiri sejak 2019 CISDI telah menandantangani kontrak dengan Gunung Steel Indonesia, yang beroperasi di Cikarang-Jabar, seputar manajeman produksi pabrik baja dan juga tengah menjajaki sejumlah investasi yang lebih luas di kawasan Indonesia tengah dan timur. Semoga berjodoh dan proses alih teknologi berjalan mulus seperti investasi CISDI di Inggris.