Pekerja di China Tak Bisa Pensiun, Ternyata Ini Penyebabnya
Demografis yang tidak seimbang memberikan tekanan besar bagi pemerintah untuk memberikan tunjangan.
Demografis yang tidak seimbang memberikan tekanan besar bagi pemerintah untuk memberikan tunjangan.
Pekerja di China Tak Bisa Pensiun, Ternyata Ini Penyebabnya
China dihadapi dengan krisis masa pensiun.
Sebagian besar warganya di usia lebih dari 60 tahun masih bekerja.
Merujuk data OECD, warga China yang sudah lanjut usia menyadari mereka tidak mampu berhenti bekerja.
Mengutip data dari OECD, dari 734 juta orang yang bekerja di China, sebanyak 94 juta orang atau 13 persen, berusia di atas 60 tahun.
Jumlah tersebut menyaingi jumlah pekerja yang memasuki usia pensiun di Amerika Serikat di mana 10-15 persen berusia 60 tahun atau lebih.
Proporsi orang lanjut usia dalam angkatan kerja telah meningkat secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir.
Melansir Reuters, kondisi ini disebabkan oleh populasi penduduk China yang menua dengan cepat, dan para pejabat memperkirakan 300 juta orang akan mencapai usia pensiun dalam 10 tahun ke depan.
Ketidakseimbangan demografis telah memberikan tekanan besar pada tunjangan pemerintah mengingat tingginya tingkat pengangguran kaum muda di China, yang berarti lebih sedikit uang yang ditambahkan ke sumber daya yang tersedia untuk menjaga agar masyarakat tetap bertahan di masa pensiun.
Dalam laporan Reuters, pensiun bulanan di daerah perkotaan China berkisar antara 3.000-6.000 yuan atau setara dengan Rp6 - Rp13 juta.
Situasi di China saat ini mencerminkan apa yang terjadi di Amerika Serikat, dengan populasi yang menua dan semakin banyak orang lanjut usia yang terpaksa bekerja melewati usia pensiun agar dapat tetap membayar tagihan.
Lebih dari 30 juta generasi baby boomer Amerika mendekati masa pensiun tanpa tabungan yang cukup dan lebih dari separuh penduduk Amerika yang berusia di atas 65 tahun berpenghasilan kurang dari USD30.000 per tahun atau setara Rp481 juta, menurut data Sensus 2022.
Sementara itu, 38 persen lansia Amerika akan hidup di bawah garis kemiskinan jika bukan karena pembayaran Jaminan Sosial, menurut temuan Pusat Prioritas Anggaran dan Kebijakan, meskipun Dewan Pengawas Jaminan Sosial dan Medicare mengatakan dalam sebuah laporan baru-baru ini bahwa program tersebut akan berhasil.