Perjalanan Bisnis Crazy Rich Blitar, dari Juragan Minyak Tanah, Radio hingga SPBU
Bos Mayangkara Group ini disebut-sebut sebagai orang paling kaya di Blitar.
Bos Mayangkara Group ini disebut-sebut sebagai orang paling kaya di Blitar.
Perjalanan Bisnis Crazy Rich Blitar, dari Juragan Minyak Tanah, Radio hingga SPBU
Perjalanan Bisnis Crazy Rich Blitar, dari Juragan Minyak Tanah, Radio hingga SPBU
Warga Blitar, Jawa Timur, mungkin sudah tidak asing dengan Mayangkara Group, sebuah usaha bisnis yang dirintis oleh H. Hariyanto. Dia disebut-sebut sebagai orang paling kaya di Blitar. Hariyanto pertama kali merintis bisnis sekitar tahun 1980. Dilansir dari situs Mayangkara Group dan berbagai referensi, barang pertama yang dijual Hariyanto adalah minyak tanah. Saat itu, Hariyanto mendirikan badan usaha UD. Gajah Mada, yang bergerak sebagai agen minyak tanah.
Bisnis sebagai agen minyak tanah berjalan lancar. Hariyanto kemudian mendirikan badan usaha bernama UD. Veni dan UD.Yani di wilayah Blitar, dan UD.Wawan di Wilayah Tulungagung. Badan usaha itu bergerak di bidang yang sama, menjual minyak tanah. Intuisi Hariyanto kemudian membawanya untuk mengembangkan sayap bisnis ke industri media. Di era 1980-an, merupakan masa kejayaan radio. Masyarakat Indonesia sangat gemar mendengar radio saban hari.Pada tahun 1987, Hariyanto pun menaruh peruntungan bisnisnya di radio yang dia beri nama Mayangkara Radio.
Di awal menjalankan bisnis radio, dia mengaku tidak menargetkan profit besar. Sebab, alasan utamanya menjalankan bisnis radio ini karena pembantu rumah tangga yang bekerja padanya kerap mendengar radio.
Radio yang dia jalankan mendapatkan respon positif masyarakat Kota Blitar.
Bahkan, menjadi radio favorit masyarakat lokal. Mayangkara Radio juga menjadi radio swasta pertama di Kota Blitar.
Produk unggulan Mayangkara Radio adalah Galih Ratna, Rockarama, Pantun Berjoget, Gempil, dan Kejarama.
Hingga di tahun 1993 Mayangkara Radio menjadi radio swasta pertama yang berani membuat program berita produksi sendiri.
Di antaranya, Lintas Kabar Mayangkara (Lintarama), Pilihan Kabar Minggu Ini (Pilar Mini), dan Rona Desa (Ronde).
Tangan dingin Hariyanto dalam berbisnis semakin menunjukan taringnya. Dia kembali membuka cabang bisnis radio di Tulungagung yang diberi nama Radio Perkasa.
Menjalankan usaha radio tidak berarti bisnis utama Hariyanto ditinggalkan. Sembari menjalankan bisnis radio, Hariyanto juga mendirikan usaha dalam bidang agen Elpiji 12 kg yang diberi nama PT Gas Elpindo Jaya.
Pada tahun 1992, Hariyanto juga berhasil mendirikan Radio Jos Tulungagung, kemudian Radio Pandowo Tulungagung. Ekspansi bisnis radio kembali dilakukan Hariyanto di Blitar dengan membangun Radio Patria Blitar. Hariyanto bak pebisnis yang haus akan ekspansi bisnis. Setelah memiliki bisnis agen Elpiji, agen minyak tanah, dan radio. Hariyanto membangun beberapa Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU) di Blitar. Pada tahun 2001, dia kembali mengepakan sayap bisnis radio di Jombany dengan membangun Radio Kartika. Satu tahun setelahnya, Hariyanto membangun SPBU di Desa Kandangan, Kabupaten Kediri.Di tahun 2005, Mayangkara Group membeli sebuah radio di Tulungagung, yang kemudian diberi nama Radio Kembang Sore Tulungagung. Kemudian pada tahun 2007, juga mendirikan SPBU di daerah Jabon dan Tawang Wates Kediri. Bisnis Hariyanto mulai mengalami gejolak ketika memasuki tahun 2005. Saat itu, harga minyak dunia mencapai USD0,70 per barel. Pemerintah Indonesia menentukan kebijakan untuk menaikkan harga minyak tanah di kisaran harga Rp2000 per liter. Namun harga tersebut masih menunjukkan harga yang rendah dibanding dengan harga minyak dunia yang tinggi.
Kondisi ini semakin parah ketika alokasi 10 juta kiloliter minyak tanah bersubsidi yang diperuntukan bagi rumah tangga miskin dan usaha kecil menengah (UKM) tidak tersalurkan dengan baik. Beberapa arah bisnis Hariyanto pun terpaksa berputar haluan ketika pemerintah mencetuskan kebijakan konversi minyak tanah menjadi gas Elpiji. Agen-agen minyak tanah milik Hariyanto pun turut beradaptasi kebijakan tersebut dengan menjadi agen gas Elpiji.
Pada tahun 2007, Hariyanto mendirikan SPPBE Rama Manggala Gas yang bergerak bidang pengangkutan dan pengisian bulk Elpiji dan PT Rama Manggala Gas Inti yang bergerak di bidang repaint, repair, and retest (pengecatan, perbaikan, dan pengecekan ulang) tabung Elpiji 3kg.
Kemudian dibangun juga PT Manggala Citra Mandiri dan PT Manggala Citra Mandiri Sakti untuk di bidang repaint, repair, and retest tabung Elpiji 12 kg dan 50 kg diwilayah Tulungagung. Hingga saat ini unit Mayangkara Group telah berkembang dengan pesatnya. Selain unit profit Mayangkara Group berupa 19 SPBU, 7 Radio, 2 agen LPG 12 Kg, 3 agen LPG 3 Kg, 1 SPPBE, dan 3 Retester. Mayangkara Group juga memiliki unit pendukung, di antaranya kantor pusat yang beralamatkan di Jl. Ciliwung 22 Blitar, Mayangkara Foundation yang didirikan tahun 2004 dengan lokasi menyatu dengan Radio Mayangkara.Selain itu Koperasi Karyawan Mayangkara Artha yang juga didirikan tahun 2004 dengan anggota seluruh karyawan Mayangkara Group.
Dalam hal pelayanan, SPBU Mayangkara Group mengutamakan pelayanan prima pada saat pengisian BBM oleh customer service yang meliputi (R5S) yaitu Ramah, Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun. Hal ini sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di perusahaan Mayangkara Group agar Customer/Pelanggan merasa puas dengan pelayanan yang diberikan.
Tidak hanya pelayanan pada customer ervice, pelanggan juga diberikan fasilitas di SPBU seperti. Toilet tidak dipungut biaya, musolah, mini market dan rest area. Dalam segi promosi, Mayangkara Group memang tidak terlalu menonjol. Sebab perusahaan Mayangkara Group sudah cukup terkenal di kalangan konsumen dan masyarakat umum di bidang SPBU, distributor/agen Gas Elpiji dan radio. Selain itu perusahaan Mayangkara Group juga memiliki beberapa perusahaan di luar Kota Blitar atau di wilayah karisidenan Kediri (Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Kediri, Nganjuk).