Studi: Pekerja minim keterampilan selamatkan ekonomi AS
Merdeka.com - Pekerja rendahan minim keterampilan seringkali menjadi kaum terpinggirkan di era globalisasi. Masa dimana banyak negara sudah tak segan lagi membuka pintu untuk pekerja asing.
Namun, siapa sangka jika pekerja kelas bawah ternyata memiliki kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Bahkan, negara sebesar Amerika Serikat.
Ini seperti diungkap Ekonom Harvard Dale Jorgenson dalam studi terbarunya. Seperti diberitakan Wall Street Journal, kemarin, Dale membongkar kekuatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi Paman Sam sejak 1947, kala transistor ditemukan, dan memproyeksinya hingga 2024.
-
Bagaimana orang Bekasi dipekerjakan? Para pekerja asal Jawa ini juga dibantu tenaga dari India yang dikerjasamai dengan pemerintah kolonial Inggris.
-
Di mana pekerja Indonesia bekerja? Haygrove, sebuah perkebunan di Hereford yang memasok buah beri ke supermarket Inggris, memberikan surat peringatan kepada pria tersebut dan empat pekerja Indonesia lainnya tentang kecepatan mereka memetik buah sebelum memecat mereka lima dan enam pekan setelah mereka mulai bekerja.
-
Bagaimana dampak "migrasi" pada ekonomi? Migrasi dapat meningkatkan produktivitas, pendapatan, dan investasi di daerah tujuan, terutama jika migran memiliki keterampilan dan modal yang dibutuhkan.
-
Siapa yang merekrut pekerja di Singapura? Data Jobs on the Rise terbaru mengungkapkan lonjakan dalam perekrutan untuk spesialis pertumbuhan, pekerjaan teknis, dan profesional perawatan kesehatan di Asia diperkirakan akan memperluas perekrutan hingga tahun 2023.
-
Siapa yang membutuhkan pekerja AI? “Ada permintaan yang luar biasa terhadap orang-orang yang kreatif, berwirausaha yang cepat mengadopsi teknologi baru dan mencari cara untuk memanfaatkannya,“ kata Julia, dilansir Kamis (24/8).
-
Siapa saja yang bekerja di usaha ini? Setelah usahanya berkembang, Delli dan Aulia mempekerjakan lima karyawan tetap, serta freelance untuk membantu.
Hasil studinya memerkirakan bakal ada ledakan pekerja kelas bawah yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi sekitar 2,49 persen per tahun sepanjang 2015-2024. Sedikit di atas rata-rata pertumbuhan sebesar 2,34 persen pertahun sepanjang 1990-2014.
"Jasa para pekerja itu akan terpakai untuk mengisi sektor-sektor ekonomi yang sedang berkembang," kata Jorgenson.
Studi juga menyimpulkan bahwa rata-rata kualitas angkatan kerja hanya akan bergerak datar. Sementara, jumlah jam kerja bakal melambung seiring tingkat partisipasi pekerja akan menyerupai masa sebelum great recession.
Kebanyakan pekerja pria dan wanita berusia 25 hinga 35 tahun hanya memiliki kualifikasi lulusan SMA. Namun, itu masih 10 poin persentase di bawah jumlah pekerja pria dan wanita lulusan SMA, masing-masing sekitar 80 persen dan 60 persen dari total angkatan kerja di awal 2000-an.
Jorgenson mencatat penambahan modal dan tenaga kerja menyumbang 80 persen pertumbuhan ekonomi AS sejak 1947. (mdk/yud)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Negara miskin diyakini memiliki kekuatan dalam bernegosiasi karena mereka merasakan dampaknya secara langsung.
Baca SelengkapnyaBonus demografi yang akan disambut dalam duadekade mendatang, semestinya membawa peluang kemajuan ekonomi.
Baca SelengkapnyaKemajuan pesat kecerdasan buatan menimbulkan kegembiraan dan kekhawatiran.
Baca SelengkapnyaMenaker Ida membeberkan daftar keterampilan yang dibutuhkan pasar kerja saat ini.
Baca SelengkapnyaKetidakcocokan keterampilan tenaga kerja dengan kebutuhan industri, berkontribusi terhadap masalah ini.
Baca SelengkapnyaShinta melihat regulasi ketenagakerjaan di Indoensia masih belum optimal.
Baca SelengkapnyaStudi terkini menunjukkan orang lebih menyukai menjadi pekerja lepas ketimbang sebagai pekerja formal.
Baca SelengkapnyaSekjen Anwar menekankan, adanya job fair merupakan upaya yang sangat bermanfaat terhadap penciptaan peluang.
Baca SelengkapnyaDari 47 sektor pekerjaan yang dianalisa Indeed, sebanyak 41 pekerjaan menerapkan kelonggaran syarat pendidikan.
Baca SelengkapnyaWEF melaporkan bahwa dominasi penggunaan kecerdasan buatan atau AI akan berdampak pada struktur pasar tenaga kerja.
Baca SelengkapnyaSaid menyebut tenaga kerja Indonesia yang bekerja saat ini berjumlah 142,1 juta. Namun ironisnya 54,6 persen diantaranya lulusan SMP ke bawah.
Baca Selengkapnya