Tantangan dan Peluang Sektor Keuangan Indonesia di Tengah Dinamika Global yang Terus Berubah
Dengan kolaborasi yang solid, sektor keuangan dapat mengatasi tantangan sekaligus memanfaatkan peluang menuju visi besar Indonesia Emas 2045.
Sektor keuangan Indonesia menghadapi tantangan besar di tengah dinamika global yang terus berubah, mulai dari perubahan iklim, ancaman siber, hingga transformasi digital.
Dalam acara Risk and Governance Summit 2024, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar dan Ketua Dewan Audit OJK, Sophia Wattimena menegaskan pentingnya langkah strategis untuk memperkuat Governance, Risk, and Compliance (GRC).
Dengan kolaborasi yang solid, sektor keuangan dapat mengatasi tantangan sekaligus memanfaatkan peluang menuju visi besar Indonesia Emas 2045.
Tantangan Utama Sektor Keuangan
1. Perubahan Iklim dan Keuangan Berkelanjutan
Perubahan iklim merupakan ancaman global yang memengaruhi stabilitas ekonomi. Mahendra menegaskan pentingnya mentransformasi sektor ekonomi menjadi berkelanjutan.
"Yang lebih penting adalah mentransformasi keseluruhan sektor-sektor di perekonomian kita menjadi berkelanjutan," katanya dalam sesi Keynote Speech, Selasa (26/11).
OJK juga telah mengembangkan Taksonomi Keuangan Berkelanjutan Indonesia, termasuk energi terbarukan dan tenaga nuklir untuk mendukung pembiayaan yang ramah lingkungan.
2. Penurunan Kepercayaan Digital (Digital Trust)
Sophia Wattimena mengungkapkan tren global terkait penurunan digital trust. Berdasarkan studi Edelman Trust Barometer, 14 dari 22 negara mengalami penurunan kepercayaan digital, termasuk negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Inggris.
Penurunan ini menjadi tantangan serius bagi sektor keuangan yang semakin mengandalkan teknologi digital.
"OJK terus memperkuat industri dalam membangun infrastruktur digital yang tangguh dan aman," kata Shopia dalam sesi Welcoming Remarks.
3. Ancaman Siber yang Meningkat
Risiko siber menjadi tantangan besar di era digitalisasi. Indonesia mencatat lebih dari 361 juta serangan siber pada tahun 2023. Sophia menyebutkan bahwa OJK telah mengeluarkan peraturan seperti POJK Nomor 11 Tahun 2022 tentang Teknologi Informasi oleh Bank Umum dan POJK Nomor 4 Tahun 2021 untuk Lembaga Jasa Keuangan Non Bank.
Selain itu, pedoman keamanan siber dan kode etik penggunaan kecerdasan buatan juga dirancang untuk meningkatkan ketahanan sektor keuangan.
4. Ketidakpastian Geopolitik dan Geoekonomi
Ketegangan geopolitik dan persaingan ekonomi global, seperti konflik dagang dan fluktuasi pasar, menambah kompleksitas tantangan sektor keuangan. Strategi mitigasi yang tepat diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik.
Peluang untuk Pertumbuhan yang Berkelanjutan
1. Ekonomi Digital sebagai Katalis Pertumbuhan
Ekonomi digital Indonesia diproyeksikan tumbuh hingga empat kali lipat pada 2030.
Dengan populasi besar yang sebagian belum terlayani (unbanked), digitalisasi memungkinkan layanan keuangan menjangkau masyarakat lebih luas. Inovasi seperti fintech dan e-wallet menjadi peluang besar untuk meningkatkan inklusi keuangan.
2. Peningkatan Tata Kelola dan Regulasi Digital
Sophia menekankan pentingnya kolaborasi profesional GRC untuk memperkuat kualitas tata kelola dan risiko di sektor keuangan.
"Kita perlu berkolaborasi dalam meningkatkan kompetensi dan profesionalisme kita," ujarnya.
OJK juga terus mengembangkan regulasi untuk menjaga stabilitas dan kepercayaan di ekosistem digital, seperti kode etik kecerdasan buatan yang bertanggung jawab.
3. Keuangan Berkelanjutan sebagai Prioritas Strategis
Mahendra menyoroti pentingnya pembiayaan berkelanjutan melalui pendekatan triple bottom line atau keberlanjutan lingkungan, pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. Inisiatif seperti perdagangan karbon dan transisi energi mendapat dukungan penuh OJK.
4. Kolaborasi Lintas Sektor
Baik Mahendra maupun Sophia menekankan pentingnya sinergi antara regulator, industri, dan masyarakat. Sophia mengajak seluruh
pemangku kepentingan untuk meningkatkan profesionalisme dan berkontribusi pada ekosistem keuangan yang lebih baik.
Membangun Masa Depan yang Tangguh dan Inklusif
Dalam menghadapi tantangan global, sektor keuangan Indonesia harus mengadopsi pendekatan holistik yang mengintegrasikan tata kelola, inovasi teknologi, dan keberlanjutan.
OJK, melalui regulasi dan kolaborasi berupaya menciptakan infrastruktur keuangan yang aman, inklusif, dan berorientasi pada pertumbuhan jangka panjang.
"Dengan memperkuat GRC dan membangun kepercayaan digital, kita berharap langkah-langkah ini dapat mendukung pembangunan yang lebih sehat, berkelanjutan, dan inklusif," tutup Mahendra.
Reporter Magang: Thalita Dewanty