Transformasi Digital Hingga Kesehatan Jadi Isu Prioritas di Dewan Bisnis ASEAN 2023
Ketua ASEAN-BAC, Arsjad Rasjid menyampaikan ada 5 isu prioritas dari keketuaan ASEAN-Business Advisory Council atau Dewan Bisnis ASEAN 2023.
Transformasi Digital Hingga Kesehatan Jadi Isu Prioritas di Dewan Bisnis ASEAN 2023
Ketua Association of Southeast Asian Nations-Business Advisory Council (ASEAN-BAC) 2023 Arsjad Rasjid menyampaikan ada 5 isu prioritas dari keketuaan ASEAN-Business Advisory Council atau Dewan Bisnis ASEAN 2023. Di antaranya digital transformasi, sustainable development, health resilience, food security, and trade & investment facilitation.
"Isu prioritas ini disusun berdasarkan pemikiran yang matang oleh policy managers dan legacy leads kami yang merupakan pengusaha sukses di bidangnya, serta berpengalaman dalam menyusun rekomendasi kebijakan," ujar Arsjad di Jakarta, Selasa (8/8).
Prioritas pertama adalah Transformasi Digital.
Di mana pihaknya memprioritaskan kepentingan UMKM dalam mempercepat integrasi ekonomi, baik dalam bentuk konektivitas sistem pembayaran maupun platform pendanaan bagi usaha.
"Dalam prioritas kami memiliki 3 legacy projects pada isu prioritas pertama ini. Pertama yaitu ASEAN QR Code yang bertujuan untuk mengintegrasikan dan mempercepat pembayaran lintas batas," jelasnya.
Kedua, Wiki Entrepreneur atau Wiki Wirausaha adalah tempat repositori pengetahuan dan platform untuk berbagi praktik terbaik yang didedikasikan untuk membantu UMKM berkembang. Ketiga adalah Marketplace Lending Platform, pihaknya menyiapkan mekanisme untuk mendukung dan mempermudah akses pinjaman bagi UMKM yang sangatlah membutuhkan akses finansial.
Selanjutnya, prioritas kedua adalah Sustainable Development dengan menekankan pentingnya pembangunan berkelanjutan untuk mencapai ekonomi net-zero. Kawasan ASEAN yang kaya akan nilai biodiversity dan sumber daya alam perlu dikawal agar memberikan manfaat ekonomi dan juga melestarikan lingkungan.
Legacy project pertama pada prioritas kedua adalah untuk sustainable development ialah Carbon Center of Excellence yang bertujuan untuk memberdayakan bisnis untuk sepenuhnya memanfaatkan potensi pertumbuhan dalam perdagangan karbon melalui pembentukan repository pengetahuan karbon dan juga best practices dari perusahaan-perusahaan yang telah terlibat di dalamnya. "Kami menekankan pentingnya kekayaan hutan, biodiversity dan lingkungan Asia Tenggara. Kami juga akan meluncurkan ASEAN Alliance on Carbon Market September mendatang," ucapnya.
Sementara itu ASEAN Net Zero Hub adalah wadah untuk membantu dan merangkul sektor swasta untuk bersama-sama mencapai net-zero emission.
"Setelah bertemu banyak pebisnis di kawasan, kami sudah mengidentifikasi sekitar 130 perusahaan di kawasan ASEAN yang mampu berbagi informasi mengenai praktik terbaik untuk mengurangi emisi GHG dan mencapai net-zero," tuturnya.
Merdeka.com
Prioritas ketiga adalah ketahanan kesehatan, pandemi Covid-19 membuktikan bahwa pihaknya harus meningkatkan ketahanan kesehatan masyarakat ASEAN, baik dari segi infrastruktur, akses, teknologi maupun pendanaan. "Legacy project dalam prioritas ketahanan pangan kami adalah Inclusive Closed Loop Model for Agricultural Products: dimana kami memberdayakan UMKM dan petani dengan memberikan akses keuangan, pengetahuan, teknologi, dan akses pasar, tentunya untuk memperkuat dan memberlanjutkan sumber daya pangan kami," ujar Arsjad.
Arsjad yang juga menjabat sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) menuturkan prioritas keempat adalah food security atau ketahanan pangan, melalui praktik pertanian berkelanjutan, sistem informasi yang lebih baik dan mekanisme peningkatan gizi, di mana mereka berupaya untuk meningkatkan aksesibilitas dan stabilitas ketersediaan pangan di ASEAN.
"Legacy project dalam prioritas ketahanan pangan kami adalah Inclusive Closed Loop Model for Agricultural Products: dimana kami memberdayakan UMKM dan petani dengan memberikan akses keuangan, pengetahuan, teknologi, dan akses pasar, tentunya untuk memperkuat dan memberlanjutkan sumber daya pangan kami," katanya.
Prioritas terakhir adalah Trade and Investment Facilitation. Dengan mempromosikan perdagangan dan investasi intra-ASEAN, pihak bertujuan untuk mencapai harmonisasi perjanjian perdagangan dan mendorong lingkungan yang kondusif untuk menerapkan interaksi perdagangan dan investasi yang fair dan menguntungkan di ASEAN. "Fokus kami adalah mengurangi Hambatan Non-Tarif, meningkatkan dampak perjanjian Perdagangan Bebas, dan mempromosikan insentif bagi bisnis untuk semakin berinvestasi di negara-negara kawasan," tambahnya.