Utang Menumpuk, Amerika Serikat Terancam Kehabisan Uang Tunai 1 Juni 2023
Merdeka.com - Utang negara maju Amerika Serikat (AS) terus meningkat setiap tahunnya. The New York Times melaporkan, Pemerintah AS tengah berusaha untuk menambah plafon atau pagu USD 19 triliun utang nasional selama 10 tahun ke depan.
Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS), Janet Yellen telah memperingatkan bahwa negara adidaya akan kehabisan uang tunai pada 1 Juni 2023. Kondisi ini terjadi jika kongres gagal menaikkan atau menangguhkan plafon utang tersebut.
Diketahui, nilai utang pemerintah AS menyentuh USD 31,45 triliun per Februari 2023. Nilai utang ini setara Rp462.000 triliun.
-
Apa total utang Amerika Serikat? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Dimana negara dengan utang terbesar? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Apa tugas berat seorang Menteri Keuangan? Faisal Basri menyampaikan tugas berat seorang Menkeu adalah mengelola pendapatan, mengelola pengeluaran, menyeleksi alokasi anggaran. Hingga akhirnya memastikan anggaran negara digunakan sesuai dengan tujuannya.
-
Kenapa uang mengancam Pemilu 2024? 'Banyak sekali sekarang, paling serius dalam integritas negeri ini adalah uang, ancaman ini akan terjadi, dan akan terjadi pada Pemilu 2024,' jelas Alfitra dalam acara sosialisasi aplikasi Sietik DKPP RI di Hotel Yuan Garden, Senin (18/12).
-
Siapa yang memiliki utang terbesar? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Bagaimana utang negara dihitung? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
"Mencapai pagu utang berarti pemerintah tidak dapat meminjam uang lagi. Kongres diminta bertindak sesegera mungkin untuk mengatasi batas USD 31,45 triliun," kata Ms Yellen seperti dikutip BBC.com di Jakarta, Kamis (11/5).
Departemen Keuangan AS berencana untuk meningkatkan pinjaman hingga akhir Juni dengan nilai total sekitar USD 726 miliar. Angka ini lebih tinggi dari proyeksi awal sekitar USD 449 miliar.
Para pejabat mengatakan tingginya nilai utang AS disebabkan oleh penerimaan pajak penghasilan yang lebih rendah dari perkiraan. Di sisi lain, pengeluaran pemerintah yang lebih tinggi imbas pandemi Covid-19 dan biaya perang.
Para ekonom setempat juga telah memperingatkan bahwa default juga dapat membuat AS menuju resesi. Kondisi ini tentu menyebabkan meningkatnya pengangguran.
"Ini juga berarti bahwa AS tidak akan dapat meminjam uang untuk membayar gaji pegawai pemerintah dan personel militer, pemeriksaan jaminan sosial atau untuk kewajiban lain, seperti pembayaran kontraktor pertahanan," ungkap para ahli dimuat BBC.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kepercayaan diri dalam mengelola pasar, tergantung dengan kepercayaan pasar.
Baca SelengkapnyaInflasi di AS pada bulan Juni menunjukkan penurunan di angka 3 persen, didorong oleh menurunnya tekanan harga energi dan sektor perumahan.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani melaporkan APBN mengalami surplus Rp22,8 triliun hingga 15 Maret 2024.
Baca SelengkapnyaKemenkeu mencatat, utang jatuh tempo tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) Rp705,5 triliun dan pinjaman senilai Rp94,83 triliun.
Baca SelengkapnyaMegawati berharap pemerintah punya rencana serius untuk mengurangi utang bernilai fantastis itu.
Baca Selengkapnya"Utang itu tidak berarti kita kemudian ugal-ugalan, oleh karena itu kita harus hati-hati sekali," kata Sri Mulyani.
Baca SelengkapnyaPosisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2024 mencapai USD145,1 miliar atau Rp2.275 triliun
Baca SelengkapnyaIni penjelasan Kementerian Keuangan mengenai utang baru Rp600 triliun.
Baca SelengkapnyaMenteri Erick Thohir ingatkan BUMN yang memiliki utang dalam bentuk dolar AS karena nilai tukar Rupiah terus anjlok beberapa hari terakhir.
Baca SelengkapnyaAngka pengangguran yang melonjak tak terduga di Amerika Serikat (AS).
Baca SelengkapnyaAdapun APBN per Januari 2024 mencatatkan surplus Rp31,3 triliun atau 0,14 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Baca SelengkapnyaNilai tukar rupiah masih akan fluktuatif namun ditutup menguat.
Baca Selengkapnya