CEK FAKTA: Benarkah Covid-19 Takut dengan Cuaca Panas di Laut?
Klaim Covid-19 takut dengan cuaca panas di laut belum terbukti. Dr dr Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan, kondisi panas dan di laut yang terdapat air garam Covid-19 bisa mati lebih cepat. Namun hal tersebut baru sebatas teori saja, belum ada literatur ilmiah yang menyebutkan Covid-19 takut dengan cuaca panas laut.
Informasi virus Covid-19 takut dengan cuaca panas dan air laut beredar di media sosial. Unggahan tersebut berupa tangkapan layar status WhatsApp, yang memperlihatkan foto sejumlah orang sedang di pantai, disertai dengan tulisan sebagai berikut "Asyiknya kebersamaan satgas covid kab Banyumas".
Unggahan tersebut juga memperlihatkan tangkapan layar percakapan, pada percakapan tersebut ditanyai terkait protokol kesehatan sebagai petugas Covid-19.
-
Apa bahaya dari cuaca panas di Indonesia? Cuaca panas yang melanda Indonesia, terutama pada awal musim kemarau, membawa sejumlah dampak buruk bagi kesehatan masyarakat. Dari dehidrasi hingga risiko serangan panas (heat stroke), perlu langkah-langkah pencegahan yang tepat.
-
Bagaimana cara mencegah penyakit akibat cuaca panas? Untuk mencegah penyakit-penyakit akibat cuaca panas, ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan, seperti: Minum banyak air putih atau minuman yang mengandung elektrolit untuk mengganti cairan yang hilang.
-
Apa saja masalah kesehatan yang bisa muncul karena cuaca panas? Berbagai masalah kesehatan bisa muncul akibat terpaan hawa panas dan terik matahari. Beberapa waktu belakangan, Indonesia diterpa cuaca panas dengan matahari yang bersinar sangat terik. Kondisi cuaca yang sangat terik ini tentu tidak nyaman untuk kita rasakan. Munculnya panas dan terik yang ekstrem ini bisa menimbulkan sejumlah dampak pada tubuh kita. Berbagai masalah kesehatan juga bisa muncul akibat panas terik luar biasa ini.
-
Apa saja yang bisa memicu sakit kepala di cuaca panas? Salah satu pemicu utama sakit kepala di cuaca panas adalah kualitas udara yang buruk. Gelombang panas dapat memperburuk kualitas udara, karena panas menyebabkan unsur kimia di udara berubah menjadi ozon, gas tak berwarna yang berhubungan dengan berbagai masalah kesehatan. Selain itu, sistem tekanan udara yang didorong oleh cuaca panas bisa membuat polutan dari pembangkit listrik batu bara atau mobil mengendap di atas kota, bukan terbawa angin.
-
Mengapa cuaca panas bisa berbahaya bagi kesehatan? Cuaca panas yang ekstrem dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap kesehatan manusia. Paparan sinar matahari yang berlebihan dan suhu udara yang tinggi dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
-
Apa yang dimaksud dengan fakta? Fakta adalah informasi objektif atau bukti yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Fakta adalah sesuatu yang dapat diamati, diukur, dibuktikan, dan diverifikasi oleh berbagai pihak yang dapat melihat fenomena yang sama.
"Masih menujukan sebagai manusia yg serba salah.
15 orang petugas covid ini tidak memakai masker/memakai tapi tidak benar.
Tidak juga menjaga jarak.
Piye jal....?"
Pertanyaan tersebut pun dibalas, yang menyatakan Covid-19 takut dengan panas dan laut.
"Kita harus bisa membedakan ketika berada. Ini suatu refreshing membuag kepenatan...
ini di laut Corona takut dengan panas dan air laut"
Unggahan tersebut kemudian diberi keterangan sebagai berikut:
"Ayo dolor - dolor sg wedi kenek corona serbu pantai terdekat dari kota anda. ternyata markonah wedi karo banyu segoro lor."
©Liputan6.com
Penelusuran
Penelusuran klaim Covid-19 takut dengan cuaca panas laut menggunakan Google Search dengan kata kunci 'Exposing yourself to the sun or temperatures protect covid-19'.
Dilansir dari Liputan6.com penelusuran mengarah pada artikel berjudul "Coronavirus disease (COVID-19) advice for the public: Mythbusters" yang dimuat situs who.int.
Situs who.int menyebutkan, menjemur tubuh di bawah sinar matahari atau suhu yang lebih tinggi dari 25°C tidak melindungi dari Covid-19.
Anda dapat tertular Covid-19, tidak peduli seberapa cerah atau panas cuacanya. Negara-negara dengan cuaca panas telah melaporkan kasus Covid-19.
Penelusuran dilanjutkan dengan menghubungi Ahli epidemiologi Universitas Indonesia, Pandu Riono mengungkapkan, Covid-19 akan tetap hidup di dalam tubuh meski berada di laut atau pantai. Jika Covid-19 di luar tubuh sel virus cepat berlalu.
"Selama di tubuh manusia ya bertahan," kata Pandu saat berbincang dengan Liputan6.com.
Kepala Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Dr dr Tri Yunis Miko Wahyono menambahkan, dengan kondisi panas dan di laut yang terdapat air garam Covid-19 bisa mati lebih cepat.
"Kalau suhu 40 drajat celcius dia mampu hidup 2 hari, kalau di bawah itu 36 drajat 3 hari. Kalau di lautan karena air asin tekanan lebih tinggi dari air biasa nggak bertahan lama," jelasnya.
Namun menurut Tri hal tersebut baru sebatas teori saja, belum ada literatur ilmiah yang menyebutkan Covid-19 takut dengan cuaca panas laut.
"Bisa matinya lebih singkat, tapi belum ada liratur tentang ini," tuturnya.
Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Unhas dr Arif Santoso SpP (K) PhD mengungkapkan, Covid-19 masih bisa menular meski cuaca panas di pantai, jika pengaturan jarak dan tidak menggunakan masker.
"Tetap terjadi penularan," ucapnya.
Menurutnya, Covid-19 tidak bisa lansung mati saat berada dicuaca panas, virus tersebut pun akan tetap hidup jika sudah terhirup dan masuk ke dalam tubuh.
"Kalau sempat terhirup dan masuk ke pernapasan, mau panas di luar kan tetap nyaman di dalam," tandasnya.
Kesimpulan
Klaim virus Covid-19 takut dengan cuaca panas di laut belum terbukti. Kepala Departemen Epidemiologi, FKM UI , Dr dr Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan, dengan kondisi panas dan di laut yang terdapat air garam Covid-19 bisa mati lebih cepat. Namun hal tersebut baru sebatas teori saja, belum ada literatur ilmiah yang menyebutkan Covid-19 takut dengan cuaca panas laut.
Jangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan, pastikan itu berasal dari sumber terpercaya, sehingga bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
(mdk/noe)