Ada Isu Rasisme di Balik Temuan Omicron oleh Ilmuwan Afrika Selatan
Ilmuwan Afrika Selatan, yang dipuji dunia internasional karena pertama kali mendeteksi virus corona varian Omicron, menuding negara-negara Barat mengabaikan bukti awal bahwa varian baru Covid tersebut jauh lebih ringan daripada varian penyebab gelombang Covid sebelumnya.
Ilmuwan Afrika Selatan, yang dipuji dunia internasional karena pertama kali mendeteksi virus corona varian Omicron, menuding negara-negara Barat mengabaikan bukti awal bahwa varian baru Covid tersebut jauh lebih ringan daripada varian penyebab gelombang Covid sebelumnya.
Dua ahli virus corona ternama Afrika Selatan menyampaikan kepada BBC, skeptisisme Barat terkait kerja mereka bisa ditafsirkan sebagai "rasis," atau, setidaknya, penolakan "untuk mempercayai sains karena datang dari Afrika".
-
Kapan Hari Afro Sedunia diperingati? Tepat pada hari ini, menarik untuk dibahas lebih jauh sejarah Hari Afro Sedunia dan berbagai fakta menarik dari rambut afro.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan di Afrika Selatan? Melansir Live Science, IFLScience, BBC Earth, dan Mongabay India, Rabu (3/7), ilmuwan-ilmuwan telah menemukan gundukan rayap aktif tertua di dunia yang telah dihuni selama puluhan ribu tahun.
-
Apa yang dirayakan di Hari Afro Sedunia? Hari Afro Sedunia dicetuskan untuk merayakan gaya rambut alami orang kulit hitam dan ras campuran, yang khas dengan rambut ikal dan tekstur kusut.
-
Apa yang menjadi concern utama dari sebagian besar masyarakat Indonesia dalam beberapa tahun terakhir? Jadi Concern Gaya hidup sehat menjadi concern sebagian besar masyarakat Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini.Ya, akhir-akhir ini banyak orang yang mulai mengutamakan gaya hidup sehat sebagai prioritas utama.Meningkatnya kesadaran akan pentingnya gaya hidup sehat itu pun tidak hanya menjadi tren belaka.
-
Kenapa Hari Afro Sedunia dirayakan? Hari Afro Sedunia dicetuskan untuk merayakan gaya rambut alami orang kulit hitam dan ras campuran, yang khas dengan rambut ikal dan tekstur kusut.
-
Kapan Hari AIDS Sedunia dicetuskan? Peringatan Hari AIDS Sedunia diketahui dicetuskan pertama kali oleh James W. Bunn dan Thomas Netter pada tahun 1987 lalu.
"Sepertinya negara-negara kaya ini jauh lebih pandai menyerap berita buruk yang datang dari negara-negara seperti Afrika Selatan," jelas Profesor Shabir Madhi, ahli vaksin dari Universitas Witwatersrand di Johannesburg.
"Ketika kami menyampaikan berita baik, tiba-tiba ada banyak skeptisisme. Saya akan menyebut itu rasisme," lanjutnya, dikutip dari BBC, Kamis (20/1).
Profesor Salim Karim, mantan kepala komite penasihat Covid pemerintah Afrika Selatan dan wakil presiden Dewan Sains Internasional sepakat dengan Profesor Madhi.
"Kita perlu belajar dari satu sama lain. Penelitian kami akurat. Setiap orang memperkirakan yang terburuk (dari Omicron) dan ketika mereka melihatnya, mereka mempertanyakan apakah observasi kami cukup akurat secara ilmiah," jelasnya, sembari mengakui bahwa banyaknya mutasi baru di Omicron mungkin telah berkontribusi pada kehati-hatian ilmiah.
Gelombang terbaru Covid di Afrika Selatan yang mulai pada akhir November 2021, sekarang mengalami penurunan tajam dan nampaknya bakal diumumkan telah berakhir di seluruh negeri dalam beberapa hari ke depan.
Masih ada kekhawatiran angka infeksi bisa melonjak lagi setelah sekolah-sekolah dibuka kembali, namun secara keseluruhan, gelombang Omicron di Afrika Selatan dipekirakan bertahan tidak lama sepanjang periode gelombang sebelumnya.
Sampai awal bulan lalu, para ilmuwan dan dokter telah membagikan bukti-bukti yang mengindikasikan Omicron yang sangat menular, menyebabkan rawat inap dan kematian yang jauh lebih kecil daripada gelombang varian Delta.
"Prediksi yang kami buat di awal Desember masih sama. Omicron kurang parah. Secara dramatis. Virus tersebut berevolusi untuk beradaptasi dengan inang manusia, untuk menjadi semacam virus musiman," jelas Profesor Marta Nunes, peneliti senior di Departemen Analitik Vaksin dan Penyakit Menular Universitas Witwatersrand.
WHO terus menerus memperingatkan jangan menganggap Omicron "ringan", merujuk pada tingkat penularannya yang tinggi dapat menyebabkan "tsunami" di seluruh dunia, mengancam sistem kesehatan.
Tapi para ilmuwan Afrika Selatan tetap mempertahankan data mereka.
"Angka kematian sangat berbeda (dengan Omicron). Kami melihat angka kematian yang sangat kecil," jelas Profesor Karim, yang mengacu pada data terbaru yang menunjukkan angka rawat inap rumah sakit empat kali lebih rendah daripada varian Delta, dan angka pasien yang membutukan mesin ventilasi berkurang.
"Bahkan tidak perlu waktu dua minggu sebelum bukti pertama mulai bermunculan bahwa ini kondisinya jauh lebih ringan. Dan ketika kami membagikan itu kepada dunia, ada beberapa skeptisisme," jelasnya.
Keuntungan demografis
Muncul perdebatan bahwa Afrika - atau setidaknya beberapa bagian benua itu - mungkin mengalami pandemi secara berbeda karena demografi dan faktor lainnya. Usia rata-rata Afrika Selatan, misalnya, 17 tahun lebih muda dari Inggris.
Tetapi para ilmuwan di Afrika Selatan bersikeras bahwa keuntungan demografis yang mungkin dimiliki penduduk dalam hal memerangi Covid dikalahkan kesehatan yang buruk. Kelebihan kematian di Afrika Selatan selama pandemi sekarang mencapai 290.000 - atau 480 per 100.000 orang - dua kali lipat lebih daripada angka kematian di Inggris.
“Faktanya adalah Afrika Selatan memiliki populasi yang jauh lebih rentan daripada Inggris dalam hal penyakit parah. Ya, kami memiliki populasi yang lebih muda tetapi kami memiliki populasi yang tidak sehat karena prevalensi penyakit yang lebih tinggi, termasuk obesitas dan HIV," jelas Profesor Madhi.
"Setiap situasi dan setiap negara memiliki beberapa karakteristik unik. Tapi kami telah belajar bagaimana memperkirakan dari satu keadaan ke keadaan lainnya," tambah Profesor Karim.
Angka 290.000 kematian berlebih belum dikonfirmasi sebagai cerminan akurat dari jumlah korban pandemi di Afrika Selatan. Ini adalah tiga kali lipat jumlah kematian resmi Covid-19.
Tetapi para ilmuwan di sini percaya sebagian besar dari kematian berlebih itu mungkin karena pandemi. Separuhnya terjadi saat gelombang Delta, namun sejauh ini hanya 3 persen yang terjadi saat gelombang Omicron, kata Profesor Madhi.
Tak ada karantina
Pemerintah Afrika Selatan menolak memperketat berbagai pembatasan baru selama gelombang Omicron dan mengkririk tajam pemerintah negara lain yang memberlakukan pembatasan perjalanan dari kawasan Afrika.
Para ilmuwan di Afrika Selatan menyambut baik respons pemerintahnya dan berpendapat negara lain bisa mencontoh Afrika Selatan.
"Kami percaya virus ini tidak akan musnah dari populasi manusia. Sekarang kita harus belajar bagaimana hidup dengan virus dan virus akan belajar bagaimana hidup dengan kita," jelas Profesor Nunes.
"(Angka kematian rendah karena Omicron) menunjukkan kita berada dalam fase pandemi yang berbeda. Saya menyebutnya sebagai fase pemulihan," kata Profesor Madhi.
Profesor Madhi juga mendesak pemerintah untuk menghentikan tes Covid-19 di tingkat komunitas, mengatakan itu tidak perlu dan tidak ada gunanya.
Sebaliknya, kata dia, yang harus diprioritaskan adalah meminimalkan jumlah orang yang dirawat di rumah sakit akibat Covid-19.
Profesor Madhi juga menyatakan keprihatinannya bahwa pesan yang beragam tentang keberhasilan Afrika Selatan yang berkembang dalam memerangi pandemi dapat "benar-benar mengurangi kepercayaan pada vaksin (terlepas dari kenyataan bahwa) kita tahu vaksin mencegah penyakit parah".
Meskipun Afrika Selatan tertinggal jauh di belakang negara-negara seperti Inggris dalam hal tingkat vaksinasi, setidaknya tiga perempat dari populasi sekarang menikmati perlindungan yang signifikan dari kombinasi infeksi dan vaksinasi sebelumnya.
Profesor Karim mengakui bahwa penularan Omicron yang tinggi menyebabkan masalah bagi negara-negara seperti AS, tetapi, mengutip pengalaman Afrika Selatan sendiri, dia mengatakan "Hal baiknya adalah karena (tingkat infeksi) melonjak secepat itu, akan turun secepat itu juga, sehingga tekanan pada rumah sakit akan jauh lebih sedikit."
(mdk/pan)