Arkeolog Ungkap Patung Sphinx Mesir Bisa Jadi Bukan Dibuat Manusia, Ini Penjelasannya
Arkeolog Ungkap Patung Sphinx Mesir Bisa Jadi Bukan Dibuat Manusia
Seperti halnya keberadaan piramida di Mesir, patung Sphinx di Giza juga hingga kini masih diselubungi misteri.
-
Kapan patung sphinx tersebut ditemukan? Setelah ditemukan pada abad ke-19, patung itu dicuri dari seorang bangsawan Eropa sekitar tahun 1848.
-
Apa yang ditemukan oleh peneliti di dekat Piramida Mesir? Para peneliti telah lama menduga banyak piramida dibangun di samping saluran Sungai Nil yang mengering. Piramida Giza, piramida terbesar di Mesir, berada di tengah gurun dan sangat jauh dari tepian Sungai Nil. Namun penelitian baru menunjukkan dulunya piramida ini berada di samping cabang utama Sungai Nil yang dipenuhi oleh perahu.
-
Apa yang dituliskan pada patung sphinx perunggu itu? Menurut penelitian yang dipublikasikan pada 30 Desember lalu di Jurnal Arkeologi Mediterania dan Arkeometri, tulisan pada patung itu akhirnya terpecahkan. Tulisan pendek itu adalah bentuk puisi yang tidak lazim.
-
Mengapa ruang-ruang di bawah Sphinx dianggap penting? Ada yang berpendapat ruang-ruang ini menyimpan petunjuk untuk memahami kecanggihan dan perkembangan peradaban Mesir kuno.
-
Dimana patung Sphinx perunggu itu ditemukan? Patung sphinx perunggu yang berasal dari abad ke-3 itu ditemukan di Dacia, sebuah provinsi di masa Romawi yang kini adalah wilayah Rumania.
-
Siapa yang menemukan arti tulisan di patung sphinx? Menurut penelitian yang dipublikasikan pada 30 Desember lalu di Jurnal Arkeologi Mediterania dan Arkeometri, tulisan pada patung itu akhirnya terpecahkan.
Arkeolog Ungkap Patung Sphinx Mesir Bisa Jadi Bukan Dibuat Manusia, Ini Penjelasannya
Selama berabad-abad arkeolog dibuat penasaran dengan keberadaan patung singa raksasa berkepala manusia itu.
Penelitian terbaru menunjukkan jawaban dari misteri itu mungkin masih belum terang-benderang.
merdeka.com
Setelah mereplikasi kondisi cuaca yang ada pada saat monumen tersebut dibangun, para ahli menemukan bentuk dasar patung itu mungkin terbentuk oleh erosi, sehingga hanya menyisakan detail halus yang dapat diukir oleh manusia.
“Temuan kami menawarkan kemungkinan kisah asal usul bagaimana formasi mirip Sphinx bisa muncul dari erosi,” kata peneliti Leif Ristroph dalam sebuah pernyataan.
- Arkeolog Temukan Benteng Tertua di Dunia, Dibangun 8.000 Tahun Lalu untuk Lindungi Permukiman Manusia Purba
- Arkeolog Temukan Alat Pelempar Tombak Tertua, Dipakai Manusia Purba Berburu 31.000 Tahun Lalu
- Penemuan Kepala Naga di Danau Bikin Arkeolog Berdebar, Ada Kaitannya dengan Bangsa Viking
- Gali Kuil Berusia 2.800 Tahun, Arkeolog Temukan Patung Ular untuk Bayar Nazar ke Dewa Poseidon
“Percobaan laboratorium kami menunjukkan bentuk mirip Sphinx ternyata berasal dari material yang terkikis oleh arus deras.”
Penelitian ini, yang hasilnya akan dipublikasikan dalam Physical Review Fluids dan abstraknya telah disampaikan pada Pertemuan Tahunan ke-75 Divisi Fluida APS, membuka pintu untuk "cerita awal mula" yang baru tentang asal-usul Sphinx.
Dengan menggambarkan kembali kondisi cuaca pada masa pembangunan monumen tersebut, para peneliti menciptakan kondisi laboratorium yang meniru erosi angin, menghasilkan bentuk Sphinx yang mengejutkan mirip dengan yang terlihat di gurun.
“Faktanya, ada bukit pasir yang ada saat ini terlihat seperti hewan yang sedang duduk atau berbaring, sehingga mendukung kesimpulan kami,” jelas Ristroph.
Para ilmuwan merinci eksperimen laboratorium mereka, menggunakan tanah liat dengan material yang sulit tererosi di dalamnya dan menempatkannya dalam terowongan air yang mereplikasi pola angin di wilayah Mesir timur laut.
Hasilnya mencengangkan, mereka menyaksikan "gundukan tanpa fitur berubah menjadi singa megah" seiring dengan proses erosi yang mensimulasikan kondisi alam pada masa lalu.
Pentingnya temuan ini juga terletak pada fakta bahwa banyak bukit pasir di gurun-gurun modern masih mempertahankan kemiripan dengan bentuk Sphinx.
Hal itu memberikan dukungan lebih lanjut terhadap teori bahwa patung itu mungkin berawal sebagai struktur alami. Riset ini memberikan wawasan baru tentang apa yang mungkin dihadapi masyarakat kuno di gurun Mesir dan mengapa mereka membayangkan makhluk fantastis dengan kepala manusia, tubuh singa, dan sayap elang.
Dengan demikian, bukan hanya karya seni monumental, Sphinx Giza menjadi lebih dari sekadar patung; itu adalah kolaborasi antara manusia kuno dan keajaiban alam, tempat imajinasi dan realitas bertemu.
Sumber: IFl Science