Begini Reaksi Arab Saudi dan Palestina Atas Jatuhnya Rezim Assad di Suriah
Negara-negara Arab secara serentak mengawasi situasi yang berlangsung di Suriah.
Beberapa negara di kawasan Arab memberikan tanggapan terhadap jatuhnya rezim Bashar al-Assad di Suriah. Mereka menyerukan upaya untuk menjaga stabilitas negara, mendorong pembangunan, serta mencegah terjadinya kekacauan yang lebih besar. Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menyatakan, seperti yang dilaporkan oleh kantor berita Anadolu pada Senin (9/12/2024), bahwa pihaknya "memantau dengan cermat perkembangan pesat di negara sahabat Suriah dan menyampaikan kepuasannya atas langkah-langkah positif yang diambil untuk memastikan keselamatan rakyat Suriah, mencegah terjadinya pertumpahan darah, serta melindungi lembaga negara dan sumber daya Suriah."
Arab Saudi juga mengajak komunitas internasional "untuk memberikan dukungan kepada rakyat Suriah dan bekerja sama dengan mereka dalam upaya yang menguntungkan Suriah serta memenuhi harapan rakyatnya, sambil tetap menghormati kedaulatan negara Suriah dan menghindari campur tangan dalam urusan dalam negerinya." Di Qatar, kementerian luar negeri menekankan pentingnya "memantau dengan seksama perkembangan di Suriah" dan menjaga "lembaga-lembaga negara serta kesatuan bangsa untuk mencegah negara terjerumus ke dalam kekacauan." Qatar mengulangi komitmennya untuk mengakhiri krisis Suriah berdasarkan prinsip-prinsip legitimasi internasional dan Resolusi Dewan Keamanan PBB 2254, dengan pendekatan yang "menguntungkan rakyat Suriah serta menjaga kesatuan, kedaulatan, dan kemerdekaan negara mereka."
- Kedutaan Suriah di Rusia Kibarkan Bendera Tiga Bintang Lambang Pemberontak
- Dulu Pernah Jadi Sobat Assad, Hamas Nyatakan Dukung Rakyat Suriah Perjuangkan Kemerdekaan dan Keadilan
- Dua Negara Ini Paling Diuntungkan dengan Tumbangnya Rezim Assad di Suriah
- Hilang Sejak Usia 18 Tahun Pria Suriah ini Ternyata Dipenjara Rezim Assad, Dibebaskan Pemberontak Kini Umurnya 57 Tahun
Kementerian Luar Negeri Bahrain juga menyatakan bahwa Manama memantau perkembangan cepat di Suriah dan "menegaskan komitmennya terhadap keamanan, stabilitas, kedaulatan, dan integritas teritorial Suriah." Bahrain mengajak "semua pihak di Suriah untuk mengutamakan kepentingan bangsa dan kesejahteraan warganya, sambil menjaga lembaga publik serta melindungi infrastruktur vital dan ekonomi." Melalui pernyataan ini, tampak jelas bahwa negara-negara Arab berusaha untuk berkontribusi dalam menciptakan kondisi yang lebih baik bagi Suriah dan rakyatnya.
Reaksi Negara-Negara Arab
Kementerian Luar Negeri Mesir mengungkapkan bahwa Kairo "memantau dengan perhatian besar perubahan di Suriah" dan menegaskan dukungannya terhadap kedaulatan, integritas teritorial, serta kesatuan rakyat Suriah. Mesir juga mengajak "semua pihak di Suriah, tanpa memandang orientasi, untuk menjaga sumber daya negara, mengutamakan kepentingan nasional, menyatukan tujuan, serta memulai proses politik yang komprehensif untuk menciptakan konsensus, perdamaian, dan mengembalikan posisi Suriah di tingkat regional dan internasional."
Di Yordania, Istana Kerajaan menyampaikan pernyataan dari Raja Abdullah II yang menegaskan bahwa negaranya "berdiri bersama rakyat Suriah dan menghormati kehendak serta pilihan mereka." Ia juga menekankan "pentingnya menjaga keamanan Suriah, keselamatan warganya, serta memastikan stabilitas dan menghindari konflik yang bisa menyebabkan kekacauan." Raja Abdullah II menambahkan bahwa "Yordania telah mendampingi Suriah sejak awal krisis, menerima pengungsi, dan memberikan layanan yang sama seperti kepada warga Yordania."
Sementara itu, Dewan Kepemimpinan Presiden di Yaman menyampaikan ucapan selamat kepada rakyat Suriah atas jatuhnya rezim Assad. Yaman menegaskan kembali posisinya yang mendukung integritas teritorial Suriah, menghormati kemerdekaannya, serta mendukung kehendak rakyat Suriah untuk mencapai kebebasan, perubahan, perdamaian, keamanan, dan stabilitas.
Di Irak, juru bicara pemerintah, Basim al-Awadi, mengungkapkan bahwa Irak "memantau perkembangan di Suriah dan terus menjalin kontak internasional dengan negara-negara sahabat untuk mendorong upaya menuju stabilitas, keamanan, ketertiban umum, serta perlindungan nyawa dan properti rakyat Suriah." Irak menekankan pentingnya untuk tidak terlibat dalam urusan domestik Suriah atau mendukung satu pihak, karena tindakan tersebut hanya akan memperburuk konflik dan perpecahan yang ada.
Sementara itu, Aljazair menegaskan dukungannya terhadap rakyat Suriah dalam pernyataannya, yang menyoroti hubungan erat antara rakyat Aljazair dan Suriah, yang dibangun di atas sejarah bersama dan solidaritas. Aljazair menyerukan "dialog antara semua segmen masyarakat Suriah, dengan mengutamakan kepentingan tertinggi negara, menjaga sumber daya nasional, serta membangun masa depan yang inklusif melalui lembaga-lembaga yang mencerminkan kehendak rakyat Suriah, bebas dari campur tangan asing."
Kepresidenan Palestina, menurut laporan kantor berita WAFA, menyatakan bahwa "Palestina dan rakyatnya berdiri bersama rakyat Suriah, menghormati kehendak serta pilihan politik mereka, memastikan keamanan, stabilitas, dan pelestarian pencapaian mereka." Kepresidenan Palestina juga menekankan pentingnya "semua pihak politik mengutamakan kepentingan rakyat Suriah, memastikan pemulihan peran penting Suriah di kawasan dan dunia, yang pada gilirannya akan menguntungkan rakyat Palestina serta perjuangan mereka untuk kebebasan dan kemerdekaan."
Beberapa kantor berita Rusia melaporkan bahwa Assad dan keluarganya melarikan diri dari Suriah dan tiba di Moskow pada hari Minggu (8/12), setelah Rusia menawarkan suaka kepada mereka. Kekuasaan keluarga Assad di Suriah dimulai oleh Hafez al-Assad, yang menjabat sebagai presiden Suriah sejak 1971 hingga kematiannya pada tahun 2000.