Direktur RS Al-Shifa di Gaza Bebas dari Penjara 'Guantanamo' Israel, Ungkap Kekejaman dan Penyiksaan Mengerikan Selama Ditahan
Penjajah Israel menyerbu RS Al-Shifa pada November 2023, memaksa para pasien dan tenaga medis keluar dari fasilitas kesehatan terbesar di Gaza tersebut.
Penjajah Israel menyerbu RS Al-Shifa pada November 2023, memaksa para pasien dan tenaga medis keluar dari fasilitas kesehatan terbesar di Gaza tersebut.
- Kesaksian Mengejutkan Bekas Tahanan Guantanamo, Penyiksaan Keji Israel ke Warga Palestina yang Ditahan Sama dengan Amerika
- Warga Gaza yang Terkepung di RS Al-Shifa Tulis Pesan Terakhir di Tembok Sebelum Dibunuh Tentara Israel, Isinya Menyayat Hati
- Netanyahu Puji Serangan Tentara Israel di RS Al-Shifa, Tewaskan 400 Orang dalam 13 Hari, Termasuk Pasien dan Tenaga Medis
- Israel Kembali Serang RS Al-Shifa di Gaza, Tembak Mati 50 Orang Termasuk Anak-Anak, Dokter Ditangkap dan Ditelanjangi
Direktur RS Al-Shifa di Gaza Bebas dari Penjara 'Guantanamo' Israel, Ungkap Kekejaman dan Penyiksaan Mengerikan Selama Ditahan
Direktur Rumah Sakit Al-Shifa di Jalur Gaza, Dr Mohammed Abu Salmiya akhirnya bebas setelah ditahan pasukan penjajah Israel sejak November 2023. Salmiya ditangkap saat pasukan Israel menggeledah rumah sakit tersebut.
Puluhan tahanan lainnya juga dibebaskan pada Senin (1/7). Para pejabat Israel murka atas pembebasan Salmiya dan tahanan Palestina lainnya.
Dalam konferensi pers, Salmiya mengungkapkan pengalaman mengerikan yang dia hadapi selama ditahan penjajah Israel. Dia mengatakan, kondisi di dalam penjara Israel "tragis, tidak pernah terjadi dalam sejarah rakyat Palestina, dengan makanan yang sangat terbatas dan penyiksaan fisik.""Penjajah Israel menangkap siapapun, dan staf medis meninggal di dalam penjara-penjara Israel karena penyiksaan dan kurangnya perawatan medis. Musuh (Israel) mendemonstrasikan kekejamannya dalam menghadapi para tahanan dan tenaga medis. Ratusan tenaga medis ditargetkan dan disiksa di penjara-penjara penjajah," ungkapnya, dikutip dari The Cradle, Selasa (2/7).
Bahkan, lanjut Salmiya, para dokter Israel yang ada di penjara memperlakukan para tahanan dengan kejam dan memukul mereka.
"Penjajahan ini telah mengabaikan seluruh nilai-nilai kemanusiaan," lanjutnya.
"Orang Palestina menjadi sasaran penyiksaan fisik dan psikis setiaap hari."
"Situasi penjara tragis dan sangat sulit, dan harus ada keputusan tegas dari kelompok perlawanan dan masyarakat Arab demi kebebasan para tahanan.”
Abu Salmiya menuturkan, dia melakukan kontak dengan pasukan Israel sebelum mereka menyerbu RS Al-Shifa pada November tahun lalu. Dilansir Middle East Eye, dia juga menolak meninggalkan RS Al-Shifa saat Israel menyerbu fasilitas kesehatan tersebut untuk pertama kalinya pada November dan berjanji tetap bersama para pasien. Namun kemudian seluruh staf medis, pasien, dan para pengungsi dipaksa keluar dari rumah sakit oleh pasukan penjajah Israel.
Abu Salmiya mengatakan dia ditangkap dengan dokter lainnya dan para pasien saat dievakuasi dalam konvoi yang telah dikoordinasikan oleh PBB dengan militer Israel.
Dia mengatakan diadili selama tiga kali selama ditahan tapi tidak pernah didakwa melakukan pidana apapun. Dia juga dipindah dari penjara ke penjara selama penahanannya.
"Saya akan kembali untuk melaksanakan tugas saya. Saya mendengar dari rekan-rekan saya bahwa RS Al-Shifa mengalami banyak kerusakan. Saya berjanji kepada Anda sekalian dan dunia bahwa kita akan membangun kembali kompleks medis ini."
Menteri Israel Murka
Salmiya juga menyampaikan dalam konferensi pers, dia kaget dengan reaksi sejumlah menteri Israel atas pembebasannya.
Menurut situs berita berbahasa Ibrani, Walla, beberapa menteri mengeluhkan pembebasan tahanan Palestina di grup WhatsApp.
"Tidak habis pikir melakukan hal tersebut tanpa rapat kabinet. Saya serius tanya, di bawah kewenangan siapa (ini dilakukan)?" kata Menteri Pemukiman Israel, Orit Strock, di grup WA tersebut.
Menteri Komunikasi Israel, Shlomo Karhi menyerukan perlunya pejabat bidang keamanan yang baru menyusul pembebasan tersebut.
Pemimpin oposisi, Yair Lapid dan Avigdor Lieberman juga mengecam pembebasan Abu Salmiya.
“Prosedur untuk memenjarakan tahanan keamanan dan pembebasan mereka berada di bawah Shin Bet dan Layanan Penjara Israel, dan tidak harus mendapat persetujuan dari menteri pertahanan,” kata kantor Menteri Pertahanan Yoav Gallant pada Senin, menolak bertanggung jawab atas keputusan tersebut.
Shin Bet berada di bawah yurisdiksi kantor perdana menteri, sedangkan Layanan Penjara Israel berada di bawah Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir.
“Keputusan untuk membebaskan mereka menyusul diskusi di Pengadilan Tinggi mengenai petisi yang menentang penahanan tahanan di fasilitas penahanan Sde Teiman,” kata kantor Benjamin Netanyahu, mengacu pada pusat penahanan Israel yang berjarak 29 km dari perbatasan Gaza, yang dikenal sebagai “Guantanamo"-nya Israel.
“Identitas para tahanan yang dibebaskan ditentukan secara independen oleh pejabat keamanan berdasarkan pertimbangan profesional mereka,” lanjut kantor perdana menteri, seraya menambahkan bahwa penyelidikan atas masalah tersebut telah diperintahkan.
“Sudah waktunya perdana menteri menghentikan (Menteri Pertahanan Yoav) Gallant dan ketua Shin Bet dari kebijakan independen yang bertentangan dengan posisi kabinet,” kata Ben Gvir.