Ini Satu-Satunya Lokasi yang Tidak Diserang Israel di Gaza
Agresi brutal Israel dimulai sejak 7 Oktober 2023, telah menghancurkan sebagian besar Jalur Gaza.
Agresi brutal Israel dimulai sejak 7 Oktober 2023, telah menghancurkan sebagian besar Jalur Gaza.
-
Mengapa Genosida di Palestina diabaikan? This genocide is the most well-documented, yet remains the most ignored in history!
-
Dimana pembantaian di Gaza terjadi? Angka-angka tersebut dirilis oleh Kantor Media Pemerintah Gaza kemarin.
-
Apa yang dilakukan Israel ke Gaza? Israel kembali menjatuhkan bom di sejumlah wilayah Palestina hanya beberapa menit setelah gencatan senjata berakhir.
-
Apa yang dilakukan Israel di Gaza? Negara muslim ini diprotes warganya karena menerima kapal perang negeri zionis yang kini sedang membunuhi warga Gaza Palestina.
Ini Satu-Satunya Lokasi yang Tidak Diserang Israel di Gaza
Di Jalur Gaza, Palestina, terdapat dua pemakaman yang berisi kerangka tentara Inggris, yang sebagian besar tewas dalam Perang Dunia I, beberapa di antaranya tewas dalam Perang Dunia II.
Dimiliki oleh Komisi Pemakaman Perang Persemakmuran yang berbasis di Inggris, mereka dikenal secara lokal sebagai kuburan Inggris, dan dianggap sebagai situs budaya dan arkeologi utama di Gaza.
Dihiasi semak-semak dan dikelilingi pohon cemara yang tinggi serta tembok rendah di mana berbagai bunga bermekaran dalam suasana yang tenang, ratusan warga Gaza telah mengunjunginya selama bertahun-tahun untuk bersantai.
Pemakaman Perang Gaza terletak di lingkungan al-Tuffah di utara Gaza. Pemakaman ini berisi 3.217 makam, 781 di antaranya tidak teridentifikasi. Pemakaman Perang Dunia II berjumlah 210. Ada 30 pemakaman pascaperang dan 234 kuburan perang dari negara lain.
Yang lainnya terletak di utara Deir al-Balah, di daerah al-Zwayda. Di dalamnya terdapat 724 tentara, semuanya orang Inggris.
Beberapa pemakaman paling awal di pemakaman ini dilakukan tentara Inggris yang terlibat dalam pertempuran Gaza dengan Kekaisaran Ottoman/Utsmaniyah pada tahun 1917 dan 1918. Selama Perang Dunia II, pasukan Kerajaan Inggris, sebagian besar dari Australia, mengelola sejumlah rumah sakit di Gaza.
Kedua pemakaman tersebut telah bertahan sejak perang Israel di Gaza dimulai, seperti halnya pemakaman-pemakaman lain yang telah bertahan dari berbagai konflik sebelumnya.
Pada 2006, Pemakaman Perang Gaza rusak sebagian oleh rudal Israel. Israel membayar Rp1,8 miliar sebagai kompensasi. Selain itu, sekitar 350 nisan membutuhkan perbaikan setelah serangan Israel selama tiga pekan di Gaza pada 2009.
Hanya sedikit daerah di Gaza yang terhindar dari serangan gencar operasi militer terbaru Israel. Namun, dibandingkan dengan sejumlah kuburan Palestina yang menjadi reruntuhan akibat serangan tersebut, pemakaman Inggris tampaknya sengaja dihindari. Kedua pemakaman tersebut hanya mengalami kerusakan parsial akibat serangan di dekatnya, sementara kuburan dan nisan-nisan mereka tidak tersentuh.
Kedua pemakaman tersebut hanya mengalami kerusakan parsial akibat serangan di dekatnya, sementara kuburan dan nisan-nisan mereka tidak tersentuh.
Puluhan warga dan jurnalis telah dicegah oleh pihak Israel untuk melewati atau memotret pemakaman di Deir al-Balah.
Fadel Keshko, yang mengungsi dari utara Gaza, mencoba mengunjungi pemakaman tersebut baru-baru ini namun dilarang. Hal ini meninggalkan "tanda tanya besar".
"Saya telah mengunjungi nenek saya dan ingin sekali melihat pemakaman dalam perjalanan pulang. Saya terkejut melihat tidak ada satu pun kuburan yang tersentuh. Serangan udara yang terjadi di dekatnya hanya menyebabkan kerusakan parsial pada pagar dan tembok luar," tuturnya, dikutip dari Middle East Eye, Kamis (27/6).
"Ini adalah cerita yang sama untuk pemakaman lainnya. Sementara itu, kuburan warga Gaza telah dibuldoser dan mayat mereka dicuri. Ini terasa sangat tidak manusiawi."
Hampir semua kuburan Palestina di seluruh Gaza telah dihancurkan dan digeledah sejak perang dimulai setelah serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel.
Pemakaman Al-Shujayya, Beit Hanoon dan Khan Younis semuanya hancur, begitu juga dengan makam Gereja Santo Porphyrius yang diyakini sebagai gereja tertua ketiga di dunia, yang telah menjadi reruntuhan.
Ketika Israel terus memperluas operasi militernya di Gaza, jumlah korban tewas terus meningkat. Di Deir al-Balah, di mana lebih dari 1 juta orang kini berlindung setelah invasi ke Rafah, hanya satu dari dua kuburan yang masih berfungsi.
Kehabisan kapasitas sejak Januari dan menerima sejumlah mayat setiap hari, kotamadya Deir al-Balah bergantung pada kuburan massal untuk menyerap arus masuk.
"Pemboman Israel yang terus menerus membuat kami tidak punya pilihan. Kami menggali puluhan meter ke dalam tanah untuk mengubur orang-orang. Ada hari-hari di mana saya harus mengubur 300 atau 400 orang. Mereka tidak hanya berasal dari Deir al-Balah atau Gaza tengah, tetapi juga dari Khan Younis, al-Qarrara, dan al-Mawasi," kata Abu Jawad Baraka, seorang penjaga makam berusia 64 tahun.
Israel telah menggali banyak kuburan untuk mencari jasad tawanan yang dibawa Hamas pada tanggal 7 Oktober, dan banyak warga Palestina tidak dapat menemukan jasad kerabat mereka setelah pasukan Israel menarik diri. Hal ini mendorong banyak warga Palestina untuk menguburkan orang-orang yang mereka cintai yang terbunuh sedekat mungkin dengan rumah mereka.
"Sementara kuburan kami telah rusak parah dan dicuri, kami tidak menerima kompensasi. Mereka bahkan tidak memiliki perlindungan," kata Baraka.
"Namun Israel tidak dapat menyebabkan malapetaka pada makam-makam Inggris dan akan membayar begitu banyak uang sebagai kompensasi untuk memperbaiki apa yang nyaris tidak rusak. Mereka menganggapnya suci, dan memikirkannya saja sudah menyakitkan."