Dokumen Intelijen Israel Soal Gaza Bocor, Berisi Rincian Strategi Militer dan Target Serangan
Dokumen yang bocor mencakup rincian rencana militer Israel terhadap Gaza, termasuk strategi dan target serangan.
Dugaan kebocoran dokumen rahasia yang berkaitan dengan Jalur Gaza, yang melibatkan seorang ajudan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, telah mengguncang dunia politik Israel. Keluarga para sandera yang ditahan oleh Hamas pun merasa marah dan mendesak agar segera tercapai kesepakatan untuk memulangkan orang-orang tercinta mereka.
Informasi mengenai kasus kebocoran ini mulai terungkap secara perlahan, meskipun ada perintah untuk menutup-nutupi informasi tersebut. Namun, keputusan hakim yang mencabut sebagian perintah tersebut memberikan gambaran awal tentang kasus ini, yang menurut pengadilan dapat membahayakan sumber keamanan dan mungkin telah merugikan usaha Israel dalam membebaskan para sandera.
- Israel Sudah Bangun Pangkalan Militer Permanen di Gaza, Segini Luasnya
- Dokumen: Netanyahu Batalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza Sehingga Enam Tawanan Israel Tewas
- Dokumen Rahasia Militer Mesir Terbongkar, Ungkap Proyek Saluran Air buat Lenyapkan Terowongan Gaza
- Dokumen Rahasia Militer Mesir Terbongkar, Isinya soal Terowongan Gaza
Dalam putusannya, Pengadilan Magistrat Rishon Le-Zion menyatakan, "Informasi intelijen rahasia dan sensitif diambil dari sistem IDF (Pasukan Pertahanan Israel) dan dibawa keluar secara ilegal," seperti dilansir oleh CNA pada hari Senin (4/11).
Netanyahu sendiri telah membantah adanya kesalahan dari pihak staf kantornya dan mengungkapkan bahwa ia baru mengetahui tentang dokumen yang bocor tersebut dari media pada hari Sabtu (2/11). Rincian dokumen itu sendiri dipublikasikan oleh surat kabar Jerman Bild pada tanggal 6 September, menurut laporan dari surat kabar Israel Haaretz, yang juga mengajukan banding ke pengadilan untuk mencabut perintah pembungkaman. Artikel tersebut, yang diberi label eksklusif, diduga menjelaskan strategi negosiasi Hamas.
Pada waktu yang bersamaan, Amerika Serikat (AS), Qatar, dan Mesir sedang memediasi pembicaraan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, yang juga mencakup kesepakatan untuk membebaskan sandera yang ditahan di Jalur Gaza. Namun, negosiasi tersebut gagal karena Israel dan Hamas saling menyalahkan atas kebuntuan yang terjadi.
Artikel yang diterbitkan juga sejalan dengan tuduhan Netanyahu terhadap Hamas terkait kebuntuan tersebut. Tidak lama setelah itu, enam sandera Israel ditemukan tewas di terowongan di Gaza Selatan, yang memicu protes besar di Israel dan kemarahan keluarga sandera, yang menuduh Netanyahu menghalangi perundingan gencatan senjata demi kepentingan politik.
Beberapa keluarga sandera bergabung dengan seruan jurnalis Israel pada hari Sabtu untuk mendesak pengadilan mencabut perintah pembungkaman. "Orang-orang ini telah terjebak dalam pusaran rumor dan setengah kebenaran," ungkap pengacara keluarga sandera, Dana Pugach.
Ia menambahkan, "Selama setahun terakhir, mereka terus menunggu informasi intelijen atau informasi lain mengenai negosiasi pembebasan para sandera. Jika sebagian informasi tersebut telah dicuri dari sumber militer, maka kami berpendapat keluarga berhak untuk mengetahui detail yang relevan."
Menanggapi hal ini, Bild menyatakan bahwa mereka tidak dapat mengomentari sumber informasi yang mereka miliki. "Keaslian dokumen yang kami ketahui telah dikonfirmasi oleh IDF segera setelah publikasi," ungkap Bild.
Perang di Jalur Gaza dimulai setelah serangan yang dipimpin oleh Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023. Israel mengklaim bahwa serangan tersebut mengakibatkan sekitar 1.200 orang tewas dan sekitar 251 orang disandera. Sebagai balasan, serangan Israel pada hari yang sama telah menewaskan lebih dari 43.000 orang di Jalur Gaza dan menghancurkan wilayah kantong Palestina tersebut.