Dua Bayi Prematur Meninggal, 37 Lainnya dalam Bahaya Setelah Israel Serang Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza
Dua bayi meninggal setelah inkubatornya tidak berfungsi karena rumah sakit kehabisan bahan bakar.
Rumah sakit kehabisan bahan bakar dan mengalami pemadaman listrik setelah menjadi target serangan pasukan penjajah Israel.
Dua Bayi Prematur Meninggal, 37 Lainnya dalam Bahaya Setelah Israel Serang Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza
Dua bayi prematur yang dirawat di Rumah Sakit Al-Shifa, Jalur Gaza meninggal dunia setelah inkubatornya tidak dapat berfungsi karena kekurangan listrik. Hal ini disampaikan salah satu direktur neonatal RS Al-Shifa. Mohammed Abu Salmiya kepada Al Jazeera pada Sabtu.
Sumber: Al Jazeera
- Lima Jasad Bayi Prematur Ditemukan Membusuk Setelah Israel Paksa Tim Medis Tinggalkan RS di Gaza
- FOTO: Potret Puluhan Bayi Prematur Tanpa Orang Tua Dievakuasi dari RS Al-Shifa Gaza ke Mesir
- 20 Pasien Termasuk Enam Bayi Prematur Meninggal di RS Al-Shifa Gaza karena Tak Ada Pasokan Listrik
- FOTO: Bayi-Bayi Prematur di Gaza yang Terancam Nyawanya karena Listrik Masih Diblokade Israel
Salmiya menyampaikan, sebanyak 37 bayi yang juga masih dirawat di ICU neonatal dalam bahaya dan bisa meninggal karena rumah sakit tidak memiliki persediaan bahan bakar untuk menghidupkan daya listrik sehingga inkubator di mana para bayi tersebut ditempatkan bisa berhenti berfungsi.
Foto: Mohammed Abed/AFP
"Sangat disayangkan, kami kehilangan dua dari 39 bayi karena pemadaman listrik," sesalnya.
"Kita membahas bayi-bayi prematur yang memerlukan perawatan yang sangat intensif," lanjut Abu Salmiya.
Sumber: A; Jazeera
Dia menjelaskan, dua bayi malang itu meninggal karena kekurangan bahan bakar di rumah sakit. Bahan bakar ini yang menjadi sumber listrik yang membantu inkubator tetap berfungsi, memberikan suhu hangat dan pasokan oksigen kepada bayi-bayi tersebut.
RS Al-Shifa terkepung dan menjadi target serangan Israel.
"Mereka meninggal karena suhu rendah dan kekurangan oksigen. Sekarang kami menggunakan metode primitif agar mereka tetap hidup," jelas Salmiya.
"Kami punya listrik sampai pagi. Ketika listrik padam, bayi-bayi ini bisa meninggal seperti yang lain."
"Kami ingin seseorang memberikan kami jaminan bahwa mreka bisa mengevakuasi para pasien, karena kami punya sekiyar 600 pasien rawat inap," jelasnya dalam rekaman audio yang diunggah organisasi Doctors Without Borders (Medecins Sans Frontieres/MSF).
"Ketika kami berkomunikasi dengan Palang Merah, meminta perlindungan dari mereka, mereka mengizinkan kami memindahkan bayi-bayi ini ke tempat lain dalam waktu satu jam," jelasnya.
"Kami butuh jalur keluar yang aman dan transporasi yang aman dengan ambulans dan inkubator untuk menjaga bayi-bayi ini tetap hidup. Jika jaminan-jaminan ini diberikan Palang Merah, kami akan melaksanakannya."
Abu Salmiya juga meminta militer Israel membantu memindahkan bayi-bayi ini, tapi tidak ada jawaban dari mereka.
Menteri Kesehatan Palestina, Mai Al-Kaila menyampaikan, Israel melakukan kejahatan perang dan genosida di Jalur Gaza, mengepung dan mengebom rumah sakit.
Dia juga mengecam komunitas internasional yang tidak bisa menghentikan kekejaman Israel yang secara terbuka menghancurkan rumah sakit dan membunuh orang-orang yang tak berdaya di dalamnya.
Kaila mengatakan, 20 dari 35 rumah sakit di Gaza tidak bisa beroperasi karena menjadi sasaran bom Israel dan kekurangan bahan bakar.