Erdogan Sebut Hamas Bukan Teroris Tapi Gerakan Pembebasan Palestina, Desak Israel Hentikan Serangan Brutalnya ke Gaza
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan kembali mengutuk Israel atas serangan brutalnya di Jalur Gaza, Palestina.
Erdogan Sebut Hamas Bukan Teroris Tapi Gerakan Pembebasan Palestina, Desak Israel Hentikan Serangan Brutalnya ke Gaza
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengecam Israel dan pendukung-pendukungnya dalam pidatonya kemarin. Erdogan juga mengajak para pemimpin dunia untuk menghentikan serangan Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.
Sumber: Middle East Eye
Erdogan menyatakan Turki "tidak berhutang apapun" kepada Israel dan mengumumkan ia tidak akan mengunjungi negara itu seperti rencana sebelumnya.
- Israel Kembali Bom Gaza Hanya Beberapa Menit Setelah Gencatan Senjata Berakhir, Sejumlah Warga Palestina Terbunuh
- "Aku Menulis Ini Seandainya Seseorang Menemukan Mayatku di Gaza"
- Mengapa Negara-Negara Arab Bungkam Tidak Menolong Palestina? Ini Alasannya Kata Sejarawan
- Turki Beberkan Bukti Israel Pelaku Bom Rumah Sakit di Gaza, Bukan Militan Palestina
Hamas Bukan Teroris
Dia juga mengatakan, Hamas bukanlah kelompok teroris, meskipun banyak sekutu NATO Turki telah mencapnya demikian. Erdogan menyebut Hamas sebagai gerakan pembebasan yang berjuang untuk "melindungi tanah dan warga negaranya."
Agresi brutal Israel di Gaza telah berlangsung sejak 7 Oktober, ketika Hamas melancarkan serangan besar-besaran ke Israel selatan. Menurut pejabat Palestina, serangan Israel menewaskan setidaknya 6.546 orang, termasuk lebih dari 2.704 anak-anak dan 1.584 perempuan. Sekitar 1.600 orang, termasuk 900 anak-anak, masih hilang dan diyakini masih terjebak di bawah reruntuhan.
Menurut pejabat Israel, sekitar 1.400 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas, dan mayoritas dari mereka diyakini warga sipil. Setidaknya 220 orang lainnya ditahan sebagai tawanan di Gaza, termasuk tentara dan warga sipil.
"Sekitar setengah dari mereka yang tewas dalam serangan Israel di Gaza adalah anak-anak. Bahkan data ini menunjukkan bahwa tujuannya adalah kekejaman untuk melakukan kejahatan terencana terhadap kemanusiaan," kata Erdogan dalam pidatonya.
"Serangan Israel di Gaza adalah situasi yang membuktikan pembunuhan dan keadaan gangguan mental, baik bagi mereka yang melakukannya maupun bagi mereka yang mendukungnya," tambahnya.
Di awal perang, presiden Turki ini lebih hati-hati dalam pernyataannya tentang konflik tersebut, mengutuk semua serangan terhadap warga sipil, tetapi mendesak Israel untuk bereaksi dengan menahan diri. Namun, seiring dengan meningkatnya intensitas pengeboman di Gaza dan semakin banyak korban berjatuhan, Erdogan semakin vokal menentang tindakan Israel.
Erdogan meminta gencatan senjata segera dan perundingan untuk pembebasan para sandera, serta mengatakan bahwa negara-negara Muslim harus bekerja sama untuk menciptakan perdamaian abadi di kawasan tersebut.
"Kami akan terus meneriakkan kebenaran dan mengambil tindakan politik dan, jika perlu, militer," tegas Erdogan tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.
Presiden ini juga mengkritik kekuatan Barat atas dukungan "tanpa batas" mereka kepada Israel, mengatakan bahwa dukungan ini telah menyebabkan pembantaian di Gaza.
Erdogan menegaskan kembali usulan Turki mengenai sistem jaminan untuk menyelesaikan konflik, dengan menyatakan kesiapan Turki untuk menjadi salah satu penjamin pihak Palestina, dengan kehadiran kemanusiaan, politik, dan militer.