Ilmuwan Temukan Artefak Paling Menakutkan Suku Aztec, Bisa Pengaruhi Otak dan Teror Mental Manusia
Artefak itu awalnya diduga untuk mengintimidasi musuh di saat pertempuran.
Sebuah studi terbaru mengungkap salah satu artefak peninggalan suku Aztec yang paling mengerikan yang disebut peluit kematian.
Peluit kematian ini terbuat dari tanah liat yang menyerupai tengkorak manusia dan menghasilkan suara seperti jeritan yang membuat pendengarnya tidak hanya takut tapi juga memengaruhi kemampuan otak manusia.
-
Mengapa artefak-artefak itu penting? Kami percaya ini sangat berharga dalam hal menekankan hubungan komersial antara timur dan barat dari zaman Kuno hingga periode Ottoman di Laut Hitam.
-
Bagaimana artefak-artefak itu ditemukan? Archaeological Service of Graubünden (ADG) menggali timbunan ini pada Oktober 2022 setelah seorang ahli pendeteksi logam menyurvei situs itu menginformasikan tim peneliti terkait keberadaan timbunan logam tersebut.
-
Di mana artefak itu ditemukan? Penemuan arkeologi misterius ditemukan di wilayah Akmola oleh dua petugas pemadam kebakaran Distrik Sandyktau dari Departemen Situasi Darurat Daerah; Nursultan Ashkenov and Akhmet Zaripo.
-
Bagaimana cara artefak-artefak itu ditemukan? Sisa-sisa dermaga milik pelabuhan Kalpe kuno sebagian besar terendam di bawah air, yang mengarah pada pekerjaan penggalian bawah air yang dimulai pada 2020.
-
Di mana artefak-artefak itu ditemukan? Puluhan artefak bersejarah yang berasal dari abad ke-4 SM hingga abad ke-12 Masehi ditemukan dalam penggalian bawah laut ilmiah pertama di wilayah Kerpe, distrik Kandıra, Kocaeli, Turki.
-
Kapan artefak tersebut ditemukan? Pada tahun 1990 hingga 2000 batu-batu pipih dengan sudut runcing ditemukan di Kastil Iwatsuki dan markas administrasi Owada jin’ya di Saitama, Jepang.
Studi ini menyelidiki efek dari suara-suara yang dihasilkan dari peluit kematian pada pendengar modern untuk menemukan efek dari pendengarnya.
Ditemukan dekat korban pemakaman
Peluit kematian suku Aztec biasanya berbentuk tengkorak yang dirancang untuk menghasilkan suara melengking dan menusuk mirip dengan teriakan yang dihasilkan dari benturan arus udara yang berbeda. Peluit ini diperkirakan digunakan untuk mengintimidasi musuh selama pertempuran.
Dilansir Arkeonews, peluit ini banyak ditemukan di makam-makam yang berasal dari tahun 1250 hingga 1521 M dan sering ditemukan di samping kerangka pengorbanan sehingga muncul dugaan bawa peluit ini mungkin juga memiliki fungsi seremonial.
Menurut beberapa ahli, peluit kematian dirancang menyerupai hembusan angin Mictlan, yang diyakini alam baka Aztec menerima upeti pengorbanan.
- Apa Arti PMO? Awas Dampak Negatif Jangka Panjangnya!
- Ketahui Dampak Pertengkaran Orangtua terhadap Mental Anak, Perlu Dihindari Sebisa Mungkin
- Ilmuwan Temukan Artefak Berusia 500.000 Tahun, Menunjukkan Manusia Purba yang Lebih Canggih
- 12 Persiapan Mental yang Penting bagi Mahasiswa yang Merantau Jauh dari Orangtua
Sementara itu, sebagian orang percaya bunyi peluit ini dimaksudkan untuk melambangkan Dewa Angin Aztec, Ehecatl yang membentuk manusia dari sisa-sisa orang mati.
Suara yang memicu imajinasi mengerikan
Untuk pertama kalinya, para peneliti menyelidiki efek suara ini pada otak relawan Eropa modern dengan melakukan uji psikoakustik. Mereka melakukan dua percobaan terpisah dengan sampel peserta yang berbeda-beda.
Mereka merekam reaksi saraf dan psikologis para relawan saat mendengar jeritan kematian dan mengungkap otak menganggap suara peluit ini sebagai sesuatu yang alami dan buatan sehingga menciptakan perasaan ambigu yang menarik perhatian mental.
Reaksi ini melibatkan pendengaran tingkat rendah dan sistem kognitif tingkat tinggi yang memperkuat dampak emosional dari suara. Dengan kata lain, ambiguitas mengerikan dari peluit mematikan ini tampaknya memicu imajinasi saat otak mencoba menguraikan makna simbolis suara tersebut.
Para peneliti kemudian menyimpulkan peluit ini digunakan dalam konteks ritual terutama pengorbanan dan upacara yang berkaitan dengan orang mati.
Suara yang dihasilkan ini kemungkinan dimaksudkan untuk menimbulkan rasa takut di kalangan korban pengorbanan atau untuk menimbulkan kekaguman di kalangan mereka yang menghadiri ritual.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti