Imam Besar Al Azhar Mesir Kecewa dengan Sikap Dunia Terhadap Gaza, Ancaman Bagi Konflik Timur vs Barat
Imam Besar Al Azhar Mesir Kecewa dengan Sikap Dunia Terhadap Gaza, Ancaman Bagi Konflik Timur vs Barat
Al Tayeb mengatakan "apa yang terjadi di Gaza bisa merusak upaya komunikasi dan pemulihan hubungan yang telah kami lakukan selama bertahun-tahun dan upaya untuk menjembatani kesenjangan antara Timur dan Barat."
- Tentara Israel dan Mesir Baku Tembak di Dekat Rafah, Satu Orang Tewas
- Tak Tersisa Tempat Aman di Gaza, Israel Bom Kota Rafah Setelah Hamas Setujui Perjanjian Gencatan Senjata
- Ini yang Bakal Terjadi Jika Mahkamah Internasional Tuntut Netanyahu atas Kejahatan Perang di Gaza
- Kisah Pilu Bocah Gaza yang Meninggal Karena Kelaparan, "Tak Perlu Keajaiban Untuk Menyelamatkannya, Dia Hanya Butuh Makan!"
Imam Besar Al Azhar Mesir Kecewa dengan Sikap Dunia Terhadap Gaza, Ancaman Bagi Konflik Timur vs Barat
Imam Besar Universitas Al Azhar Mesir Syeikh Ahmed al Tayeb menyatakan tanggapan masyarakat internasional terhadap perang Israel di Gaza "mengecewakan".
Pernyataan ini dia sampaikan pada Ahad (24/3) saat menerima kunjungan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres ke Kairo. Keduanya membicarakan perkembangan terbaru di Gaza pada pertemuan itu.
Al Tayeb mengatakan "apa yang terjadi di Gaza bisa merusak upaya komunikasi dan pemulihan hubungan yang telah kami lakukan selama bertahun-tahun dan upaya untuk menjembatani kesenjangan antara Timur dan Barat."
Dia menambahkan, tidak seperti tanggapan masyarakat Barat terhadap agresi ke Gaza, tanggapan masyarakat internasional sangat mengecewakan dan membuat frustrasi.
Al Tayeb memuji sikap masyarakat, dengan mengatakan "kita telah melihat keadilan yang luar biasa dari orang-orang Barat dan Amerika, dan bahkan dari beberapa orang Yahudi yang berpikiran adil untuk menuntut diakhirinya agresi di Gaza."
Al Tayeb juga mengutip Guterres yang mengatakan, "Saya menyampaikan apresiasi kami kepada Al Azhar sebagai suara yang kuat yang membela dan mendukung rakyat Palestina dan desakan kami untuk memberikan tekanan kepada masyarakat internasional untuk menghormati hak-hak Palestina dan mengurangi penderitaan mereka."
"Kemarin, saya mengunjungi wilayah penyeberangan Rafah untuk mengirim pesan tentang perlunya menghentikan agresi dan agar komunitas internasional memenuhi tugasnya dengan keputusan dan bukan hanya kata-kata.
"Saya melihat di seberang sana, orang-orang Palestina menderita kekurangan makanan dan minuman yang parah dan terjadi penyebaran berbagai penyakit menular. Kita semua harus menyoroti dan menghentikan penderitaan ini dengan segera. Ini adalah tanggung jawab kita semua," tambahnya.
Guterres juga menyorot tentang Islamofobia yang telah berkembang secara signifikan dan menjadi salah satu bentuk diskriminasi dan kebencian yang paling meluas, dibantu oleh perkembangan teknologi modern.
Ia mengutip situasi di Sudan, Gaza, Ukraina, dan wilayah-wilayah lain di Afrika, dengan mengatakan, "Saya tidak ingat masa-masa yang lebih berbahaya daripada yang kita alami saat ini."
Dia juga menekankan dukungannya yang terus berlanjut untuk keadilan di Gaza, dan menambahkan "tidak ada yang bisa membungkam suaranya."
Guterres tiba di Kota El Arish, Mesir pada Sabtu lalu dalam kunjungan keduanya sejak dimulainya perang Israel di Gaza pada Oktober, dan mengunjungi warga Palestina yang terluka dan dipindahkan dari Gaza untuk menjalani perawatan di rumah sakit di kota tersebut.