Ini Alasan Negara Muslim Bungkam Terhadap China Dalam Isu Uighur
Pakar kebijakan China Michael Clarke, dari Australian National University (ANU), mengatakan kepada ABC, kekuatan ekonomi China dan takut mendapat balasan, diduga menjadi faktor besar dalam diamnya negara berpenduduk mayoritas Islam untuk menyikapi isu Uighur.
Dugaan penindasan pemerintah China terhadap etnis minoritas muslim Uighur mendapat kecaman dunia internasional, terutama dari negara-negara Barat. Namun beberapa suara yang dianggap signifikan, yakni dari negara-negara berpenduduk mayoritas Islam, dinilai minim. Demikian penuturan akademisi dari universitas di Australia.
Sebuah panel HAM PBB di Jenewa pada Agustus 2018 lalu memperkirakan sekitar 1 juta warga dari etnis Uighur, Kazakh dan minoritas lainnya diduga ditahan di Xinjiang, barat laut China sejak 2017.
-
Mengapa warga Uighur merasa diperlakukan tidak adil di China? Abdul mengatakan, saat ini terdapat ratusan tempat pengungsian konsentrasi yang mengelilingi pemukiman warga Uighur. Kamp konsentrasi ini diperkenalkan kepada dunia internasional sebagai pusat pendidikan. Namun kenyataannya kamp konsentrasi tersebut ditujukan untuk menghapuskan identitas agama dan bangsa Uighur serta membuat mereka lupa seorang muslim."Penerintah komunis China mengkriminalisasi praktek Islam yang normal," kata Abdul.
-
Apa yang terjadi pada warga Uighur di China yang membuat mereka terpisah dari keluarga? Abdul mengaku mendapat telepon dari kerabat di Shanghai pada September 2017. Menurut Abdul, kerabatnya itu mengabarkan bahwa adiknya diambil dari kamp konsentrasi warga Uighur di China. "Dan kemudian mereka tidak tahu tentang orang tuaku. Itu terakhir kali aku mendengar kabar dari mereka," ujar Abdul ketika menjadi narasumber pada agenda konferensi pers dan dialog publik bertemakan 'Plight of Uyghur and Current Updates' diselenggarakan oleh OIC Youth Indonesia di Marrakesh Inn Hotel, Jakarta Pusat, Selasa (19/12).
-
Siapa yang menganggap pelanggaran HAM di China terhadap warga Uighur sebagai tindakan pelanggaran HAM? Presiden Organization of Islamic Conference (OIC) Youth Indonesia, Astrid Nadya Rizqita menilai banyak dugaan pelanggaran HAM dalam persoalan warga Uighur."Kalau merujuk pada HAM, kebebasan beragama, itu banyak sekali hal-hal yang melanggar HAM," kata Astrid saat menyampaikan pidato pembukaan di konferensi pers dan dialog publik bertemakan 'Plight of Uyghur and Current Updates' di Marrakesh Inn Hotel, Jakarta Pusat, Selasa (19/12).
-
Bagaimana cara Indonesia bisa membantu warga Uighur di China? Menurutnya, Indonesia sebagai negara yang menganut prinsip non-intervensi juga bukan berarti hanya bisa diam, tetapi dapat menerapkan mekanisme dialog ataupun diplomasi untuk ikut bersuara dalam permasalahan dunia. "Ini bukan berarti kita diam atau memalingkan kepala. Namun, bukan berarti indonesia juga langsung lantas berangkat ke sana, tapi kita dapat menggunakan mekanisme dialog dan diskusi," ujar Astrid.
-
Apa yang ditemukan di China selatan? Sebuah fosil buaya yang telah punah ditemukan dengan kondisi terpenggal di China selatan.
-
Apa yang menjadi ciri khas dari Masjid Agung Al Munada Darussalam Baiturrahman di Tebet? Bangunan menyerupai perahu inilah yang kemudian menjadi ikon dari masjid tersebut. Tak sedikit juga jemaah yang mengabadikan gambar di sekitar area perahu.
Pakar kebijakan China Michael Clarke, dari Australian National University (ANU), mengatakan kepada ABC, kekuatan ekonomi China dan takut mendapat balasan, diduga menjadi faktor besar dalam diamnya negara berpenduduk mayoritas Islam untuk menyikapi isu Uighur. Selain itu, ada pula faktor pertimbangan politik, ekonomi dan kebijakan luar negeri.
"Kita menghadapai salah satu negara paling kuat di dunia," kata Michael Clarke, seperti dikutip dari ABC Indonesia, Rabu (26/12).
"Sangat menyedihkan karena orang-orang Uighur mendapat perlakuan ini."
Sebaliknya, negara-negara Barat seperti Australia dan Amerika Serikat secara terbuka mengecam tindakan Pemerintah China di wilayah tersebut.
Investasi China di negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara dari 2005 hingga tahun 2018 telah berjumlah AU$ 144,8 miliar.
Sementara di Malaysia dan Indonesia, jumlahnya AU$ 121,6 miliar dibandingkan periode yang sama, menurut lembaga think tank American Enterprise Institute, seperti dikutip dari ABC.net.au.
Beijing telah banyak berinvestasi di industri minyak dan gas milik negara Arab Saudi dan Irak, serta menjanjikan investasi berkelanjutan di seluruh Asia, Afrika, dan Timur Tengah.
"Tampaknya (itu dilakukan ) untuk menghentikan negara-negara ini secara terbuka mengkritik Beijing (terkait Uighur)," kata Michael Clarke.
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
PWNU Jatim Anggap Persoalan Uigur Terkait Perang Dagang Amerika-China
Pembelaan Konjen RRT: Kekerasan di Uighur Bukan Gerakan Anti Islam
Aksi Solidaritas untuk Muslim Uighur di Area CFD
Ma'ruf Amin Minta China Tak Mendiskreditkan Umat Muslim Etnis Uighur
Bertemu Kongres AS, PKS Suarakan Pembelaan HAM ke Palestina Hingga Muslim Uighur
Kecam Penindasan terhadap Muslim Uighur, Ormas Islam di Medan Demo Konjen China