Israel Bangun Koridor Militer untuk Pecah Gaza Jadi Dua Wilayah, Ini Tujuannya
Untuk pembangunan koridor ini, Israel menghancurkan dua desa dan banyak bangunan lainnya.
Untuk pembangunan koridor ini, Israel menghancurkan dua desa dan banyak bangunan lainnya.
- Israel Sudah Bangun Pangkalan Militer Permanen di Gaza, Segini Luasnya
- Israel Mulai Operasi Militer Besar-Besaran di Tepi Barat, Ingin Jadikan Wilayah Palestina Itu Seperti Gaza
- Tentara Israel Mengaku Jika Merasa Bosan Mereka Tembaki Warga Palestina di Gaza Sesuka Hati, Biarkan Mayat-Mayat Berserakan di Jalan
- Kejahatan Perang Israel di Gaza Terang Benderang, 6 Bulan Jatuhkan 70 Ribu Ton Bom Jauh Lampaui Perang Dunia II
Israel Bangun Koridor Militer untuk Pecah Gaza Jadi Dua Wilayah, Ini Tujuannya
Tentara penjajah Israel membangun koridor militer, memecah Gaza jadi dua wilayah. Koridor ini memecah Kota Gaza dari wilayah selatan daerah yang terkurung tersebut.
Dikutip dari New Arab, pembangunan koridor ini bagian dari rencana untuk menguasai Jalur Gaza.
Channel 14 melaporkan pembangunan Koridor Netzarim tersebut, memaparkan secara rinci bagaimana bagaimana Korps Teknik cadangan Israel sedang membangun Jalan Raya 749 baru yang akan melintasi jalur selatan Kota Gaza itu.
Laporan tersebut mengungkapkan koridor ini mencakup zona penyangga sepanjang 1 kilometer di utara dan selatan jalan raya. Unit 601 dari Korps Teknik ditugaskan untuk menghancurkan bangunan di sekitarnya untuk pembangunan koridor ini.
Bangunan yang dihancurkan di antaranya Rumah Sakit Turkish, kampus Universitas Al-Azhar, desa Mughraqa dan Juhor al-Dik, pusat rekreasi Nour dan Shams, juga berhektar-hektar lahan pertanian.
Koridor ini akan melewati bekas pemukiman Netzarim, yang dievakuasi pada tahun 2005 sebagai bagian dari keluarnya Perdana Menteri Ariel Sharon dari Gaza.
Menurut tentara Israel yang diwawancarai Channel 14, jalan raya ini akan menjadi rute yang jelas bagi tentara yang dapat memudahkan mereka melancarkan serangan di masa depan ke wilayah tersebut dan mencegah pergerakan orang dari selatan ke utara.
Sebelumnya pada Januari, Ynet melaporkan koridor tersebut dapat mencegah 1 juta warga Palestina yang diusir dari Kota Gaza pada awal perang untuk kembali ke rumah mereka.
Pemerintahan Israel di bawah Benjamin Netanyahu menuntut pengendalian keamanan dan kemampuan untuk melakukan serangan di Gaza sebagai bagian dari penyelesaian pascaperang di wilayah tersebut. Para ahli mengatakan rencana koridor tersebut mengindikasikan tentara penjajah Israel bersiap untuk tinggal di Gaza dalam jangka panjang.
Israel juga berencana menyerang Rafah, daerah yang dipenuhi para pengungsi dari Gaza utara, pada awal Ramadan.
"Dunia harus tahu, dan para pemimpin Hamas harus tahu - jika sampai Ramadan tawanan-tawanan kami tidak dipulangkan, pertemputan akan berlanjut di manapun, termasuk daerah Rafah," ancam anggota kabinet perang Israel, Benny Gantz.
Netanyahu juga bersikeras melakukan penyerangan darat di Rafah, yang menuai kecaman internasional.
"Mereka yang ingin kami mencegah operasi di Rafah pada intinya mengatakan kepada kami: 'Kalah perang'," kata Netanyahu.
Rafah menampung sekitar 1,5 juta warga Gaza, sebagian besar merupakan pengungsi yang kehilangan tempat tinggal karena agresi brutal Israel. Lembaga bantuan internasional dan sejumlah negara memperingatkan tidak ada tempat yang aman lagi bagi para pengungsi di Gaza jika Rafah diserang.
Agresi brutal Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah menewaskan hampir 30.000 warga sipil dan melukai sekitar 69.028 lainnya.