Kekurangan Tentara, Israel Eksploitasi Pencari Suaka dari Afrika Untuk Berperang ke Gaza
Para pencari suaka dijanjikan status penduduk permanen jika mau berperang di Gaza.
Militer Israel mulai kekurangan tentara untuk berperang di Jalur Gaza, Palestina. Karena itu, mereka merekrut para pencari suaka dari Afrika untuk bergabung dengan militer untuk berperang di Gaza, dengan janji akan dibantu untuk mendapatkan status penduduk permanen di Israel. Hal ini diungkapkan media Israel, Haaretz pada 15 September.
"Proyek ini dilakukan secara terorganisir, dengan bimbingan penasihat hukum lembaga pertahanan," kata seorang pejabat departemen pertahanan Israel kepada Haaretz, seperti dikutip dari The Cradle, Selasa (17/9).
- Tentara Israel Mengaku Sudah Lelah Berperang di Gaza, Menolak Bertugas Karena Tak Ada Kepastian Kapan Pulang
- Jarang Diketahui, Begini Kacau Balaunya Kondisi Masyarakat-Militer Israel Pasca 1 Tahun Perang di Gaza
- Tentara Israel Ancam Lakukan Kudeta Militer Jika Perang di Gaza Dihentikan, "Kami Kehilangan Segalanya, Kami Tidak Punya Tempat Tujuan"
- 3.000 Tentara Israel Cacat Permanen Setelah Bertempur di Jalur Gaza
"Para pejabat pertahanan menyadari mereka bisa memanfaatkan bantuan para pencari suaka dan mengeksploitasi keinginan mereka untuk mendapatkan status permanen di Israel sebagai insentif," lapor Haaretz.
Namun hingga saat ini, pejabat Israel belum memberikan status penduduk permanen ke setiap pencari suaka yang telah sukarela bertempur di Gaza. Pejabat tersebut menolak mengungkapkan bagaiamana para pencari suaka itu dimanfaatkan.
"Tidak ada pencari suaka yang berkontribusi dalam upaya perang yang diberikan status resmi," tulis Haaretz, meskipun mempertaruhkan nyawa mereka, sementara cara tentara Israel mengerahkan para pencari suaka “dilarang dipublikasikan.”
Dalam laporannya, Haaretz mengungkap kasus seorang pria Afrika yang diidentifikasi dengan inisial, A. A datang ke Israel saat berusia 16 tahun. Dia harus memperbarui status izin tinggal sementaranya ke Otoritas Populasi dan Imigrasi Kementerian Dalam Negeri secara berkala agar tidak dideportasi.
Pengakuan Pencari Suaka
Setelah perang genosida Israel di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023, A mendapat telepon dari seseorang yang mengaku anggota polisi.
"Mereka bilang ke saya mereka sedang mencari orang-orang tertentu untuk bergabung dengan tentara. Mereka bilang pada saya ini adalah perang hidup atau mati untuk Israel," tutur A kepada Haaretz.
Polisi itu mengatakan ada dua pekan masa pelatihan jika dia terdaftar dan dia akan mendapat gaji yang sama dengan pekerjaannya saat ini.
"Saya tanya, saya dapat apa? Walapun saya sebenarnya tidak mencari apapun. Tapi kemudian dia bilang ke saya - Kalau kamu ikuti ini, kamu bisa menerima dokumen dari Negara Israel. Dia meminta saya mengirimkannya fotokopi kartu identitas dan katanya dia akan menyimpan itu."
Tidak lama sebelum dia mulai pelatihan, A berubah pikiran.
"Saya mau pergi (perang), dan saya benar-benar serius, tapi kemudian saya berpikir - hanya dua pekan pelatihan dan kemudian terlibat perang? Saya tidak pernah menyentuh satu senjata pun sepanjang hidup saya," cetusnya.
Menurut Hebrew Immigrant Aid Society (HIAS), sekitar 45.000 pencari suaka dari Afrika saat ini tinggal di Israel, sebagian besar adalah pria muda yang bekerja dengan upah rendah dalam pekerjaan yang tidak diinginkan orang Israel. Sebagian besar pencari suaka berasal dari Eritrea dan Sudan. Mereka melintasi gurun Sinai dan memasuki Israel antara tahun 2005-2012.