Kilauan Mutiara Laut Menghubungkan Komunitas Kuno 12.000 Tahun Lalu di Kepulauan Indonesia
Sebuah tim peneliti menemukan adanya kesamaan dalam menjahit lapisan cangkang reflektif pada pakaian dan barang-barang lainnya di tiga pulau di Indonesia.
Sebuah tim peneliti telah menemukan adanya kesamaan dalam menjahit lapisan cangkang reflektif pada pakaian dan barang-barang lainnya di tiga pulau di Indonesia pada masa 12.000 tahun lalu.
Kilauan Mutiara Laut Menghubungkan Komunitas Kuno 12.000 Tahun Lalu di Kepulauan Indonesia
Kemiripan mencolok antara manik-manik di Alor, Timor, dan Kisar menandakan ada kesamaan dalam menjahit manik-manik bersinar pada pakaian atau benda lainnya.
Dari temuan ini, tim menyimpulkan ada tradisi hiasan yang sama di wilayah tersebut dari masa Terminal Pleistosen (akhir Zaman Es) sekitar 12.000 tahun yang lalu.
-
Kapan pulau itu tenggelam? Di area spesifik inilah para peneliti menemukan tanah liat merah yang terjepit di antara lava yang diketahui berusia sekitar 45 juta tahun, seperti dilansir Live Science.
-
Dimana letak Pulau Sipora? Berada di lepas pantai Sumatra ini menjadi salah satu pulau yang berpotensi besar menjadi kawasan area surfing dengan suguhan panorama alam indah.
-
Apa yang ditemukan oleh tim pencari dari TNI AU di hutan Pulau Morotai? Dialah Teruo Nakamura, seorang prajurit Jepang yang hidup bersembunyi selama 30 tahun di hutan Pulau Morotai.
-
Siapa yang menemukan pulau itu? Ilmuwan dari Brasil dan Inggris menyelidiki dasar laut di dekat dataran tinggi vulkanik yang disebut Rio Grande Rise.
-
Di mana Pulau Kiluan berada? Pantai Kiluan yang berada di kawasan Teluk Kiluan, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung menyimpan potensi wisata bahari yang begitu kaya.
-
Di mana Pulau Ular yang dihuni ular-ular langka itu berada? Pulau kecil yang disebut juga sebagai Pulau Ular berada di Brasil. Secara administrasi, Pulau Ular ini bernama Ilha da Queimada Grande. Lokasinya di lepas pantai bagian tenggara Brasil. Wilayah tersebut adalah bagian dari Negara Bagian Sao Paulo.
Bukti DNA baru-baru ini telah menunjukkan adanya hubungan genetik antara orang-orang di berbagai pulau di Indonesia, namun hingga saat ini belum diketahui seberapa mirip budaya populasi tersebut.
Untuk menjawab pertanyaan ini, tim dari Griffith dan ANU menganalisis manik-manik dari Makpan dan menemukan metode produksinya tidak hanya sangat konsisten, tetapi juga mirip dengan manik-manik yang sebelumnya ditemukan di pulau Timor dan Kisar.
Koleksi perhiasan
"Waktu dan keterampilan yang diperlukan untuk membuat manik-manik kecil berkilau dalam jumlah yang ditemukan secara arkeologis pasti sangat lama, menunjukkan manik-manik tersebut merupakan bagian penting dari koleksi perhiasan komunitas Makpan," kata penulis utama, Associate Professor Langley, dari Griffith's Australian Research Centre for Human Evolution, dalam sebuah pernyataan pers.
Sumber: Ancient Pages
Tak hanya itu, dalam periode ini juga terjadi peningkatan dalam teknologi perikanan, ditandai dengan munculnya kail ikan dari cangkang serta obsidian dan artefak eksotis yang muncul di kumpulan tersebut.
- Peneliti Temukan Kota di Bawah Laut Berarus Deras, Diduga Peninggalan Peradaban Kuno Berusia 9.500 Tahun
- Pelindo Catat 65 Ribu Orang Mudik Melalui Pelabuhan Tanjung Perak
- Peneliti Temukan Gulungan Naskah Kuno Penuh Rahasia, Isinya Bikin Arkeolog dan Sejarawan Penasaran
- Sosok Dukun dan Bayi yang Ditemukan dalam Makam Berusia 9.000 Tahun Akhirnya Terungkap, Ternyata Ada Hubungan Darah
Dilansir dari Ancient Pages, kemiripan antara manik-manik dan kail ikan dari pulau-pulau yang berbeda, ditambah dengan keterampilan dan upaya yang diperlukan untuk membuatnya, menyiratkan praktik ini merupakan sebuah tradisi bersama antar pulau-pulau, yang menunjukkan adanya interaksi yang sering terjadi di seluruh lautan.
Lebih lanjut, tim yang menggali Gua Makpan menemukan ribuan cangkang di tumpukan sisa makanan.
"Yang menarik," kata Dr. Shimona Kealy dari ANU, "adalah bahwa cangkang Nautilus, yang digunakan untuk membuat manik-manik, hampir sepenuhnya tidak ada dalam tumpukan sisa makanan kerang kuno ini, yang menunjukkan bahwa cangkang Nautilus tidak dikumpulkan untuk makanan, tetapi dikhususkan untuk kerajinan."
Professor Sue O’Connor mengingat, "Ketika kami menggali di Gua Makpan di Alor, kami kagum dengan banyaknya butiran cangkang yang kami temukan, dan bagaimana kami terus menemukannya bahkan sampai ke lapisan penggalian paling bawah.
Yang penting, ini berarti penduduk Makpan mengumpulkan cangkang Nautilus semata-mata untuk tujuan pembuatan manik-manik. Ini menggambarkan sebuah masyarakat yang cukup aman untuk menginvestasikan upayanya dalam memanen dan mengolah sumber daya untuk keperluan estetika tanpa manfaat praktis yang jelas.
Saling bertukar gaya
Semua faktor ini digabungkan untuk menciptakan "gambaran tentang 'komunitas praktik' antar pulau dengan nilai dan pandangan dunia yang sama," kata Associate Professor Langley.
"
"Kemungkinan besar populasi di pulau-pulau ini memiliki budaya khas yang berbeda, saling bertukar gaya, barang, teknologi, dan gen sampai melintasi lautan.”